Mohon tunggu...
Indra Wardhana
Indra Wardhana Mohon Tunggu... Konsultan - Advance Oil and Gas Consulting

Expert in Risk Management for Oil and Gas, Security and Safety

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Pernyataan Sultan Sepuh Jaenudin II Arianatareja

14 Desember 2024   11:22 Diperbarui: 15 Desember 2024   13:15 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Pribadi Sunan Gunung Jati

Indra Wardhana


Terjemahan Koran De Priangerbode tanggal 9 Juni 1953 :

Ktfai Hadji A. Hadisiswojo, Kepala urusan agama untuk Jawa Barat, pada 23 Juni di Cheribon, menyerahkan kontribusi dalam bentuk uang kepada sebuah komite atas nama pemerintah Indonesia untuk pemugaran graf Sunan Gunung Djati, "penguasa pertama di Jawa Barat," yang telah beralih ke agama Islam dan banyak berkontribusi untuk penyebaran kepercayaan Islam di kepulauan ini.

Komite tersebut terdiri dari Sultan Kasepuhan, Sultan Kanoman, Sultan Katjrebonana, Sultan Kabrabonan, dan banyak tokoh masyarakat terkemuka di Cheribon. Pemugaran graf Sunan Gunung Djati merupakan bagian dari rencana besar pemerintah untuk menghormati pahlawan nasional dari sejarah Indonesia.

Dokumen Pribadi Sultan Sepuh Jaenudin II Arianatareja ( Pangeran Kua Putih)
Dokumen Pribadi Sultan Sepuh Jaenudin II Arianatareja ( Pangeran Kua Putih)

Sultan Sepuh Jaenudin II Arianatareja kembali menegaskan bahwa Sunan Gunung Jati, selain dikenal sebagai salah satu anggota Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara, juga merupakan seorang raja yang memikul tanggung jawab besar dalam memimpin rakyat Cirebon melawan penjajahan. Dengan rekam jejak perjuangan yang luar biasa, beliau layak untuk diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Keinginan untuk memberikan gelar ini sebenarnya telah direncanakan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1953, sebagaimana tercatat dalam harian umum Belanda De Priangerbode pada 9 Juni 1953. Namun, hingga kini, gelar tersebut belum juga diberikan.

Dok.Pribadi Sunan Gunung Jati
Dok.Pribadi Sunan Gunung Jati

Tugas Besar yang Diemban oleh Sunan Gunung Jati

Sebagai seorang raja dan tokoh agama, tugas yang diemban oleh Sunan Gunung Jati sungguh besar dan berat. Di satu sisi, beliau memimpin Kesultanan Cirebon sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan di wilayah pesisir utara Jawa. Di sisi lain, beliau juga menjadi motor penggerak penyebaran Islam di Tanah Jawa melalui dakwah yang damai dan penuh kebijaksanaan. Peran ganda ini membuat Sunan Gunung Jati bukan hanya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga seorang negarawan yang mampu menyatukan rakyat dari berbagai latar belakang untuk melawan penjajahan dan menjaga kedaulatan wilayahnya.

Inspirasi Perjuangan Rakyat Cirebon

Warisan nilai perjuangan yang ditanamkan oleh Sunan Gunung Jati tidak berhenti pada masanya saja. Semangatnya terus hidup di hati rakyat Cirebon, yang dengan gigih melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda selama berabad-abad. Sejarah mencatat berbagai jejak heroik rakyat Cirebon dalam menolak dominasi kolonial, termasuk:

  1. Perang Melawan Portugis dan VOC Pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati, Kesultanan Cirebon bersekutu dengan Demak untuk menghadang dominasi Portugis di Selat Sunda. Beliau juga tegas menolak segala bentuk perjanjian sepihak yang diajukan oleh Belanda melalui VOC, meskipun harus menghadapi tekanan militer.
  2. Perlawanan Rakyat di Era Kolonial Ketika Belanda mulai memperluas kekuasaannya di Jawa, rakyat Cirebon melanjutkan perlawanan yang diilhami oleh semangat Sunan Gunung Jati. Mereka tidak gentar menghadapi tekanan kolonial, meskipun sering kali harus berhadapan dengan kekuatan yang jauh lebih besar.
  3. Deklarasi Kemerdekaan di Cirebon Fakta menarik dari sejarah perjuangan rakyat Cirebon adalah deklarasi kemerdekaan yang dilakukan lebih awal dibandingkan dengan Proklamasi Kemerdekaan oleh Soekarno-Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945. Hal ini menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan sudah lama berakar kuat di wilayah Cirebon, didorong oleh nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh Sunan Gunung Jati.

Kritik terhadap Pemerintah: Mengapa Gelar Pahlawan Nasional Belum Diberikan?

Meski kontribusi Sunan Gunung Jati dalam sejarah perjuangan bangsa tidak diragukan lagi, hingga kini pemerintah belum juga memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada beliau. Padahal, langkah untuk mengakui jasa-jasanya sudah direncanakan sejak tahun 1953. Tercatat dalam harian Belanda De Priangerbode, pemerintah Indonesia saat itu menyadari besarnya peran Sunan Gunung Jati dalam membangun fondasi perlawanan terhadap penjajahan.

Namun, lambannya realisasi pemberian gelar ini menimbulkan pertanyaan besar. Apakah pemerintah kurang menghargai peran tokoh lokal seperti Sunan Gunung Jati dalam perjuangan kemerdekaan? Ataukah ada faktor lain yang membuat pengakuan ini terus tertunda? Bagaimanapun, mengakui jasa Sunan Gunung Jati adalah bentuk penghormatan yang bukan hanya layak, tetapi juga sudah seharusnya diberikan oleh negara.

Mengapa Sunan Gunung Jati Layak Menjadi Pahlawan Nasional?

Mengangkat Sunan Gunung Jati sebagai Pahlawan Nasional bukan hanya sekadar penghargaan, tetapi juga pengakuan terhadap perjuangan rakyat Cirebon dan kontribusi beliau dalam sejarah bangsa. Beberapa alasan utama yang mendukung hal ini antara lain:

  1. Peran Ganda Sebagai Pemimpin Spiritual dan Raja Sunan Gunung Jati tidak hanya menyebarkan Islam dengan cara damai, tetapi juga memimpin rakyatnya melawan penjajah, menjaga kedaulatan wilayah, dan memperjuangkan keadilan.
  2. Inspirasi Perjuangan Rakyat Nilai-nilai yang beliau tanamkan menjadi dasar moral bagi rakyat Cirebon untuk terus melawan penjajahan, bahkan hingga masa revolusi kemerdekaan.
  3. Jejak Perlawanan yang Nyata Dari menolak dominasi Portugis hingga menentang hegemoni VOC, perjuangan Sunan Gunung Jati telah tercatat jelas dalam sejarah.

Harapan bagi Pengakuan Sejarah yang Lebih Adil

Kini saatnya pemerintah menegaskan komitmennya untuk menghargai tokoh-tokoh lokal yang berkontribusi besar dalam perjuangan bangsa. Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Sunan Gunung Jati bukan hanya sebagai bentuk penghormatan kepada beliau, tetapi juga sebagai pengakuan terhadap perjuangan rakyat Cirebon yang terinspirasi oleh kepemimpinan dan nilai-nilainya.

Sunan Gunung Jati bukan hanya milik sejarah Cirebon, tetapi juga milik sejarah bangsa Indonesia. Pengakuan atas jasa-jasanya akan menjadi pengingat bagi generasi mendatang tentang pentingnya menjaga nilai-nilai persatuan, keberanian, dan keadilan yang telah diwariskannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun