Mohon tunggu...
Indrawadi Mantari
Indrawadi Mantari Mohon Tunggu... -

Citijen Journalism dan Humas Univ.Bung Hatta Padang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Gempa Padang 7.9 SR Padang, 30 September 2009

30 September 2011   03:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pulang, dan tidak bercerita banyak pada istriku tentang kondisi kota Padang. Aku hanya bilang, berkemas-kemas sajalah untuk pulang kampung. Aku pastikan padanya bahwa 1 minggu kedepan kota Padang akan lumpuh, listrik tidak akan hidup, kita punya anak-anak kecil, akan lebih baik dikampung dari pada di Padang untuk saa ini.

Ia sepertinya keberatan dan tidak menjawab. Aku juga diam dan lebih memilih memeluk-meluk anak-anak. Di dapur dia mengomel-ngomel karena tidak air, untuk dimasak. Mendengar itu aku ulangi, agar pulang kampung karena ada saudara yang akan datang sebentar lagi datang menjemput. Dia hanya berkata " Justru dengan keaadaan seperti inilah kita harus tetap bersama-sama". Aku hanya diam, terpana mendengar kata-katanya itu.

Kucoba, hidupkan televisi dengan arus listrik dari genset, saat itu sudah ada tayangan berbagai kerusakan, kota Padang yang disiarkan PadangTV dab MetroTV. Melihat tayangan itu, tanpa aku suruh lagi. Ia menangis dan akhirnya keluargaku mau pulang kampung ke Baso. Beruntung juga saat itu armadaku Super Carry 88 bensinya masih ada setengah. Pada saudaraku, aku ingatkan agar lewat Sitinjau Laut, karena via Padang Panjang Longsor.

Setelah keluarga pulang kampung, aku pergi ke kampus dan melihat berbagai kerusakan, seementara mahasiswa telah mendirikan posko-posko relawan. Kembali aku ajari berbohong kepada mahasiswa tapi demi kebaikan. Mereka kesulitan mencari bensin, sementara bensin mobil-mobil yang ada di kampus telah tandas mereka kuras. Dengan pakaian relawan Mapala, KSR-PMI, mereka lancar-lancar saja mendapatkan bensin. Tapi tetap aku ingatkan untuk jangan di salah gunakan.

Kenapa naluri jurnalisku sebagai Citijen Jounalist saat itu ikut hancur ???......sampai sekarang aku belum menemukan jawabannya.

catatan: tulisan ini telah diterbitkan dalam buku JURNALIS MENUJU TITIK NOL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun