Tahun 2024 akan merupakan tahun penting bagi aspal Buton, karena aspal Buton akan genap berusia 100 tahun atau 1 abad. Apakah kita harus merasa bahagia atau merasa sedih menyambut tahun yang bersejarah ini ? Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa aspal Buton pertama kali ditemukan oleh seorang Geolog Belanda yang bernama W.H. Hetzel pada tahun 1924. Tetapi pada zaman Milenial sekarang ini, apakah aspal Buton masih merupakan suatu topik yang menarik untuk disimak ? Karena generasi Milenial sekarang ini hidup di masa depan, sedangkan aspal Butoh merupakan sejarah di masa lalu yang hitam dan kelam. Jadi untuk apa diungkit-ungkit lagi luka yang lama ? Apakah masih ada gunanya untuk kita memperingati 1 abad aspal Buton ? Buktinya sekarang ini tanpa adanya aspal Buton pun Pemerintah masih sanggup membangun infrastruktur jalan-jalan Toll tanpa ada kendala. Mungkin aspal Buton sekarang ini sudah mati. Mari kita lupakan saja.
Aspal Buton belum mati. Aspal Buton masih hidup. Orang-orang yang menganggap aspal Buton sudah mati pasti tidak mengenal aspal Buton dengan baik. Aspal Buton adalah karunia Allah swt yang sangat luar biasa besar bagi bangsa dan negara Indonesia. Aspal Buton adalah sumber daya alam yang sama seperti halnya dengan minyak bumi. Bedanya minyak bumi terperangkap di dalam bumi, sedangkan aspal Buton merupakan minyak bumi yang naik merembes ke permukaan selama ribuan tahun. Sehingga lama kelamaan fase ringannya menguap, dan yang tertinggal di dalam pori-pori batuan yang dilewatinya hanya fase beratnya saja. Fenomena seperti ini merupakan peristiwa yang sangat langka, sangat unik, dan sangat istimewa. Dan ini hanya terjadi di pulau Buton, dan beberapa tempat lain di dunia. Mengapa kita tidak mau mensyukuri nikmat aspal Buton yang sangat luar biasa ini ? Apakah karena sudah ada aspal minyak impor, sehingga aspal Buton dianggap sudah mati ?
Upaya-upaya Pemerintah dalam mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan aspal Buton pada saat ini dirasakan masih kurang tepat sasaran, dan tidak menyentuh inti substansi dari permasalahan yang sebenarnya. Yang selalu menjadi perhatian Pemerintah adalah bagaimana mengoptimalkan produksi aspal Buton untuk mengurangi impor aspal minyak. Pada saat ini produksi aspal Buton dalam bentuk granular adalah tidak lebih dari 70.000 ton per tahun. Sedangkan kebutuhan aspal Nasional adalah 1,5 juta ton per tahun. Dimana lebih dari 1 juta ton per tahun masih harus dipenuhi dari aspal minyak impor. Dan kalau pun sekarang ini Pemerintah berhasil mengupayakan untuk mengoptimalkan produksi aspal Buton granular dari 70.000 ton per tahun, misalnya menjadi 350.000 ton per tahun. Maka tetap saja Indonesia masih akan harus terus mengimpor aspal minyak sebesar 650.000 ton per tahun. Memang benar, kita bisa mengurangi sebagian impor aspal minyak dari 1 juta ton per tahun menjadi 650.000 ton per tahun. Tetapi upaya-upaya ini masih kurang tepat sasaran dan tidak menyentuh inti substansi dari permasalahan aspal Buton yang sebenarnya. Karena nyatanya kita akan masih tetap saja harus terus menerus menjadi importir aspal minyak. Kita masih belum mampu berswasembada aspal. Dan aspal Buton pun masih belum mampu menjadi "Tuan Rumah di Negeri sendiri".
Adapun inti permasalahan aspal Buton yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
- Tahun 2024 adalah tahun bersejarah bagi aspal Buton, karena aspal Buton akan berusia 100 tahun atau 1 abad. Dimana rasa malu, rasa harga diri, dan rasa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia ? Mengapa kita sampai sekarang ini masih belum mampu juga menggantikan aspal minyak impor dengan aspal Buton ? Perlu diingat dan dipahami benar-benar bahwa kita harus mempunyai Visi besar untuk mampu menggantikan aspal minyak impor secara keseluruhannya, dan bukan hanya sekedar mengurangi sebagiannya saja. Dengan cadangan deposit aspal Buton yang sangat melimpah, aspal Buton akan mampu menggantikan aspal minyak impor yang jumlahnya sebesar 1 juta ton per tahun.
