Mohon tunggu...
Iwan Indrawan
Iwan Indrawan Mohon Tunggu... Insinyur - Sebuah ikatan bathin untuk negeri

semua memiliki hak berpendapat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sadarlah... Kita Sedang Dijajah!

7 Desember 2014   19:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:51 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalamuálaikum,

Semoga kita selalu dalam lindungan dan rahmat Allah SWT selalu, inshaAllah.

Wahai Indonesiaku, sampai kapan penjajahan di negeri ku ini berakhir. Memang secara formal ataupun apa namanya bangsa kita "katanya" merdeka. Namun, coba perhatikan lagi, kemerdekaan seperti apa yang diharapkan bangsa kita?

Jarak orang kaya (bahkan beberapa dijajaran terkaya dunia) dan yang tidak kaya (maaf saya tidak bilang melarat) terlalu jauh. Ironis kita melihatnya.

Rakyat Indonesiaku semakin haus akan materi, segalanya diukur dengan materi, uang, harta, posisi dan lain-lain. Kemana sikap patriotis yang dulu kita junjung? kemana sikap toleran yg dulu kita sanjung, kemana sikap gotong royong yang dulu kita ramaikan? tolong diingat lagi para pemimpin bangsa kita....

Media sejak runtuh nya order baru tampil menjadi penjajah baru, semua di-drive media. Dulu dia dikekang, kemudian saat lepas dari kekangan dia tampil mengendalikan bangsa ini. Opini publik diarahkannya untuk mencibntai sesuatu, kelompok atau siapa saja, dan dia arahkan juga untuk membenci sesuatu, kelompok atau siapa pula.

Ukuran materi tampil menjadi penjajah berikutnya. Dulu seingat saya semua santun semua cukup tahu diri dan kadang malu-malu, namun beberapa tahun (mungkin lebih dari 15 tahun) semua itu hilang. Setiap orang mengejar tarhetnya tanpa malu-malu, yang menjadi ukuran di masyarakat pun bergeser, bukan lagi bagaimana seseorang mencapai keberhasilannya (ukuran materi) namun hanya dilihat hasil akhir nya saja, sehingga tanpa malu-malu dan sudah jadi pola bahwa untuk mempercepat proses apapun akan cepat dengan tambahan biaya segini, segitu, begini, begitu. Sehingga setiap lini berusaha mencari keuntungan dengan posisinya saat itu sebab nanti nilai masyarakat hanya melihat apa hasil jerih payahnya bukan proses nya. Tak peduli jerih nya itu benar atau tidak benar.

Lebih besar lagi kita secara internal pun dibuat berkelompok yang saling serang (halus ataupun kasar). Ingat, dulu kita hancur karena politk "Devide at Impera", kita diadu domba hingga tercerai berai sehingga penjajahan kuat di negeri kita hingga beratus tahun lamanya.

Apa bedanya dengan saat ini? kita pun sedang diadu domba. Jika bukan adu domba atau istilah elegant nya "koalisi" kok kelihatannya satu sama lain saling suka jika yang satu berantakan? Yang diawasi merasa senang jika yang mengawasi repot dengan dirinya sehingga lupa juga untuk mengawasi, sedang yang mengawas pun senang jika yang diawasi dikorek-korek terus sampai mejadi harus dikoreksi.

Kiranya hanya ajakan sederhana saja yang saya sampaikan, sadarlah bangsaku....kita harus lepas dari penjajah baru di neger kita, yang mereka adalah kita juga.

Wassalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun