Mohon tunggu...
Indra Wardhana
Indra Wardhana Mohon Tunggu... Konsultan - Managing Director

Bertanggung jawab terhadap pengembangan usaha bisnis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengkhianatan di Keraton Kasepuhan, Kesultanan Cirebon: Sebuah Analisis dari kaum Nasionalis terhadap Sejarah Pengkhianatan atau peristiwa Peteng.

1 Agustus 2024   15:03 Diperbarui: 1 Agustus 2024   15:47 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filolog Sejarah Keraton : Opan01 (Dokpri)

Dari perspektif nasionalis, perjuangan melawan pengkhianatan dan intervensi kolonial adalah bagian penting dari sejarah Kesultanan Cirebon. Beberapa upaya yang dilakukan untuk memulihkan kedaulatan dan identitas kesultanan antara lain:

  1. Perlawanan Rakyat:

    • Masyarakat Cirebon, terutama para pendukung garis keturunan asli Sunan Gunung Jati, terus melakukan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial dan sultan-sultan yang dianggap tidak sah. Perlawanan ini menjadi bagian dari gerakan nasional yang lebih luas untuk melawan kolonialisme di Indonesia. Rakyat Cirebon mengorganisir berbagai bentuk perlawanan, mulai dari perlawanan bersenjata hingga gerakan budaya untuk mempertahankan identitas mereka.
  2. Pemulihan Garis Keturunan Asli:

    • Usaha untuk mengembalikan garis keturunan asli Sunan Gunung Jati tetap dilakukan. Hal ini penting untuk memulihkan legitimasi dan integritas kesultanan sebagai simbol identitas dan kebanggaan lokal. Pemulihan ini juga melibatkan upaya untuk meluruskan sejarah dan mengakui kembali para penerus yang sah dari Sunan Gunung Jati.
  3. Pendidikan dan Kesadaran Sejarah:

    • Pendidikan dan penyadaran sejarah di kalangan masyarakat menjadi kunci untuk menjaga warisan budaya dan sejarah Kesultanan Cirebon. Pengetahuan tentang "Sejarah Peteng" dan perjuangan melawan kolonialisme harus terus disebarkan agar generasi mendatang memahami pentingnya mempertahankan kedaulatan dan identitas nasional. Program pendidikan ini mencakup pengajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah dan penyelenggaraan acara budaya yang memperingati perjuangan Kesultanan Cirebon.

Kasus Sultan Sepuh VI dan Intervensi Belanda

Pengkhianatan yang terjadi pada masa Sultan Sepuh VI tidak bisa dilepaskan dari intervensi Belanda yang bertujuan untuk menguasai wilayah Cirebon. Belanda melihat potensi Cirebon sebagai pusat perdagangan yang strategis dan berusaha mengendalikan kekuasaan lokal melalui taktik divide et impera. Mereka mendukung Sultan Sepuh VI yang dianggap lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan penerus asli Sunan Gunung Jati.

Intervensi Belanda ini memperparah konflik internal di Kesultanan Cirebon. Dukungan Belanda terhadap Sultan Sepuh VI menciptakan ketegangan dan ketidakpuasan di kalangan keluarga kerajaan dan masyarakat. Banyak pihak yang menolak pengangkatan Sultan Sepuh VI dan melihatnya sebagai pengkhianatan terhadap tradisi dan nilai-nilai kesultanan.

Peran Nasionalisme dalam Melawan Pengkhianatan

Dari perspektif nasionalis, pengkhianatan yang terjadi di Kesultanan Cirebon adalah bagian dari perjuangan lebih luas untuk melawan kolonialisme dan mempertahankan kedaulatan nasional. Perjuangan ini mencakup upaya untuk memulihkan garis keturunan asli, melawan intervensi asing, dan mempertahankan identitas budaya.

Nasionalisme memandang bahwa pengkhianatan Sultan Sepuh VI dan intervensi Belanda adalah ancaman serius terhadap kedaulatan dan integritas bangsa. Oleh karena itu, perjuangan melawan pengkhianatan ini adalah bagian dari upaya untuk mempertahankan kemerdekaan dan martabat bangsa. Nasionalisme menekankan pentingnya kesatuan dan solidaritas dalam menghadapi ancaman dari luar, serta pentingnya menjaga nilai-nilai dan tradisi lokal sebagai bagian dari identitas nasional.

Pembelajaran dari "Sejarah Peteng"

"Sejarah Peteng" memberikan banyak pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia. Dari perspektif nasionalis, beberapa pelajaran utama yang dapat diambil antara lain:

  1. Pentingnya Kedaulatan dan Legitimasi Lokal:

    • Kedaulatan dan legitimasi lokal harus dijaga dari intervensi asing. Sejarah menunjukkan bahwa campur tangan asing sering kali membawa dampak negatif, seperti perpecahan dan erosi identitas budaya.
  2. Kesatuan dan Solidaritas:

    • Kesatuan dan solidaritas di kalangan keluarga kerajaan dan masyarakat adalah kunci untuk menghadapi ancaman dari luar. Perpecahan internal hanya akan melemahkan kekuatan dan kemampuan untuk melawan intervensi asing.
  3. Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran Sejarah:

    • Pendidikan dan kesadaran sejarah adalah alat penting untuk menjaga warisan budaya dan identitas nasional. Pengetahuan tentang sejarah lokal dan perjuangan melawan kolonialisme harus terus disebarkan agar generasi mendatang memahami dan menghargai perjuangan para pendahulu mereka.
  4. Melawan Strategi Divide et Impera:

    • Strategi divide et impera yang digunakan oleh kolonial Belanda untuk menguasai wilayah Cirebon adalah contoh nyata dari bagaimana intervensi asing bisa merusak solidaritas dan kedaulatan lokal. Penting untuk melawan strategi semacam ini dengan memperkuat persatuan dan kemandirian lokal.

 

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun