Pernyataan Sultan Sepuh  Jaenudin II Arianatareja "Sunan Gunung Jati Layak Mendapatkan Gelar Pahlawan Nasional"
Indra Wardhana
Terjemahan Koran De Priangerbode tanggal 9 Juni 1953 :
Ktfai Hadji A. Hadisiswojo, Kepala urusan agama untuk Jawa Barat, pada 23 Juni di Cheribon, menyerahkan kontribusi dalam bentuk uang kepada sebuah komite atas nama pemerintah Indonesia untuk pemugaran graf Sunan Gunung Djati, "penguasa pertama di Jawa Barat," yang telah beralih ke agama Islam dan banyak berkontribusi untuk penyebaran kepercayaan Islam di kepulauan ini.
Komite tersebut terdiri dari Sultan Kasepuhan, Sultan Kanoman, Sultan Katjrebonana, Sultan Kabrabonan, dan banyak tokoh masyarakat terkemuka di Cheribon. Pemugaran graf Sunan Gunung Djati merupakan bagian dari rencana besar pemerintah untuk menghormati pahlawan nasional dari sejarah Indonesia.
Sultan Sepuh Jaenudin II Arianatareja kembali menegaskan bahwa Sunan Gunung Jati, selain dikenal sebagai salah satu anggota Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara, juga merupakan seorang raja yang memikul tanggung jawab besar dalam memimpin rakyat Cirebon melawan penjajahan. Dengan rekam jejak perjuangan yang luar biasa, beliau layak untuk diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Keinginan untuk memberikan gelar ini sebenarnya telah direncanakan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1953, sebagaimana tercatat dalam harian umum Belanda De Priangerbode pada 9 Juni 1953. Namun, hingga kini, gelar tersebut belum juga diberikan.
Tugas Besar yang Diemban oleh Sunan Gunung Jati
Sebagai seorang raja dan tokoh agama, tugas yang diemban oleh Sunan Gunung Jati sungguh besar dan berat. Di satu sisi, beliau memimpin Kesultanan Cirebon sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan di wilayah pesisir utara Jawa. Di sisi lain, beliau juga menjadi motor penggerak penyebaran Islam di Tanah Jawa melalui dakwah yang damai dan penuh kebijaksanaan. Peran ganda ini membuat Sunan Gunung Jati bukan hanya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga seorang negarawan yang mampu menyatukan rakyat dari berbagai latar belakang untuk melawan penjajahan dan menjaga kedaulatan wilayahnya.
Inspirasi Perjuangan Rakyat Cirebon
Warisan nilai perjuangan yang ditanamkan oleh Sunan Gunung Jati tidak berhenti pada masanya saja. Semangatnya terus hidup di hati rakyat Cirebon, yang dengan gigih melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda selama berabad-abad. Sejarah mencatat berbagai jejak heroik rakyat Cirebon dalam menolak dominasi kolonial, termasuk:
- Perang Melawan Portugis dan VOC Pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati, Kesultanan Cirebon bersekutu dengan Demak untuk menghadang dominasi Portugis di Selat Sunda. Beliau juga tegas menolak segala bentuk perjanjian sepihak yang diajukan oleh Belanda melalui VOC, meskipun harus menghadapi tekanan militer.
- Perlawanan Rakyat di Era Kolonial Ketika Belanda mulai memperluas kekuasaannya di Jawa, rakyat Cirebon melanjutkan perlawanan yang diilhami oleh semangat Sunan Gunung Jati. Mereka tidak gentar menghadapi tekanan kolonial, meskipun sering kali harus berhadapan dengan kekuatan yang jauh lebih besar.
- Deklarasi Kemerdekaan di Cirebon Fakta menarik dari sejarah perjuangan rakyat Cirebon adalah deklarasi kemerdekaan yang dilakukan lebih awal dibandingkan dengan Proklamasi Kemerdekaan oleh Soekarno-Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945. Hal ini menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan sudah lama berakar kuat di wilayah Cirebon, didorong oleh nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh Sunan Gunung Jati.