Nama : Indriana Putri
nim : 2203010031
‘Bermimpilah sebanyak mungkin. Jika ingin mengubah hidup. Maka lakukan kesempatan yang tersisa’-by indri
“Yihaaaa” hebohku sendiri di dalam kamar.
“Sebenarnya aku gak begitu seneng sih bisa kuliah. Tapi, gimana ya. Kalau dipikir-pikir gak semua orang bisa dapat nasib sebagus diri ini”, renungnya sambil melihat hasil seleksi Snmptn.
“Hmmm….coba deh kamu ingat-ingat betul gimana saat kamu mengumpulkan data-data kamu beberapa bulan yang lalu” ujar ibu saat memasuki kamar ku sambil membawakan segelas susu.
“Makasih bu. Apa ya waktu itu…”
Flashback 2 bulan yang lalu…
“PERHATIAN SEMUANYA UJIAN SEKOLAH AKHIRNYA TELAH USAI. SETELAH ITU AKAN DIADAKAN PESANTREN KILAT. UNTUK JADWALNYA AKAN MENYUSUL DAN DISEBARKAN MELALUI PAGUYUBAN MASING-MASING”, perintah kajur sekolahku.
“Wahh gak nyagka banget udah mau lulus dari sekolah ku tercintak ini”
“Halah…masih lanjut sekolah lagi kan lu?” tanya Rani.
“Haha iya sih. Ya gitu deh”
Setelah sesi poto bersama didepan ruang kepala sekolah. Aku segera ke laboratorium untuk melakukan tes urin. Karena, itu untuk memenuhi peraturan kampus ku nanti. Selang beberapa minggu. Akhirnya pesantren kilat diadakan. Aku jatuh sakit saat puasa ramadhan. Saat itu tak mudah bagi ku untuk menyelesaikan beberapa berkas.
Keesokan harinya aku akan pergi berobat bersamaan dengan ibu yang akan mengambil beras jatah bulanan. Saat itu dompet ibu jatuh dijalan. Dan rencana berobatku serta kupon pengambilan beras akhirnya kacau. Untuk mengatasi hal ini. Kami memutuskan untuk kembali ke rumah lagi. Lalu mengulang perjalanan. Semua rasanya sia-sia.
Terlihat raut wajah kecewa yang terukir pada wajah ibu. Aku merasa sangat iba dan bersalah. Karena ini semua karena aku sakit. Lalu, kami melanjutkan perjalanan untuk ke puskesmas pembantu karena telah diarahkan karena kartu berobat itu hilang. Sakit kepala ku benar- benar payau. Kepala ku terasa seperti di hujam paku-paku menembus kulit kepala ku. Membutuhkan waktu seminggu untuk benar-benar pulih dari kondisi drop ku.
“Udah atuh, jangan di inget-inget” kata ibu yang menyadarkan lamunanku.
“Maafkan aku bu. Karena aku jadi jatah beras bulanan kita kemarin membuat ibu kecewa. Sekali lagi maafkan aku bu hikss” kata ku sambil menangis payau
“Udah ibu maafkan sayang. Anggap saja itu ujian dari allah ya nak”
“I-iya bu”
Waktu berlalu begitu cepat. Aku benar-benar sudah sah menjadi seorang mahasiswa. Kadang aku bangga, kadang aku menyesal. Karena, aku tidak bisa membantu ibuku saat ini karena aku telah memilih melanjutkan kuliah. Dan itu pasti menjadi beban tambahan lagi bagi ibu. Ditambah dengan usia ibu yang hampir setengah abad. Aku hanya bisa berdoa untuk kedepannya supaya ibu masih ada disisiku untuk melihat kesuksesan anaknya kelak.
Bulan ini aku akan mengikuti kegiatan PKKMB. Hari itu adalah besok. Jatuh pada hari senin. Aku belum mendapatkan dasi. Bodohnya aku hanya mengandalkan satu tempat yang menurutku ada. Nyatanya nihil. Barang itu laris karena harganya yang murah. Terpaksa aku merogoh kocek ku lebih dalam untuk membeli di swalayan lain yang harganya sedikit mahal. Aku merasakan lelah yang luar biasa pada hari ini. Karena aku menyiapkan beberapa keperluan kampus secara mendadak. Akhirnya aku tertidur begitu saja diatas ranjangku.
Sepertinya aku kesiangan. Aku terlambat. Mati dalam batinku. Aku merasa akan dipermalukan satu kampus jika kesalahan ini terjadi pada hari ini.
“Heh anak baru. Siapa yang ijinkan kamu masuk ke dalam ruangan ini!” kata kating prodi ku dengan ketus
“M-maaf kak s-saya..”
Belum sempat aku bicara. Aku digeret menuju lapangan. Aku melihat tatapan mengejek ramai melihatku. Aku sangat merasa bodoh. Batinku berteriak siapapun tolonglah aku. Namun mereka tidak perduli sama sekali. Aku hanya mendapatkan cemoohan dihari mulia pertama ku.
“CONTOH ORANG BODOH DIDEPAN KALIAN INI!”
“BEBAL” kata dosen disana
“BEBAN KAMU DIKS HAHAH!”
“KAMU ITU MAHASISWI KURANG AJAR, BERANI-BERANI NYA KAMU LANGGAR ATURAN!”
Mereka menyorakku. Aku dihukum untuk berlari sebanyak 30 kali. Lalu, aku menyanyikan lagu kebangsaan tiga bait. Betapa indahnya perlakuan yang ku dapatkan hari ini. Aku tidak amat menyangka. Aku menangis di balik pintu toilet. Kembali ku dapatkan perlakuan siswi yang tidak menyukai ku. Kini mereka mengurungku didalam bilik.
Apa kesalahanku sebesar itu?
Mengapa tidak ada yang peduli
Apakah pilihan ku untuk melanjutkan ini salah?
Kenapa mereka begitu kejam kepadaku
Apakah hokum alam akan adil?
Tiba-tiba sebuah bayangan mendekatkan dirinya padaku. Sosok itu memunculkan rupaya yang seram. Ia ingin mendekapku. Tapi aku menolaknya. Hingga ia murka padaku. Aku sekarang melayangkan kaki ku. Karena ia menarik kerahku. Aku tercekik dalam jarinya yang panjang dan kuku yang kotor. Ia membuka mulutnya dan ingin menggigit leherku.
“TIDAKKKKK”
“Huffft cuman mimpi” ujarku puas
Aku terbangun cukup kaget. Jam di dinding menunjukkan pukul dua pagi. Keringat dipelipis seakan deras mengalir membasahi parasku. Dengan nafas yang terengah-engah. Ku coba untuk mengatur nafas sembari menenangkan diri. Di malam hari yang redup. Tanpa memperlihatkan keindahan seperti biasanya. Langit tampak merah tanda ia mendung malam. Gumpalan awan itu semakin menghujam malam dengan membawa kan angin sedikit kencang. Jendela bilik ku mulai menghentak-hentakkan tubuhnya pada dinding. Ku tutup jendela itu dengan cepat. Ulat-ulat (laron) pada berterbangan banyak diatas lampu kamarku. Segera ku berlari menuju kamar mandi untuk mengambil ember berisikan air. Dan ku padamkan lampu. Untuk pertama kalinya ku merasa takut akan kegelapan. Aku memberanikan diri karena aku tidak ingin membangunkan siapapun saat ini. Aku kembali mencoba mengingat kembali mimpi itu.
Kegelapan
Terasa hampa dikala malam
Menerpa beragam macam pikiran
Daku mencoba menepis kekhawatiran
Ingin rasanya meminta pertolongan
Tapi, rasanya tidak mungkin
Akan terasa sangat egois akan karena ketakutan
Akan terasa sangat mengganggu manusia lain
Yang sedang dalam masa alam bawah sadarnya.
Aku tersadarkan oleh sesuatu yang kadang aku kerjakan. Sholat malam. Karena kata ibu itu adalah sesuatu yang paling mulia diantara ibadah lainnya. Aku pun segera membentangkan sajadah dan bersuci.
PUKUL 07.00 WIB
Semua mahasiswa baru telah dikumpulkan rapi didalam ruangan auditorium milik kampus ku. Sangat megah dan indah. Aku senang saat apa yang terjadi saat ini tidak seperti didalam mimpi ku tadi malam.
-Segala mimpi hanyalah petaka alam bawah sadar. Tidak sepenuhnya percaya pada pesan alam. Usaha yang berbeda pada dunia saat ini kemungkinan itu yang terjadi selanjutnya. Dan itu nyata!
KARYA : INDRIANA PUTRI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H