Mohon tunggu...
Indrato Sumantoro
Indrato Sumantoro Mohon Tunggu... Insinyur - Pengamat Aspal Buton

Lulusan Teknik Kimia ITB tahun 1976 Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apa Kabar Aspal Buton?

6 Mei 2018   12:58 Diperbarui: 8 Mei 2018   07:57 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aspal Buton pertama kali ditemukan pada tahun 1924. Enam tahun lagi, yaitu pada tahun 2024, kita akan memperingati 100 tahun aspal Buton. Apa arti 100 tahun atau 1 abad aspal Buton ini bagi rakyat Indonesia ? Mungkin untuk generasi Mileneal, aspal Buton tidak berarti apa-apa, karena mereka sudah tidak mengenal aspal Buton sama sekali. Tetapi untuk generasi yang lebih tua, mudah-mudahan mereka masih banyak yang ingat apa itu aspal Buton. Karena ketika mereka duduk di bangku Sekolah Dasar, mereka masih diajarkan bahwa pulau Buton, Sulawesi Tenggara, terkenal sebagai penghasil aspal alam.

Apa kabar aspal Buton ? Sebenarnya pertanyaan ini ditujukan kepada siapa ? Kalau pertanyaan ini ditanyakan kepada aspal Buton, maka aspal Buton akan membisu seribu bahasa. Aspal Buton sudah tidak mau menjawab lagi, karena aspal Buton  sangat marah, kecewa dan lelah menanti hampir 1 abad lamanya. Dan semua orang-orang yang bertanya-tanya: "Apa kabar aspal Buton ?" itu hanyalah formalitas belaka. Mereka sama sekali tidak mempunyai niat dan keinginan yang jujur dan tulus untuk bersungguh-sungguh mengembangkan industri aspal Buton. Sudah banyak rencana-rencana dan janji-janji yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak ada satupun yang terealisasikan sampai saat ini. Jadi untuk apa sekarang mereka bertanya-tanya lagi ?

Arti 100 tahun Aspal Buton sebenarnya sangat penting bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Mengapa ? Karena hal ini menunjukkan sejarah panjang ketidakpedulian Pemerintah terhadap nasib rakyat di pulau Buton yang dikaruniai Allah SWT sumber daya alam aspal alam yang sangat melimpah. Aspal Buton adalah "emas hitam" dari Sulawesi Tenggara, yang selama ini sangat minim mendapatkan perhatian mulai dari Presiden pertama, hingga Presiden terakhir, Bapak Presiden Joko Widodo. Hal ini perlu dicatat apabila sampai tahun 2024 nanti, aspal Buton masih tetap saja selalu diabaikan oleh Presiden yang berikutnya, maka sudah sepantasnya aspal Buton ini masuk ke dalam "Museum Rekor Indonesia" untuk kategori bahan tambang yang tidak dipedulikan oleh Bangsa dan Negaranya sendiri selama 1 abad.

Tahun 2024 masih 6 tahun lagi. Masih ada kesempatan yang bisa kita lakukan untuk aspal Buton. Dalam pidatonya, Bapak Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa rakyat jangan hanya bisa mengeritik Pemerintah saja, tetapi juga harus bisa memberikan solusinya. Oleh karena itu, berikut ini adalah usulan solusi kepada Bapak Presiden Joko Widodo untuk mengembangkan industri aspal Buton:

  • Untuk tahap awal, Presiden harus menunjuk langsung PT Pertamina (Persero) atau Holding BUMN Tambang untuk mengembangkan industri aspal Buton. Tetapi nanti setelah 1 tahun berjalan dengan baik, maka akan dibentuk badan usaha milik negara (BUMN) yang akan khusus menangani industri aspal Buton; sama halnya seperti PT Pertamina (Persero) yang khusus menangani industri minyak dan gas bumi.
  • Presiden mengeluarkan "Peraturan Presiden" untuk Pemerintah mengambil alih semua konsesi-konsesi pertambangan aspal Buton yang tidak produktif.
  • Pertamina atau Holding BUMN Tambang harus melaksanakan tender untuk pengadaan Jasa-jasa Ekstraksi Aspal Buton untuk tujuan "Hilirisasi Aspal Buton" dengan persyaratan-persyaratan sbb:
  • Harga produk aspal Buton ekstraksi harus lebih rendah dari harga aspal minyak impor; yaitu US$ 400 per ton. 
  • Pemenang tender akan ada 2 Kontraktor. Pemenang tender pertama untuk menangani aspal Buton dari daerah Lawele yang merupakan aspal Buton lunak. Dan pemenang tender kedua untuk menangani aspal Buton dari daerah Kabungka yang merupakan aspal Buton keras.
  • Kapasitas masing-masing pabrik ekstraksi aspal Buton yang harus dibangun adalah sebesar 250 ribu ton per tahun.
  • Kontraktor harus menyediakan Jasa-jasa ekstraksi aspal Buton, sedangkan Pertamina atau Holding BUMN Tambang harus menyediakan bahan bakunya.
  • Pemasaran dan distribusi dari aspal Buton ekstraksi akan ditangani oleh Pertamina atau Holding BUMN Tambang.
  • Tender harus memenuhi kandungan lokal 80%. Ini berarti 80% dari komponen harga tender harus merupakan harga dari Jasa-jasa lokal dan produk-produk buatan dalam negeri.
  • Pabrik ekstraksi aspal Buton harus sudah dapat selesai dibangun 2 tahun setelah tanggal penunjukkan pemenang tender.
  • Durasi Kontrak selama 15 tahun, dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.
  • Pemerintah harus membangun dan menyediakan infrastruktur seperti pelabuhan, bandara, listrik, jalan-jalan, tol laut, dll, untuk menarik investasi dan memudahkan distribusi aspal Buton ekstraksi.
  • Pertamina atau Holding BUMN Tambang harus melaksanakan tender untuk pengadaan Jasa-jasa Pabrik Semen dan/atau Pabrik Gypsum guna memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah produk samping dari pabrik-pabrik ekstraksi aspal Buton yang berupa batu gamping atau CaCO3.
  • Presiden harus mengeluarkan "Peraturan Presiden" untuk menggantikan aspal minyak impor dengan aspal Buton ekstraksi.

Pengembangan industri aspal Buton sebenarnya sama saja seperti pengembangan Proyek-proyek Pemerintah yang lainnya, tidak ada bedanya. Tetapi yang membuatnya berbeda adalah industri aspal Buton harus menunggu hampir 1 abad lamanya untuk dapat direalisasikan, sementara Proyek-proyek yang lain bisa jauh lebih singkat. Jadi apa sebenarnya masalahnya ? Sebenarnya masalah pengembangan industri aspal Buton ini sangat bergantung dari "Kemauan Politik" Pemerintah cq Presiden untuk dengan ikhlas berkomitmen menyejahterakan rakyat di pulau Buton dan rakyat di Sulawesi Tenggara khususnya, dan rakyat di seluruh Indonesia pada umumnya.

Isu viral pada saat ini adalah bahwa Bapak Presiden Joko Widodo menyarankan kepada para Gubernur, Bupati dan Wali Kota untuk membudidayakan kalajengking untuk diambil bisanya, karena harga bisa kalajengking sangat mahal melebihi harga emas. Bersama ini kami mengusulkan kepada Bapak Presiden Joko Widodo untuk merekomendasikan kepada para Gubernur, Bupati dan Wali Kota agar BUMD-BUMD turut berinvestasi di bidang industri aspal Buton. Harga aspal Buton ekstraksi memang tidak semahal harga emas, tetapi nilainya setara dengan harga "emas hitam". Dan yang paling utama adalah aspal Buton ekstraksi dapat menggantikan aspal minyak impor, sehingga Negara akan sangat banyak diuntungkan dengan penghematan devisa yang lumayan besarnya, dan juga sekaligus dapat menciptakan banyak lapangan kerja baru untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Disamping itu yang tidak kalah pentingnya juga adalah aspal Buton ekstraksi dapat masuk "Museum Rekor Indonesia" karena setelah 1 abad lamanya aspal Buton menanti dengan sabar, akhirnya aspal Buton dapat juga menjadi "Tuan Rumah di Negeri Sendiri". Dan kalau saja hal ini benar-benar bisa menjadi kenyataan sebelum tahun 2024, maka generasi Milenial akan mulai dapat memahami dan menghargai apa makna di balik 100 tahun "perjuangan" aspal Buton bagi rakyat Indonesia. Dan kalau saja pada saat ini ada orang yang bertanya: "Apa kabar aspal Buton ?" Maka aspal Buton akan menjawabnya dengan senyum: "Indonesia memang sangat luar biasa".`

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun