Mohon tunggu...
Indriani
Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Halo! Sambutan hangat untuk Anda yang telah singgah di profile saya. Mari temukan cerita, wawasan, dan inspirasi di sini. Terima kasih telah berkunjung ke profile saya!

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Peran Bahasa Indonesia dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Mental Mahasiswa Universitas Siliwangi Angkatan Tahun 2023

10 Mei 2024   12:22 Diperbarui: 10 Mei 2024   22:05 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: https://www.liputan6.com/news/read/5499505/kasus-bunuh-diri-di-indonesia-meningkat-darurat-kesehatan-mentaler gambar

Data respon mahasiswa terhadap Peran Bahasa Indonesia dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Mental Mahasiswa Universitas Siliwangi, diperoleh dengan meminta responden mengisi kuesioner menggunakan layanan interaktif berbasis web.

Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 25 April hingga 1 Mei 2024, dengan harapan dapat diperoleh jumlah responden yang cukup banyak dalam penelitian ini.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2024 di Universitas Siliwangi.

Dokumentasi pembuatan dan penyebaran kuesioner
Dokumentasi pembuatan dan penyebaran kuesioner

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diperoleh sebanyak 55 responden dari mahasiswa Universitas Siliwangi angkatan tahun 2023 yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan berjumlah 12 responden, mahasiswa Fakultas Teknik 10 responden, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan 20 responden, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis 9 responden, mahasiswa Fakultas Pertanian 2 responden, dan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 1 responden. Terdapat 30 responden berumur 19 tahun, 13 responden berumur 18 tahun, 1 responden berumur 17 tahun, dan juga 10 responden berumur 20 tahun.

Mengenai  pengetahuan tentang kesehatan mental, diperoleh sebanyak 78,2% responden mengetahui berita mengenai kesehatan mental dan sebanyak 21,8 % responden tidak mengetahui berita mengenai kesehatan mental. Meskipun terbilang sedikit, namun berita mengenai kesehatan mental seharusnya ada dan dapat diakses oleh semua orang baik itu melalui berita, poster, ataupun media sosial, karena memberikan informasi mengenai kesehatan mental ini dapat dijadikan sebagai upaya preventif agar para mahasiswa/i lebih peduli terhadap kesehatan mental baik itu dirinya sendiri ataupun disekitar nya.

Mengenai pengetahuan responden tentang informasi bunuh diri diperoleh sebanyak 90,9% responden mengetahui informasi mengenai bunuh diri dan sebanyak 9,1% responden tidak mengetahui informasi mengenai bunuh diri. Dapat terlihat bahwasanya kasus bunuh diri sudah banyak diketahui oleh responden, namun dari responden yang mengetahui mengenai berita kasus bunuh diri didalamnya terdapat responden yang mengetahui informasi mengenai kesehatan mental dan responden yang tidak mengetahui informasi mengenai kesehatan mental.

Selain melaui berita, informasi kesehatan mental juga dapat diperoleh melalui media sosial seperti tiktok, short, reels ig, dan sebagainya. Terdapat podscast mengenai kesehatan mental, dan diperoleh sebanyak 67,3% responden tidak mendengarkan podcast mengenai kesehatan mental, dan sebanyak  32,7% responden mendengarkan podcast mengenai kesehatan mental. Berdasarkan hasil dari kuesioner, diketahui bahwa alasan responden mendengarkan podcast mengenai kesehatan mental diantaranya untuk mengetahui informasi mengenai kesehatan mental, mencurahkan isi hati, sesuai dengan yang dialami, dan juga dengan alasan menyukainya.

Dari hasil kuesioner, diketahui juga bahwasanya hal-hal kecil yang sering membuat responden merasa sedih diantaranya merasa kesepian, merasa tidak dianggap, dan merasa tidak diapresiasi, tidak sesuai ekspektasi, dan homesick atau dengan artian rindu, hendak pulang kampung. Untuk mencegah hal tersebut mahasiswa dapat mencari kesibukan yang positif agar bisa nyaman selama perkuliahan selain itu untuk mencegah kerinduan akan pulang mahasiswa. Dari hal kecil ini bisa membuat mahasiswa mengalami gangguan kesehatan mental karena mahasiswa terus-terusan memikirkan hal tersebut, apabila mahasiswa tidak bisa mengatasi permasalahan tersebut dengan baik maka dapat mengalami gangguan pada kesehatab mental seperti stres ataupun depresi.

Sebanyak 40% responden mengalami insomnia salah satu alasannya karena terlalu memikirkan hal-hal yang belum pasti, banyak pikiran, mengerjakan tugas, dan karena terbiasa begadang. Dalam penelitian ini, didapati pula bahwa sebanyak 83,6% responden sering terbawa suasana saat mendengarkan atau melihat sesuatu, yang menandakan sensitivitas emosional yang tinggi dikalangan populasi yang diteliti. Melalui pengakuan ini, dapat dipahami bahwa interaksi dengan lingkungan sekitar dapat secara signifikan memengaruhi suasana hati dan emosi seseorang. Hasil survei menunjukkan bahwa perubahan suasana hati mereka berdampak langsung pada kesejahteraan mental. Temuan ini menegaskan pentingnya pengelolaan emosi dan pemahaman terhadap perubahan suasana hati dalam menjaga kesehatan mental. Dalam hal ini, upaya promotif dapat mencakup edukasi mengenai manajemen emosi dan keterampilan penyesuaian diri yang dapat membantu individu menghadapi stres dan tekanan sehari-hari. Penerapan strategi preventif juga menjadi pendukung, dimana upaya dilakukan untuk mencegah munculnya masalah kesehatan mental sebelum mereka berkembang menjadi lebih serius. Misalnya, dengan memperkuat jaringan sosial dan dukungan emosional, serta mengidentifikasi faktor-faktor pemicu yang dapat memperburuk suasana hati seseorang. Dengan demikian, pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana suasana hati memengaruhi kesejahteraan mental dapat menjadi landasan untuk mengembangkan tindakan yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan mental dikalangan mahasiswa.

Sebanyak 27,3% masalah para responden adalah pendidikan, hal ini dapat terjadi karena transisi dari masa SMA ke masa perkuliahan yang mana terdapat perbedaan kebiasaan pada masa SMA dan masa perkuliahan. Ada perbedaan dari masa SMA ke masa perkuliahan terutama pada jam selama di kelas atau pun di kampus, selain itu tugas yang diberikan pada saat SMA dan pada saat kuliah  sangatlah berbeda, dari hasil pengisian kuesioner diperoleh sebanyak 40% mahasiswa mengalami insomnia salah satunya disebabkan oleh pengerjaan tugas, yang mana tentunya insomnia ini tidak lah baik bagi tubuh dan apabila terus-terusan terjadi dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan mental. Upaya yang dapat dilakukan agar tidak mengganggu kesehatan mental diantaranya adalah mengatur waktu dengan baik dalam mengerjakan tugas serta tidak terlalu memikirkan tugas sebagai beban agar tidak menjadi stres. Serta mencari lingkungan yang baik tentunya penting dalam menjaga kesehatan mental, beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan, berteman dengan teman yang saling mendukung terhadap hal yang positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun