Mohon tunggu...
Indrawan Prasetyo
Indrawan Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - Hi

Tidak ada quotes hari ini

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

Bertahan Hidup di Dunia The Last of Us

5 Februari 2023   19:07 Diperbarui: 5 Februari 2023   19:14 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Wallpaper Flare)

Dengan tayangnya series The Last of Us yang booming akhir-akhir ini di internet, kali ini saya akan mengulas sebuah game yang menjadi inspirasi dari series tersebut. Bukan seri pertama melainkan lanjutan dari seri sebelumnya, yaitu The Last of Us Part 2 yang merupakan game besutan developer terkenal Naughty Dog yang rilis pada 19 Juni tahun 2020 lalu.

Game ini menceritakan tentang dunia pascakiamat yang terjadi karena infeksi jamur Cordyceps yang mengubah perilaku manusia layaknya zombie atau yang dalam game ini disebut infacted. Berlatar waktu empat tahun setelah event dari game pertamanya, kali ini Joel dan Ellie hidup dengan tenang di Jackson. Tapi ketenangan itu tidak berlangsung lama ketika sisa-sisa dari organisasi Fireflies datang untuk menuntut balas dendam atas apa yang Joel lakukan pada seri pertamanya.

Berbeda dari game pertama di mana kita menggunakan karakter Joel sebagai main character-nya, pada game kali ini kita akan ditemani Ellie dan karakter baru bernama Abbie untuk menjelajahi dan melawan para infacted di dunia pascakiamat ini. Infacted yang akan kita hadapi pada game The Last of Us 2 pun sangat beragam. Setiap infacted memiliki keunikan masing-masing yang dibedakan berdasarkan berapa lama mereka terinfeksi jamur Cordyceps. 

Jenis infacted pada game ini diantaranya seperti Runners, Stalker, Clikers, Bloaters, dan Shamblers. Selain Infacted kita juga akan menghadapi para manusia yang pada game ini memiliki beberapa fraksi seperti WLF (Washington Liberation Front), Seraphites atau biasa disebut Scars, dan Rattlers.

Dalam game ini eksplorasi adalah aspek yang sangat ditonjolkan, karena hanya dengan eksplorasi cara kita menemukan item yang berguna untuk keperluan crafting dan upgrade. Terlebih lagi dengan eksplorasi kita dapat menemukan catatan yang ditinggalkan para survivor lain yang berisi tentang perjalanan mereka, Sehingga kita dapat lebih memahami dunia di The Last of Us.

Dunia pascakiamat pada game ini pun dibuat dengan sangat sempurna oleh Naughty Dog. Tanaman-tanaman liar menjalar di berbagai gedung yang hampir roboh, perkotaan yang berubah menjadi hutan dan rawa-rawa, dan daerah pesisir yang mulai terendam air laut, benar-benar digambarkan dengan sangat indah.

Bukan hanya dunianya yang indah, gameplay yang disajikan pada game ini juga sangat menarik. Kita bebas memilih cara apa yang akan kita pakai untuk melawan musuh karena dibekali dengan beragam senjata. Untuk pertarungan terbuka kita bisa memakai revolver, shotgun, atau molotov yang memiliki daya rusak yang kuat. Sedangkan untuk pertarungan secara sembunyi-sembunyi kita bisa menggunakan panah, pisau, dan handgun yang telah dipasangi silencer.

Saya pribadi lebih memilih cara sembunyi-sembunyi untuk melawan segerombolan musuh menggunakan panah dan pisau, karena dalam defficulty hard cukup sulit untuk medapatkan peluru. Terlebih lagi keterbatasan penyimpanan yang hanya dapat membawa beberapa peluru.

Sedikit membahas tentang tingkat kesulitan atau defficulty. Dalam game ini defficulty dibedakan berdasarkan jumlah item yang dapat kita temui dan tingkat keagresifan para infacted. Sebagai contoh, dalam defficulty moderate ke bawah, para Clikers tidak akan menyadari keberadaan kita di depan mereka apabila kita tidak melakukan pergerakan, sedangkan dalam defficulty hard atau di atasnya, Cliker tetap dapat mengetahui posisi kita di depan mereka meski tidak melakukan pergerakan.

Kelebihan lain pada game ini adalah penggunaan bahasa Inggris-nya yang mudah dipahami, entah dari percakapan karakter maupun dari catatan-catatan yang kita temui.

Meski memiliki banyak kelebihan, bukan berarti game ini tidak memiliki kekurangan. kekurangan pada game ini terdapat pada kentalnya unsur LGBT yang ada. Untuk orang yang tidak terbiasa melihat kemesraan antara sesama jenis, hal tersebut membuat rasa kurang nyaman di beberapa kesempatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun