Bahasa daerah merupakan salah satu keragaman budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Terdapat pribahasa yang berbunyi "Bahasa menunjukkan bangsa." Artinya, jati diri sebuah bangsa adalah bahasa itu sendiri.
Setiap daerah, bangsa, atau suku di Indonesia pasti memiliki bahasa dan dialeknya masing-masing. Namun penggunaan bahasa daerah di kalangan masyarakat perkotaan ataupun di generasi milenial dan generasi Z mulai menurun bahkan cenderung ditinggalkan.
Gejala atau fenomena kepunahan bahasa daerah ini tentu saja harus disikapi dengan serius. Apalagi Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah bahasa daerah terbesar di dunia. Ada yang mengatakan bahasa-bahasa daerah di Indonesia berjumlah enam ratusan.
Ada banyak faktor yang membuat bahasa daerah menjadi punah. Salah satunya sebab kepunahan bahasa ialah karena kurangnya penutur bahasa tersebut. Hal ini disebabkan karena generasi penerus bahasa daerah lebih sering menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa ibu mereka.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah globalisasi, khususnya globalisasi di bidang teknologi dan informatika. Serbuan gelombang globalisasi melalui media massa dan sosial media yang masuk ke berbagai daerah jelas berkontribusi bagi merosotnya bahasa lokal.
Masifnya fenomena bahasa Jaksel di internet juga menjadi salah satu penyebab mulai berkurangnya anak muda yang menggunakan bahasa daerah, mereka lebih nyaman dan merasa diterima bila berbicara menggunakan bahasa asing, sebaliknya penggunaan bahasa daerah justru dianggap norak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H