Mohon tunggu...
Indra Wardhana
Indra Wardhana Mohon Tunggu... Konsultan - Managing Director

Bertanggung jawab terhadap pengembangan usaha bisnis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terorisme Biologis: Dilema Poxvirus MPXV, Cacar Monyet dari COVID-19 ke Cacar Monyet: Menguak Motif di Balik Narasi Global

29 Agustus 2024   12:49 Diperbarui: 29 Agustus 2024   12:58 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Terorisme Biologis: Dilema Poxvirus --- MPXV, Cacar Monyet

Dari COVID-19 ke Cacar Monyet: Menguak Motif di Balik Narasi Global

                                        Indra Wardhana


Saat dunia masih bergulat dengan dampak dari pandemi COVID-19, sebuah virus yang pada awalnya digambarkan sebagai ancaman besar bagi kemanusiaan, narasi ketakutan kembali hadir melalui ancaman baru yang dikenal sebagai cacar monyet (MPXV). Namun, seperti halnya COVID-19 yang awalnya menimbulkan kepanikan global sebelum akhirnya dianggap tidak lebih mematikan dari flu biasa, ancaman cacar monyet menimbulkan pertanyaan kritis yang perlu kita renungkan: Apakah kita benar-benar memahami apa yang terjadi di balik layar? Apakah ini adalah permainan yang berulang dengan aktor yang sama tetapi skenario yang sedikit berbeda?

COVID-19: Membedah Narasi dan Realitas

Ketika COVID-19 pertama kali menyebar dari Wuhan, China, dunia menyaksikan dengan ketakutan bagaimana virus ini menginfeksi jutaan orang dalam waktu singkat. Media dipenuhi dengan gambar dan video yang menggambarkan kota-kota yang sepi, rumah sakit yang penuh sesak, dan angka kematian yang terus meningkat. WHO mengumumkan pandemi global, dan langkah-langkah drastis seperti lockdown diberlakukan di hampir seluruh negara.

Namun, seiring berjalannya waktu, muncul data dan analisis yang menunjukkan bahwa tingkat kematian COVID-19 sebenarnya tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya, terutama di antara mereka yang sehat dan muda. Varian-varian baru yang muncul lebih mirip dengan flu musiman, dan banyak yang mulai bertanya-tanya apakah respons global yang dramatis sebenarnya diperlukan.

Pandemi ini mengubah banyak aspek kehidupan global, mulai dari kebijakan kesehatan hingga dinamika ekonomi dan politik. Tetapi di balik semua perubahan ini, muncul kecurigaan bahwa narasi ketakutan yang diciptakan terkait COVID-19 mungkin lebih dari sekadar peringatan kesehatan yang murni. Apakah ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar untuk mengendalikan populasi global? Pertanyaan-pertanyaan ini mengarah pada refleksi yang lebih dalam tentang bagaimana krisis kesehatan digunakan dan dimanipulasi.

Cacar Monyet: Babak Baru dalam Narasi Ketakutan?

Tak lama setelah dunia mulai terbiasa dengan kenyataan COVID-19, ancaman baru muncul dengan cepat: cacar monyet. Virus yang dulu hanya diketahui menyebar di daerah-daerah terpencil Afrika tiba-tiba muncul di negara-negara Barat, menimbulkan kepanikan baru. WHO sekali lagi berada di garis depan, mengeluarkan peringatan tentang potensi pandemi baru.

Namun, seperti COVID-19, ancaman ini segera menunjukkan pola yang familiar: narasi ketakutan yang dibangun dengan hati-hati, respons global yang tampaknya berlebihan, dan pada akhirnya, kenyataan yang lebih ringan daripada yang diperkirakan. Data awal menunjukkan bahwa meskipun cacar monyet dapat menyebabkan kematian, terutama di daerah dengan akses kesehatan yang terbatas, tingkat penularannya jauh lebih rendah dibandingkan COVID-19, dan banyak kasus yang dilaporkan memiliki gejala yang relatif ringan.

Ini memunculkan pertanyaan yang lebih besar: Mengapa narasi ini terus diulang? Siapa yang diuntungkan dari ketakutan global ini? Dan apakah cacar monyet hanyalah alat lain dalam permainan yang sama yang dimainkan oleh elite global untuk mengendalikan populasi dan memperluas kekuasaan mereka?

Mengkritisi Peran WHO dan Elite Global

WHO, sebagai badan kesehatan dunia yang seharusnya netral, kini semakin dipertanyakan perannya. Apakah organisasi ini benar-benar bekerja untuk kepentingan kesehatan global, ataukah menjadi alat bagi elite global untuk mencapai tujuan tersembunyi mereka? Keputusan WHO di masa lalu, seperti rekomendasi untuk memusnahkan stok virus variola, diikuti oleh munculnya ancaman baru seperti cacar monyet, membuat banyak orang bertanya-tanya tentang motif di balik tindakan ini.

Apakah cacar monyet dan COVID-19 bagian dari skenario yang dirancang untuk menimbulkan ketakutan, yang pada gilirannya memberikan justifikasi untuk kontrol yang lebih ketat atas populasi global? Ataukah ini hanya hasil dari kekhawatiran yang berlebihan di tengah ketidakpastian? Apapun jawabannya, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa pola yang sama terus berulang.

Kesimpulan: Realitas yang Terus Terulang?

Dunia tampaknya berada dalam siklus ketakutan yang terus diperbarui, di mana virus-virus baru muncul dan kemudian diproyeksikan sebagai ancaman besar. Dari COVID-19 hingga cacar monyet, pola yang sama terlihat: narasi ketakutan, diikuti dengan respons global yang tampaknya berlebihan, dan akhirnya kenyataan yang lebih ringan dari yang diprediksi. Pertanyaan yang perlu kita tanyakan adalah: Sampai kapan kita akan terus terjebak dalam permainan ini? Dan siapa sebenarnya yang mengendalikan permainan ini?

Mungkin saatnya bagi dunia untuk membuka mata, melihat melampaui narasi yang disajikan kepada kita, dan mulai mempertanyakan motif di balik setiap ancaman baru yang muncul. Terlepas dari apakah ini adalah konspirasi atau kenyataan, yang jelas adalah bahwa permainan ini mempengaruhi kehidupan kita semua. 

Jika kita terus menerima narasi tanpa pertanyaan, kita mungkin akan terus menjadi pion dalam permainan yang lebih besar, di mana kesehatan global bukanlah tujuan utama, melainkan alat untuk mencapai sesuatu yang jauh lebih kompleks dan tersembunyi. Kini adalah saatnya bagi kita untuk berpikir lebih kritis, mempertanyakan segala sesuatu, dan mencari kebenaran di balik narasi yang disajikan kepada kita. Hanya dengan begitu, kita bisa benar-benar bebas dari siklus ketakutan yang terus diperbarui ini.

References :

1. Viruses as Biological Weapons, Milton W. Taylor Indiana University

2. Poxvirus, Yehudis Appel Maimonides Medical Center

3. Inhibition of poxvirus spreading by the anti-tumor drug Gefitinib (Iressa) Stefan Langhammer,Robert Koban,Constanze         

    Yue,Heinz EllerbrokRobert Koch Institute 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun