Mohon tunggu...
indrawan miga
indrawan miga Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis, pendidik, petani

Pernah wartawan di beberapa media cetak nasional. Kini penulis dengan peminatan topik pendidikan, pertanian, dan lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

In Memoriam: Cerita Bengkel Habibie di Sekolah Semut-Semut

13 September 2019   16:14 Diperbarui: 13 September 2019   17:17 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: kegiatan  Math Club, sedang bermain Cicak -Math

Sebutlah Ki Hajar Dewantara (Taman Siswa -Jogjakarta) yang kaya dengan kegiatan seni budaya, Engku Moh. Sjafe'i (sekolah INS Kayu Tanam --Padang Pariaman, Sumbar) yang menyediakan sarana ketrampilan praktis kerajinan dan pertukangan;  A.S Neill dengan sekolah  Summerhill School (Inggris) yang menyediakan kelas bertukang;  Romo Mangunwijaya (SD Kanisius Mangunan - Yogyakarta) yang kreatif mendorong anak mandiri dan berketrampilan agar mandiri keluar dari kemiskinan, dan sekolah alternatif Qoryah Tayyibah (Salatiga) di lingkungan pertanian agar anak kreatif mengangkat potensi desa. Kesemua tokoh dan sekolah itu memberi ruang kebebasan bagi anak untuk mengasah minat bakat dan ketrampilannya.

BENGKEL HABIBIE

Bermain bertukang  sederhana di Bengkel Habibie merupakan salah satu kegiatan yang diminati anak. Mengayunkan martil untuk mengetok paku masuk ke dalam kayu, menggergaji kayu dengan gergaji kecil, mengelem kardus, menempelkan kemasan yakult ke kotak susu untuk membentuk mobil atau kapal. Suara-suara dan gerakan-gerakkan yang ditimbulkannya menarik perhatian anak.

Gerakan gergaji naik turun mengundang rasa ingin tahunya. (Sekarang kami tidak menyediakan gergaji karena kuatir membahayakan anak). Rela ngantri minta benda-benda disambungkan dengan lem menggunakan alat lem listrik (tembak) yang dibantu guru. Kadang memaksa guru untuk menggunakan alat lem listrik atau menggergaji sendiri. Dan senyum kepuasan kalau bentuk-bentuk imajinatif seolah mobil, perahu, bangunan, kapal-kapalan, terbentuk. Hasil karya itu biasanya dipajang atau dibawa pulang oleh siswa.  Bangga memperlihatkan pada teman hasil kerjanya.

Ide kegiatan ini adalah mengenalkan pertukangan sederhana. Sehingga anak dapat meneruskan kesukaannya bertukang di rumah, misal memperbaiki sepeda yang rusak, membantu ayah merawat  sepeda motor atau mobil, atau lebih jauh nanti dapat memperbaiki barang-barang yang rusak di rumah seperti kipas angin, radio, mengganti lampu yang mati,  mengganti batere jam, memasang engsel yang copot, atau lainnya. Ketrampilan sederhana yang memudahkan mengatasi kerusakan kecil-kecil di rumah.  

Tujuan lainnya adalah memberi pemahaman  ketrampilan motorik halus dan intelegensi-spasial berupa rancang bangun benda. Dengan berbekal barang-barang bekas seperti kertas kardus, botol kemasan, dsb, mereka didorong membentuk benda apa saja yang diminati, sejauh masih aman dan memungkinkan. Guru memberi arahan bentuk-bentuk awal yang ingin dibuat, dan selanjutnya siswa silakan membuat dengan keinginannya sendiri.

Rancang bangun benda atau rekayasa rancang bangun adalah sesuatu bagian dari kecerdasan motorik-spasial  yang sebaiknya dibekalkan pada anak sejak dini.  Anak-anak yang aktif, biasanya mereka gelisah untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu. 

Tren pendidikan Indonesia, yang mengarahkan pendidikan pada pekerjaan bernuansa 'kerah putih' atau kantoran, seperti pemrogram informatika, desain-visual, dokter, akuntan, pengacara, bidang keuangan - perbankan;   harus diimbangi dengan piihan profesi sebaliknya yang bekerja di industrial dan lingkungan alam, seperti insinyur mesin, ahli perkapalan, ahli pesawat terbang, otomotif, ahli satwa-botanis, pengolahan pertanian, kemaritiman. 

Profesi terkait keteknikan dan pengelolaan sumberdaya alam kurang menonjol disuarakan di sekolah-sekolah. Dengan kegiatan Bengkel Habibie ini, harapannya  akan memantik keinginan anak untuk memilih bidang-bidang teknologi atau kerja di lingkup alam  ketika mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atas atau pendidikan tinggi.

Pembiasaan lain, adalah memberi makna nilai tambah dan cinta lingkungan. Dengan barang-barang bekas (botol kemasan, kotak kardus, sisa potongan kayu, kertas dan barang plastik)  yang terbilang sampah, mereka dapat melihat bahwa sesuatu benda yang murah atau terbuang, akan menjadi benda yang lebih berharga bila diberikan ide kreatifitas. Selain ini juga ikut mengurangi sampah karena melakukan pekerjaan pemanfaatan kembali (re-use). 

Yang terakhir, adalah memberi ruang kreasi yang lebih luas bagi anak. Sebab, dengan pendekatan kecerdasan majemuk (multiple intelligence), sekolah perlu berbagai pintu-pintu masuk untuk mencari tahu dan mengali minat-minat dan potensi anak,  perlu meningkatkan keinginan dan kegembiraan belajar anak, kelak mengasah minat atau potensi itu menjadi kompetensi yang tinggi.

Prinsip-prinsip kemandirian teknologi, kemampuan rekayasa rancang bangun, ketrampilan keteknikan,  kemandirian teknologi, nilai tambah, efisiensi, peningkatan sumberdaya manusia Indonesia, adalah beberapa saja dari warisan Bapak BJ Habibie yang ingin kami pelajarkan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun