Mohon tunggu...
Indrawan setiadi
Indrawan setiadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ah Dasar, Sial...

25 Desember 2023   01:02 Diperbarui: 25 Desember 2023   01:06 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam ini malam 24 Desember, seharusnya bergembira sebab libur agak panjang. Ada cuti bersama. 

Sebenarnya sebelum malam ini saya sangat bahagia, seperti kebanyakan orang. Pergilah kami ke kampung halaman istri, di Bandung.

Sejak Sabtu pagi, jalan Lembang sudah macet. Apalagi dekat-dekat pasar. Bukan main, di map merah semua.

Mau jalan ke Punclut merah, ke Setiabudi, juga apalagi, makin parah. Ke Maribaya yang biasa keluar dari Dago Atas juga sama, merah semua.

Kita seperti terjepit, tak ada pilihan, selain menikmati musik yang diputar dari radio mobil.

Gerimis mulai turun rincis-rincis, lama-lama deras juga. Kita masih tidak juga bergerak masih akan masuk pasar Lembang.

Sebelum berangkat kita memang sudah menolelir keadaan, karena memang sedang libur panjang, Minggu 24 Desember, Senin tanggal merah, Selasa cuti bersama.

Jadi ya, nikmati saja.

Istri saya sebetulnya belum sembuh betul dari sakit, 2 hari yang lalu dia demam. Agak mending setelah dia memutuskan membeli obat ramuan cacing dari salah satu kawan kita.

Terpaksa meski berangkat juga, karena kami sudah berjanji akan hadir pada pernikahan kawan kami, besok. Di salah satu daerah di Cicalengka.

Memang rencananya selain mengunjungi mertua, kami mau hadir ke pernikahan kawan. 

Sampailah kami di rumah mertua, sabtu malam. Karena kita tidak langsung ke rumah memang, malam mingguan dulu, sambil juga melepas penat setelah macet-macetan.

Pergi ke salah satu apartemen kawan dari Brunei di jalan Merdeka, kemudian lanjut ke Braga untuk reflexsi. Sungguh kenikmatan tiada dua.

Alhamdulilah, istri saya mengaku sudah agak sehat setelah kami melakukan refleksi itu.

Pokonya kita geser dari Braga itu sekitar pukul 21:00, sekalian pulang ke rumah mertua di Daerah Jalan Sunda, kami mampir di sekitar taman musik, ada oseng mercon yang hits di TikTok, mau nyobain.

Selain makan malam sebelum istirahat, kita juga bertemu kawan yang sudah lama berprofesi sebagai supir taksi online di Bandung.

Ceritanya selama jadi supir taksi online sering aneh-aneh, kebanyakan penumpang cewe yang ternyata pelaku open BO. bahkan katanya ada yang masih SMA, minta dicarikan pelanggan.

Singkat cerita beres makan ditambah ngobrol-ngobrol sekitar puku 22:30, kita memutuskan untuk pulang.

Kemudian kami istirahat.

***

"Yang ayo, udah jam 9." istri saya sudah rapi mengenakan kebaya.

"Kita harus ke undangan kan, mana tempatnya juga agak lumayan jauh," sambungnya.

"Ayo cepetan mandi," sambungnya lagi, sambil terus sajamenghadap ke kaca.

Saya yang baru bangun, bergegas pergi ke kamar mandi. Jurus mandi ala tentara perang pun dilakukan, yang penting basah, dan segar.

Kemudian kami berangkat, masuk gerbang Moh Toha, keluar Cileunyi, lanjut ke arah Cicalengka.

Semuanya lancar tanpa kendala apa-apa.

Sesampianya di lokasi undangan, hal templete yang ditemui adalah, mencari tempat parkir. Beruntung tidak terlalu jauh, jadi aman lah.

Ternyata tempatnya di perbukitan, di suatu vila entah milik siapa, tema set nikahannya outdor gitu, cuma sayang panas pisan cuacanya.

Tapi aman dari pada hujan, kasian temen saya yang nikah. Bisa-bisa sepi tamu.

Bertemu lagi beberapa kawan, dan makan-makan di sana. 

"Kayanya sudah makan kita harus foto," kata istri ke saya.

"Ayok," kata saya.

Berfotolah kami dengan pengantin, kemudian istri saya pamit, karena katanya harus cepet-cepet pulang mau kajian bareng Hanan Ataqi di TSM.

 Setelah Adzan Dzuhur kami pamit, kembali ke Bandung, sampe TSM sekitar 13: sekian lah, saya lupa.

Drop istri saya di TSM, saya nunggu di ruang duduk di jalan Burangrang, ngopi sambil main Mobile Legend.

Saya ingat betul jam  15:00 istri saya beres. Nyamper ke ruang duduk, kemudian pulang.

Sebelum pulang ada debat dulu sedikit, karena kami kebetulan saat itu sedang tidak ada uang 2000-an, untuk bayar parkir.

"Udah itu aja yang 10 ribu, nanti minta kembalian," kata saya.

Kemudian istri saya ngasih uang ke saya, saya ngasih ke Si Amang Parkir, kemudian pergi, saya diam.

"Selalu gak konsisten dengan apa yang dibicarakan, dan itu sering kaya gitu, katanya mau minta kembalian, tapi enggak. Bukan soal sepuluh ribunya, tapi lo sering bilang apa, lakuin apa, beda," istri saya bicara cukup panjang, dengan gadu ditekuk.

Kami pulang dan istirahat.

Tepat pukul 19:00.

"Yang makan yuk, laper," kata saya ke istri.

"Mau makan di mana?"

"Seafood enak kayanya,"

Jalan lah kami ke sekitar Riau, pesan makan, dan nunggu agak lama.

Akhirnya pesanan kami tiba, makan lah kami sambil ngobrol membicarakan apa saja.

Ah Dasar, sial itu dimulai dari ini.

Tepat ketika selesai makan, dan hendak pergi ke kasir.

Kasir menunjukan bil makan kita sebesar Rp2,400.000, satu angka yang fantastis bukan?

"Bukan yang ini mba, kita cuma sama lobster mutiara aja 2 ekor, satu dibikin saus pedas singapur, satu di bakar," sanggah saya yang syok berat.

"Betul pak ini," jawab Si Mba Kasir.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun