Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah paradigma dalam pembelajaran yang sudah bertahun-tahun lalu di cetuskan oleh Carol Ann Tomlinson. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah paradigma seorang guru bahwa untuk memperoleh kualitas proses dan hasil pembelajaran yang maksimal, harus memperhatikan keadaan, kondisi, kebutuhan, atau karakteristik dari setiap peserta didik, sehingga dapat dilakukan penyesuaian.
Pada saat Kurikulum Merdeka mulai di implementasikan, munculah pembelajaran paradigma baru yang memiliki tujuan akhir agar pendidik dapat menyusun perangkat ajar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Dengan kata lain, implementasi pembelajaran diferensiasi adalah salah satu kunci utama yang berperan agar pembelajaran paradigma baru ini berjalan dengan baik.
Di antara tiga komponen karakteristik peserta didik yang dapat didiferensiasikan, salah satunya  adalah kesiapan belajar. Kesiapan belajar merefleksikan apa yang peserta didik ketahui, pahami, dan dapat mengikuti pembelajaran yang guru berikan (Tomlinson, 2003).Â
Tujuan dilakukannya pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan kesiapan belajar (readiness) adalah untuk menyesuaikan tingkat kesulitan pembelajaran sesuai dengan level kemampuan peserta didik. Misalnya, peserta didik dengan kemampuan diatas rata-rata akan diberikan latihan atau soal lebih sulit, sedangkan untuk peserta didik dengan kemampuan dibawah rata-rata akan diberikan dukungan atau bantuan agar mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan tantangan (challenge) yang sesuai.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan kesiapan belajar dalam pengajaran writing atau menulis.
- Pertama dalam diferensiasi konten, guru dapat menyajikan teks yang telah disesuaikan tingkat kesulitannya, misalnya menggunakan vocabulary yang lebih mudah dan lebih pendek bagi peserta didik dengan tingkat kemampuan rendah.
- Kedua, dalam diferensiasi proses guru dapat menyusun Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang berbeda tingkat kesulitannya, yaitu dengan level bantuan, bimbingan atau pendukung yang berjenjang. Misalnya peserta didik dengan tingkat kemampuan rendah dapat diberikan LKPD writing yang dilengkapi dengan graphic organizer, sentence starter and transition word, guided question, word banks, dan juga self-assessment checklist. Guru dapat memilih atau menggunakan semua jenis bantuan tersebut untuk digunakan secara tepat sesuai keadaan peserta didiknya. Sedangkan untuk peserta didik dengan level kemampuan lebih tinggi, guru dapat menyesuaikan bantuan tersebut dengan mengurangi intensitas atau pun jumlahnya.
- Ketiga, diferensiasi produk. Guru dapat memberikan topik dengan tingkat kerumitan yang berbeda. Misalnya dalam menulis recount text, peserta didik dengan kemampuan rendah dapat diberikan tema tentang liburan atau Holiday, sedangkan peserta didik dengan kemampuan lebih tinggi dapat diberikan tema, misalnya pengalaman mengikuti sebuah acara atau Experienced of Participating in an Event. Selain hal tersebut, guru juga dapat membuat rubrik penilaian produk yang berbeda, sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Sumber:
Tomlinson, Carol Ann & Eidson, Caroline Cunningham. (2003). Differentiation in practice a resource guide for differentiating curriculum grades 5-9. Association for supervision and curriculum development.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H