- Untuk menggantikan aspal minyak impor 1 juta ton per tahun, aspal Buton harus diproses terlebih dahulu menjadi aspal Buton "full" ekstraksi. Teknologi untuk melakukan proses ekstraksi secara handal dan ekonomis sekarang ini sudah ada. Dengan asumsi kandungan bitumen rata-rata adalah 20%, maka untuk menghasilkan aspal Buton "full" ekstraksi sejumlah 1 juta ton per tahun, maka akan diperlukan bahan baku sebanyak 5 juta ton per tahun.
Dengan mengetahui inti permasalahan aspal Buton yang sebenarnya seperti yang disebutkan di atas ini, maka Pemerintah harus segera mengupayakan langkah-langkah strategis sebagai berikut :
- Pemerintah harus membuat "Road Map" untuk mampu menggantikan 1 juta ton per tahun aspal minyak impor dengan 1 juta ton per tahun aspal Buton "full" ekstraksi dalam kurun waktu 10 tahun.
- Pemerintah harus melakukan asesmen dan pengkajian yang mendalam terhadap kehandalan dan keekonomian dari Teknologi Ekstraksi.
- Pemerintah harus menunjuk sebuah BUMN atau BUMD untuk segera membangun Pabrik Ekstraksi Aspal Buton.
- Pemerintah harus melakukan penataan ulang IUP-IUP untuk mendukung penyediaan bahan baku 5 juta ton per tahun dalam waktu 10 tahun ke depan.
- Pemerintah harus menghentikan impor aspal minyak dan menggantikannya dengan aspal Buton "full" ekstraksi secara bertahap.
Tahun 2024 tidak akan lama lagi. Oleh karena itu Pemerintah harus segera melakukan langkah-langkah konkrit, taktis dan strategis agar segala sesuatunya dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan dalam "Road Map". Permasalahan-permasalahan lain yang perlu dibenahi masih cukup banyak dan bervariasi. Namun dengan adanya acuan "Road Map" untuk kurun waktu 10 tahun ke depan, maka segala sesuatunya akan dapat dikelola dengan baik dan terarah, terutama hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah "Kawasan Ekonomi Khusus", investasi, infrastruktur, terbukanya lapangan kerja baru, keselamatan kerja, lingkungan hidup, dan hidup harmonis berdampingan dengan masyarakat tempatan.
Apa yang sebenarnya, yang kita harapkan akan terjadi pada tahun 2024 ? Yang pasti Pabrik Ekstraksi Aspal Buton sudah harus selesai dibangun. Pabrik sudah harus dapat beroperasi, dan berproduksi secara optimal. Produk akhir yang akan dihasilkan adalah aspal Buton "full" ekstraksi penetrasi 60/70 untuk mampu menggantikan aspal minyak impor,
Sesuai dengan Perda Provinsi Sulawesi Tenggara No. 2 tahun 2016 mengenai pemanfaatan aspal Buton untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan  Provinsi dan Kabupaten/Kota, perlu adanya revisi sehubungan dengan adanya aspal Buton jenis baru; yaitu aspal Buton "full" ekstraksi. Apabila prioritas pemakaian aspal Buton adalah untuk jalan - jalan di Pulau Buton sendiri, maka dengan demikian Pulau Buton yang sebelumnya sudah dikenal sebagai sebutan "Pulau Aspal", maka sekarang akan benar-benar menjadi Pulau Aspal. Semua jalan-jalan yang berada di pulau Buton akan menjadi "Obyek Wisata" yang tidak terdapat dimana pun di dunia, karena jalan-jalan tersebut semuanya akan terbuat dari aspal Buton. Aspal alam yang berasal dari pulau Buton sendiri. Hal ini akan sangat menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara, karena pulau Buton merupakan perpaduan eksotik antara panorama laut yang indah, budaya Buton yang tinggi, ramah tamah penduduknya, dengan mulusnya jalan-jalan yang dilapisi aspal Buton.
Apakah kita harus merasa bahagia atau sedih menyambut tahun 2024, tahun yang bersejarah ini ? Kita harus merasa sedih kalau aspal Buton memang sudah mati. Tetapi kita harus merasa bahagia kalau aspal Buton ternyata masih hidup. Harapan kita adalah Pabrik Ekstraksi Aspal Buton yang pertama di dunia sudah akan berproduksi sebelum tahun 2024. Oleh karena itu tidak ada salahnya bagi kita untuk merasa lebih optimis menghadapi tahun 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H