Jam dinding sudah menunjukkan pukul 01:45 dini hari. Kedua mataku belum mampu terpejam.. Entah sudah berapa lama aku berdiri mematung di sini, di bibir jendela. Kubiarkan jendela kamar terbuka. Semilir angin malam membelai lembut wajahku. Kutatap langit, kudapati bulan separuh dengan sebuah bintang yang bercahaya redup sebagai penghias langit malam. Ingatanku melayang ke dimensi waktu itu..........
********************************************************************
"Kak Iiiiiiiiinnnnnnn......" teriak gadis dari kamar sebelah, tak lama kemudian kudengar derap langkah kaki yang teruru-buru menuju kamarku. Pintu kamarku pun terbuka. "Kak In, coba tebak apa yang barusan terjadi?" seru gadis berambut sebahu itu. Senyum yang tersungging dibibirnya menyiratkan kalau ia sangat bahagia. "Ada apa sih dik? Malam-malam kok teriak-teriak begini sih? Ntar tetangga pada kaget lho" jawabku seraya melipat mukenah yang baru saja kupakai shalat Isya. "Hehehheheeee.......coba tebak dulu kak? Masalah tetangga tenang aja, dijamin ga bakalan ada yang komplen, soalnya mereka sudah pada mudik tadi sore heheheeee...." Jawabnya sambil cengengesan. "Hmmmm....tante Mirna mau ngirim Itiak Lado Ijo, kamu kan paling doyan sama makanan yang satu itu hehehhee...." jawabku asal. "Yahhhhh.... Kalo itu mah biasa kak, coba tebak lagi" katanya sambil duduk memeluk bantal di atas tempat tidurku. "Hmmmmmm....apa yah???" jawabku sok mikir, "aha.....desain rumah diterima" kataku sambil menjentikkan jari. "Yah......bukan, kalo itu mah biasa juga kak, adikmu ini kan cerdas hihihiiiiiiiiii........ayo tebak lagi" katanya dengan wajah penuh harap. "Kakak nyerah deh, apaan sih, koq girang amat?. " Hehehheheee......aku....aku......dilamar kak" jawabnya dengan wajah bersemu merah. "Wahhhhh.....subhanallah, Alhamdulillah. Selamat yah sayang" kataku seraya memeluknya. "Iya kak, akhirnya ia bilang mau ke rumah tuk bertemu orang tuaku". "Kapan dia mau ke rumah?" tanyaku. "Insya Allah dua bulan lagi, soalnya masih ada urusan yang harus ia selesaikan dulu. Kakak.....Arin seneng banget. Akhirnya penantianku akan segera berakhir kak." Katanya sambil terisak didekapanku. "Iya dik, Alhamdulillah...kakak juga sangat bahagia mendengar kabar ini, sekali lagi selamat yah sayang"
Namanya Arini, seorang arsitek muda dari pulau Jawa. Sama seperti diriku, ia juga perantau yang di tugaskan di kota kecil ini. Sudah hampir tiga tahun kami tinggal bersama di sebuah rumah kontrakan. Pertemuanku dengannya juga tidak sengaja. Bertemu di bandara, dan karena ia tidak memiliki sanak keluarga di kota ini juga belum tahu mau tinggal di mana, makanya kuajak ia tinggal sementara di tempatku. Lambat laun seiring berjalannya waktu, kami pun semakin akrab, layaknya saudara. Ia sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Usianya terpaut 2 tahun dariku. Karenanya kami memutuskan untuk ngontrak bareng saja. Jarak rumah dengan kantorku dan kantornya juga lumayan dekat.
Sejak malam itu, hari-harinya semakin ceria saja. Aku bisa merasakan betapa bahagianya ia. Ahhhhh....cinta....cinta......sungguh hebat dirimu yang bisa membuat hidup seseorang serasa di taman bunga yang indah. Lihatlah adikku sekarang, senyum bahagia senantiasa terpancar di wajahnya, keceriaan seolah tak pernah lepas dari hari-harinya. Rancangan-rancangannya pun bisa selesai dalam waktu yang relatif singkat. Dan hei....lihatlah. Ini......hah......apakah Arini yang membuat ini semua???? Terbesit Tanya dalam benakku, tatkala mendapati setumpukan kertas di atas meja kerjanya. Kertas yang berisikan bait-bait puisi yang indah. Wow....sungguh....cinta memang ajaib. Jadi teringat kata Jalaludin Rumi mendeskripsikan cinta dengan begitu indah : "Cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin." Ahhhhh...cinta....cinta.....
Cemas ini kan kujadikan saksi
Sewaktu tengadah resah pada Ilahi
Meminta agar kau menyisi di sini
Lama sudah hadirmu kuingini
Tangis ini kan kujadikan jalan
Meraihmu dari tangan Tuhan