Mohon tunggu...
Indrata Kusuma Prijadi
Indrata Kusuma Prijadi Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotelier

Indrata Kusuma Prijadi, SE, S.Par., MM.Par Managing Director-Wishtler Hospitality Management VP Network Development-Indonesian Diaspora Network Global Chairman-Javanese Diaspora Network-Ngumpulke Balung Pisah Part-time Lecturer at ARS University Bandung and Univesitas WInaya Mukti Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Tertib dan Tidak Disiplin, Cerminan Budaya Luhur Bangsa Kita?

24 Maret 2019   11:22 Diperbarui: 25 Maret 2019   12:35 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hal paling menyebalkan saya alami akhir tahun lalu, ketika saya pulang dari Belanda November 2018 kemarin, pesawat kami transit di Abu Dhabi. Dari Abu Dhabi ada rombongan orang Indonesia pulang umroh terbang satu pesawat dengan saya.  Ketika kita antri di boarding gate, crew airlines harus mengingatkan berkali-kali untuk antri 1 baris saja, dan... tidaklah heran... orang kita tetap saja membuat baris baru sampai ada 3 baris, ditertibkan, balik lagi...

Begitu masuk pesawat, saya temukan banyak orang beradu mulut, ternyata hal ini dikarenakan rombongan orang Indonesia tadi banyak yang duduk di kursi yang bukan tempatnya.  Bukannya mengerti dan kembali ke tempat duduk seharusnya, mereka malah ngotot tanpa muka bersalah.  

Crew airlinesnya sampai kewalahan, saya harus ikut menjelaskan ke orang-orang ini, karena koridor jadi macet dikarenakan orang-orang mau duduk di tempatnya, tapi sudah terisi orang lain.  Bahkan kursi sayapun diduduki anak muda dari Indonesia juga, yang harus sedikit saya omeli untuk tertib.  

Ternyata duduk di samping saya orang Indonesia yang bekerja sebagai teknisi airlines tersebut (sedang mau libur ke Indonesia menengok keluarganya), saya lihat beliau senyum-senyum saja sepertinya sudah maklum.  Parahnya, ketika ke toilet, saya lihat ada antrian orang kita, dan tidak heran, toiletnya kotor sekali.

Mengacu pada contoh-contoh nyata di atas, apakah kita harus memaklumi kelakuan orang kita seperti ini?  Inikah budaya kearifan lokal yang kita miliki?

Pengalaman saya hidup di Amerika dan Kanada selama 8 tahun mengajarkan bahwa ketertiban dan kedisiplinan yang sudah membudaya di sana membuat negaranya kelihatan bersih dan tertib.  Tidak ada buang sampah sembarangan, tidak ada penerobosan antrian, dsb.).  

Bahkan untuk membunyikan klaksonpun, tidak sembarangan, kalau tidak ada alasan kuat Anda membunyikan klakson ke mobil di depan Anda, Anda bisa kena marah.

Pemerintah saja tidak akan bisa menjaga kalau tidak dibantu warganya.

Yuk, kalau kita selama ini merasa punya budaya yang luhur, tunjukkan kepada dunia, bahwa kita adalah bangsa yang punya budaya kedisiplinan dan ketertiban yang tinggi, dengan tata krama, sikap tenggang rasa dan tepa slira yang sudah kita miliki sejak dahulu kala, bukan hanya jadi slogan saja...

Bagaimana memulainya?  Mulai dari diri kita sendiri dan keluarga/lingkungan kecil kita.  Setidaknya, saya sudah melakukan ini sejak dulu.  Kalau check out dari hotel, kita beresin dulu, biar nggak terlalu berantakan, malu.  Kalau selesai makan di restoran, kita beresin dulu sebelum meninggalkan meja kita; meskipun ada pelayan yang bertugas membersihkannya, malu.  

Kemanapun kita pergi kita tidak buang sampah sembarangan, saya didik anak-anak dari kecil, sehingga, untuk bungkus permenpun, kebiasaan anak saya berikan ke orang tuanya untuk dikantongi agar nantinya dibuang ke tempat sampah, tidak boleh nyampah, malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun