Mohon tunggu...
Indrian Koto
Indrian Koto Mohon Tunggu... -

Masih saja Katrok, jelek, item, ompong, sudah tak terlalu kurus lagi, sudah tak gondrong lagi, gak pake anting lagi, gak norak lagi, tetapi masih pemalu dan tetap takut menyeberang jalan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Illusionist (France, 2010)

19 Desember 2011   11:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:03 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Illusionist, sebuah film yang lembut dengan teknik kartun ala Eropa, yang halus, detail tapi tak terkesan rumit. Gadis-garis yang jelas ditambah warna cat air yang sendu, menjadikan film yang nyaris tanpa dialog ini berjalan dengan manis. Seperti gaya pilem Prancis umumnya, pilem mengalir dengan pelan dan seperti tidak dibuat-buat.

Sepanjang pilem kita disuguhi musik lembut mengiring lelaki tua, pemain sulap yang berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, dengan penonton yang terus dan semakin sepi. Dia bermain sulap tidak semata-mata untuk hidup. Dia seorang yang total dengan apa yang digelutinya. Dia tidak mencari uang. Ia seperti ditakdirkan jadi pesulap, berkeliling, menghibur orang dan tak pernah berniat berhenti melakukannya. Ia sendirian. Tidur di penginapan murah ke penginapan murah. Uang pertunjukan habis untuk kebutuhan sehari-hari dan bekal untuk perjalanan berikutnya.

Sang Illusionist berjalan dari satu panggung ke panggung lain. Dari satu penolakan ia berhadapan dengan penolakan yang lain. Diacuhkan, tidak diperhatikan, bahkan ia bermain nyaris tanpa penonton. Dan ia melakukannya semua dengan total. Setotal kawan-kawan senasibnya: badut yang kesepian dan berniat bunuh diri, di pemain boneka tangan dengan suara perut yang lebih dramatis, menjual boneka tangannya, tanpa ada yang mau membeli, dan hidup dari jalan ke jalan. Si pemain sulap kita tak ingin demikian. Dunianya adalah dunia sulap, ia harus hidup dengan itu.

Cerita diwarnai dengan kagumnya seorang gadis di sebuah penginapan pada aksi panggung tokoh kita, sehingga si gadis diam-diam mengikutinya. Dia merasa punya teman dan membelikan apa pun yang diinginkan si gadis yang menganggap semua keajaiban itu bisa keluar dari tangan si pesulap idolanya.

Alur peristiwa ini sebenarnya agak pendek. Fokusnya di sebuah kota kecil di lereng bukit, entah di Yunani, Wina, Inggris, Irlandia, Prancis, Swiss, Atau apa pun. pada akhirnya, si pesulap kita yang sendirian melepaskan satu-satu yang dimilikinya dan melanjutkan hidup dari satu kota ke kota lain, melanjutkan karier dari satu pertunjukan ke pertunjukan lain.

Illisionis berjalan dengan narasi sangat lembut dan terasa dekat dengan kita. Profesi yang nyaris tak diminati, seperti penjual obat di pasar kecamatan, seperti tukang foto di pusat wisata, seperti penjual mainan anak-anak di perayaan kecil. Ah, dunia bergerak, yang lama ditinggalkan, yang pernah jaya terabaikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun