Mohon tunggu...
Indra Agung Putrantoro
Indra Agung Putrantoro Mohon Tunggu... Musisi - Musician | Diploma in Optometry | Undergraduate Student in History Education

Seorang penikmat musik dan sejarah yang santuy, no offense dan jangan terlalu serius dengan tulisan-tulisan dari saya.. Surel : indra.putrantoro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Di Antara Marteen Paes, Eddie van Halen, dan Reno Munz

13 Mei 2024   12:00 Diperbarui: 13 Mei 2024   12:53 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih kuat membekas di kepala para pecinta sepakbola tanah air ketika beberapa hari yang lalu Tim Nasional U23 kita tercinta gagal masuk ke Olimpiade Paris 2024 karena kalah tipis 1-0 melawan Guinea, itu pun berkat hadiah dua voucher penalti haram yang diberikan wasit asal Prancis yang bernama Francois Letexier untuk Guinea. Beruntung tendangan penalti haram yang kedua berhasil digagalkan dengan tepisan yang gemilang kiper Ernando Ari Sutaryadi yang sebenarnya bermain cukup apik pada pertandingan tersebut.

Namun apapun yang terjadi kita tidak dapat menafikan bahwasannya Tim Nasional Sepakbola kita sedang berjalan ke arah yang benar. Dari Timnas Senior hingga Timnas Kelompok Umur kita dibawah asuhan coach Shin Tae Yong dengan sokongan dari Ketum PSSI Erick Thohir dan Presiden Joko Widodo, kita berhasil menorehkan banyak sejarah baru. Diantaranya Timnas Senior kita mampu menembus babak 16 besar Piala Asia dan yang terbaru Timnas U23 mampu menjadi semifinalis Piala Asia U23.

Namun sadarkah anda jika salah satu kunci kesuksesan Tim Nasional kita dibawah asuhan coach Shin Tae Yong dewasa ini adalah maraknya penggunaan pemain naturalisasi atau juga bisa kita sebut dengan pemain diaspora karena pemain yang dinaturalisasi belakangan ini semuanya memiliki darah ataupun keturunan orang Indonesia yang berdomisili di luar negeri. Ini merupakan solusi jangka pendek yang dapat dilakukan oleh coach Shin Tae Yong, karena Timnas yang baik dan kuat justru terlahir dari sistem pembibitan dan pembinaan yang baik dari liga domestik dan dari akar rumput.

Yang menarik adalah meskipun para pemain naturalisasi sekarang yang dicari adalah mereka yang memiliki darah Indonesia namun berdomisili di luar negeri sehingga kita lebih senang memanggil mereka dengan sebutan pemain diaspora, namun salah satu pemain naturalisasi terbaru Timnas Indonesia yang bernama Marteen Paes justru tidak memiliki genetik inlander sedikit pun. Pertanyaannya, kok bisa beliau dinaturalisasi dan bahkan kita pun berhasil menang di pengadilan arbitrase internasional sehingga Marteen Paes bisa pindah federasi dari KNVB ke PSSI dan di approve oleh FIFA?

Pada pasal 2 UU no 12 tahun 2006 dikatakan bahwa "Yang termasuk warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara". Kemudian dalam syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan non kelahiran (perkawinan, pengangkatan anak, pewarganegaraan, turut ibu bapak dan penaklukan suatu negara) dan berdasarkan kelahiran (asas keturunan yang disebut dengan ius sanguinis dan asas tempat kelahiran yang biasa disebut dengan ius soli).

Nah para pemain keturunan generasi terbaru yang telah dinaturalisasi seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, Elkan Baggott, Justin Hubner, Ivar Jenner, Rafael Struick dan Shayne Pattynama, mereka semua dinaturalisasi berdasarkan asas ius sanguinis. Hal ini berbeda dengan proses naturalisasi Marteen Paes yang tidak memiliki keturunan bangsa Indonesia asli. Marteen Paes bisa dinaturalisasi karena walaupun dia tidak berhak menjadi warga negara Indonesia secara ius sanguinis, namun secara ius soli Marteen Paes berhak menjadi warga negara Indonesia dan berhak memperkuat Tim Nasional Indonesia karena neneknya Paes lahir di Indonesia pada masa era kolonial Hindia Belanda.

Menarik Ketika ketika membahas asas ius soli ini, menurut artikel di fakultas hukum UMSU dikatakan bahwa "Asas ius soli berlaku jika seseorang mendapatkan kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahirannya. Ini banyak diterapkan di negara-negara imigran seperti Amerika, Australia, dan Kanada. Namun, tidak semua tempat kelahiran menentukan kenegaraan. Misalnya, di Indonesia, seseorang yang lahir di wilayah hukum Indonesia menjadi penduduk negara Indonesia".

Jika kita tarik jauh ke belakang maka kita akan mendapati bahwa demografi penduduk di Hindia Belanda pada sensus 1930 dari total penduduk sebanyak 60 juta jiwa disebutkan bahwa sebanyak lebih dari 240.000 penduduknya merupakan orang eropa yang tentunya didominasi oleh orang Belanda. Nah orang-orang Belanda di Hindia Belanda pun dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu blijvers (darah murni) yang biasa kita sebut dengan istilah totok dan mesties (darah campuran) yang biasa kita sebut dengan sebutan orang indo.

Dari kisah yang diceritakan langsung oleh Marteen Paes di kanal youtubenya "(Nenek saya) lahir di sana (Kediri), tinggal di sana selama lima, enam tahun. Lalu, ada Perang Dunia II pecah dan kemudian selama beberapa tahun dia berada di kamp-kamp Spanyol-Jepang," kata Maarten Paes. "Setelah itu, setelah beberapa tahun, dia kembali ke Belanda dengan menaiki sebuah kapal dan kemudian dia kembali. Ya, itu adalah bagian dari sejarah. Tapi, ya dia selalu bicara dengan rasa syukur tentang waktunya di Indonesia, terutama sebelum perang," sambungnya.

Jelaslah sekarang bahwa neneknya Marteen Paes ini termasuk kedalam golongan blijvers karena walaupun keturunan orang Eropa asli namun lahir di Kediri. Dan FIFA pun selaku federasi sepakbola tertinggi di dunia mengakui bahwa kewarganegaraan seorang pesepakbola tidak hanya berdasarkan ius sanguinis namun bisa juga berdasarkan ius soli. Inilah mengapa proses naturalisasi Marteen Paes menjadi lancar walaupun dia tidak memiliki darah pribumi Indonesia. Namun dia dan neneknya sangat mencintai tanah air Indonesia dan ingin membela Tim Nasional Indonesia.

Setelah terang benderang kita membahas proses naturalisasi dari Marteen Paes sebenarnya ada banyak orang-orang di luar negeri sana yang memiliki status seperti Marteen Paes. Tahukah anda jika dulu ada gitaris ternama yang bernama Eddie dari band legendaris Van Halen merupakan blijvers juga? Benar, ibunya Eddie van Halen yaitu Eugenia van Beers merupakan orang Belanda yang lahir dan besar di Rangkasbitung, Banten. Selain Van Halen yang terbaru menyusul kesuksesan Bayer Leverkusen menjuarai Bundesliga, didalam squadnya pun terdapat seorang blijvers yang bernama Reno Morris Munz.

Bek jangkung berusia 18 tahun berdarah Jerman ini ternyata lahirnya di Jakarta, dan walaupun masih bermain di level Bayer Leverkusen junior namun secara regular sering diajak berlatih bersama tim utama oleh coach Xabi Alonso dalam setiap agenda pre-season. Maka secara asas ius soli Reno Munz juga bisa dinaturalisasi menjadi WNI dan menjadi pemain Timnas Indonesia, tinggal Mas Reno nya mau atau tidak melepaskan kewarganegaraan Jerman dan menjadi warga negara Indonesia. Bagaimana menurut anda, apakah pantas dan perlu Reno Munz menjadi target naturalisasi coach Shin Tae Yong selanjutnya? *iap (disarikan dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun