Mohon tunggu...
Indri cilik
Indri cilik Mohon Tunggu... -

Seseorang yang sedang berjuang mewujudkan mimpi2nya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pak Ma'mun: Dan Kutukan Itupun Usai Sudah...

28 November 2009   06:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:10 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mutasi bagi seorang PNS di Lingkungan Departemen kami merupakan hal yang biasa. Pindah dari satu kantor ke kantor lain bahkan untuk tingkat eselon IV ke atas mutasinya meliputi nasional. Lintas pulau dan propinsi. Tepat pada penghujung tahun 2006 kantor kami yang berlokasi di Cengkareng-Jakarta Barat mendapatkan durian runtuh alias mendapatkan rejeki. Ya...  ada sebuah nama yang turut dimutasi. Konon kabarnya, sosok ini sangatlah bijak dan santun. Penasaran. Karena bapak ini bakalan satu seksi denganku walaupun bukan atasanku langsung. Beliau saat itu menjabat sebagai Koordinator Pelaksana sub bagian Rumah Tangga sedangkan aku pelaksana sub bagian Kepegawaian. Tak ada yang istimewa. Postur tubuh yang tidak terlalu tinggi. Kurus. Rambut beruban menandakan sebentar lagi saatnya pensiun. Ma'mun. Begitu beliau memperkenalkan dirinya.  Tak lebih tak kurang. " Jauh banget Mbak... dari ujung ke ujung... macet lagi...", Ungkapnya pertama kali begitu sampai di kantor kami. Aku tersenyum getir demi mendengar keluhan itu. Pasalnya, setiap pegawai yang mendapat mutasi ke kantor kami selalu mengeluhkan hal yang serupa. Yahh...  begitulah...  kantor kami yang berlokasi di Cengkareng  ibarat  sebuah  kutukan.  begitu kelakar kami. Bila  sudah  masuk maka  bakalan susah keluarnya. Fakta membuktikan ada pegawai yang sudah lebih dari sepuluh tahun masih bertahan di cengkareng. Tidak kena mutasi. Padahal teman seangkatannya yang lain sudah mutasi ke berbagai kantor di Jakarta. Tak sedikit pula yang menghabiskan akhir masa kerjanya di kantor kami. " Padahal saya berangkat dari rumah jam lima Mbak... naik bus mayasari Bekasi-Kalideres... ehh... nyampe sini masih telat juga...", Imbuhnya. Kantor kami yang tidak berlokasi di jalan besar ditambah kemacetan akibat proyek pembangunan jalan tol yang tak kunjung selesai, membuat kisruh para pegawai yang setiap pagi harus mengejar absen. 07.30 WIB tengg. " Semangat Pak... !!! ", Hanya itu yang bisa aku katakan. Bingung. Membayangkan betapa jauhnya perjalanan yang harus ditempuh Pak Ma'mun. Berbanding terbalik dengan lokasi kosku yang tinggal selemparan batu sudah sampai di Kantor. Ffiuhh. Awal-awal mutasi beliau tampak sedikit stres. Tekanan darah meningkat drastis. Tapi lumayan, beliau sudah tidak terlambat lagi. " Sebelum shubuh saya sudah berpakaian rapi mbak. Begitu selesai sholat shubuh langsung berangkat. Kalau tidak begitu bisa terlambat lagi. Dipotong 1,25 % deh. Bisa habis gaji saya." Ahhh... si Bapak... semoga Allah menghitung setiap jarak yang kau tempuh. Amin. "Pak istirahat... dari tadi kayaknya Bapak mondar-mandir terus...", Tegurku suatu kali. " Justru saya harus begini Mbak... harus sibuk... pokoknya yang bisa dikerjain ya dikerjain sajalah... daripada nganggur... kata Pak dokter, saya harus menyibukkan diri dengan pekerjaan... Kalo nganggur saya bisa kepikiran... stress... tekanan darah saya ntar naik lagi... ", Jelasnya panjang lebar. Oooo. Jadi semenjak itu Pak Ma'mun selalu tampak sibuk. Memang bagian Rumah Tangga cakupan pekerjaannya sangat luas. Mulai dari urusan listrik, air, inventaris kantor, sampai tetek bengek perlengkapan ATK (Alat Tulis Kantor). " Listrik mati Pak... Genset harus segera dinyalakan...!!!", perintah Bapak Kepala Seksi. Dengan sigap Pak Ma'mun mengajak pelaksananya menuju tempat genset dan segera menyalakannya. Kali lain giliran air yang mati. Suara melolong-lolong memanggil pak Ma'munpun terdengar. "Pak minta kertas A4 dan F4 5 rim...", pinta salah satu seksi. Tanpa babibu dengan bantuan cleaning service beliau menuju gudang ATK.  Dengan ringan tangan dan tanpa keluh kesah Pak Ma'mun melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Kalau lagi senggang beliau mengutak-atik sound system kantor yang rusak. Hebat. Sound system yang sudah butut itu kembali berfungsi. Atau, aku pernah memergoki beliau sedang membuat terminal kabel. Tape recorder yang rusakpun jadi sasaran berikutnya. " Pak Ma'mun lulusan STM ya...???", Tanyaku penasaran. " Bukan Mbak... tapi memang hobi mereparasi alat-alat elektronik...", Jawabnya. Begitulah Pak Ma'mun tidak mau terlihat menganggur di kantor. Asal tau saja, walaupun tiga tahun lagi beliau pensiun tapi beliau sangat gape   mengoperasikan komputer. Tidak seperti pegawai sepuh lainnya yang selalu beralasan tidak bisa mengoperasikan komputer demi menghindar dari sebuah pekerjaan. Tidak seperti Koordinator Pelaksana lainnya yang cenderung suka memerintah para pelaksananya. Semangat Pak Ma'mun yang menyala-nyala ini juga menjalar ke dalam tubuhku pun ke pegawai lainnya. Selalu menjadi cambuk bagi kami untuk lebih giat bekerja dan tidak bermalas-malasan. Demi melihat sosok sepuh yang selalu terlihat sibuk bekerja, kami yang dari segi usia lebih muda tidak mau kalah. Sesekali kalau ada waktu luang kami bertukar pikiran dengan beliau. Bercerita apa saja. Menyenangkan berdiskusi dengan beliau. Bijak dan selalu memandang segala permasalahan dari sisi positifnya. Aku sendiri sudah menobatkan beliau sebagai bapakku yang kedua. Menenangkanku dengan penuh kesabaran bila aku terlalu emosi. Menampung berbagai uneg-uneg kami, para pelaksananya. Sikap beliau yang seperti ini membuatnya disegani seluruh pegawai. Tak ada sedikitpun nada-nada sumbang untuk beliau sampai di akhir masa kerjanya. Sejak bulan Juli 2009 Pak Ma'mun memasuki masa pensiun. Sedih. Pasti.  Kehilangan seseorang yang sudah menularkan semangat yang luar biasa bagi kami semua.  Tapi yang jelas beliau sudah memberikan hal yang begitu luar biasa. Memberikan teladan bahwa seorang atasan tidak harus bossy. Kabar terakhir, Pak ma'mun sekarang aktif dalam kepengurusan masjid di kompleknya. Pun ikut berbagai pengajian. Dan yang paling menyenangkan dia telah menjadi seorang kakek. Selamat ya pak. Oiya, Pak Ma'mun juga telah menyelesaikan kutukan dengan sangat sempurna. Pensiun di Cengkareng tanpa cacat pekerjaan. Keteladanan Pak Ma'mun telah menempati ruang terbaik di hati kami. "Hidup di dunia hanyalah sekali saja. Tergantung kita bagaimana memanfaatkan kesempatan hidup yang diberikan Allah swt ini. Untuk kebaikan atau untuk kemaksiatan. karena kita yang akan menanggung resiko atas segala hal yang telah kita perbuat."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun