Mohon tunggu...
Agnes Mayda Indraswari
Agnes Mayda Indraswari Mohon Tunggu... lainnya -

Aktivis kuliner gadungan yang berpacaran dengan Sekeranjang Rempah Indonesia dan menolak berselingkuh dengan Vetsin (mecin). Tetapi menerima ajakan kencan bersama pena dan kertas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jatuhnya, bukan lagi I Love You Unconditionally

24 Juli 2012   12:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:41 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah hubungan memiliki proses. Proses perkenalan, yang selalu bertaburan sayang. Kata-kata I love you till dead atau I love you unconditionally akan selalu menghiasi hati yang sedang berbunga-bunga. Tahap ini, kamu tak pernah sepi harapan atau pun perhatian.
Kemudian proses perpisahan. Benar-benar berpisah, berpisah karena pikirannya telah mati dan telah memiliki ragam syarat dalam mencintai. Dalam tahapan ini melekat kata sedih, kecewa, rapuh, dan ragam kata lainnya yang mewakili antonim bahagia dan senang.

Di antara tahap perkenalan dan perpisahan ini ada penyesuaian, saya selalu melupakan proses penyesuaian. Saya bahagia dengan perkenalan dan saya akan sedih berlarut-larut ketika saya menerima perpisahan.
Pengalaman bersama perpisahan membuat jari-jari saya menari. Di bawah ini adalah akhir yang sempat terekam ketika masa itu.

Puan yang Tersandung Akhir
: Rasanya hidup telah berakhir

Pagi telah beranjak lelap pun tak bisa kujalani haruskah kupakai kata-kata Pablo kalau kau sedikit demi sedikit berhenti mencintaiku haruskah kusedikit demi sedikit berhenti mencintaimu

Saat lelakiku katakan ya sudah akhiri saja
Kan kuminta Tuhan tuk kembalikan waktu
Karena nyatanya jiwaku takut kehilanganmu

Ah,lelaki
Inginku dekap dirimu
Hingga ku tak lupa bagaimana melukis rasa lewat malam yang berpucuk rindu

Ya,lelakiku
Inginku bersamamu malam ini
Hingga bisa kurasakan dahaga embun pagi esok rasuki ragaku

Huft, lelakiku
Maaf malam ini kecewa yang kuberi padamu
Maaf telah torehkan luka di hatimu
Ku ‘kan minta Tuhan ‘tuk tuliskan cintaku lagi dihatimu hingga kulelap dalam keabadian-Nya.
***

Rembulan berhujan

Hujan
kutitip dia dalam rintikmu biarkan tetesnya basahi ragaku,agar ia tak dengarkan pedihnya hatiku
dan raih bunga tidur indah nan selimuti jiwa pun bersapa dalam tiap hela nafasnya.
Selamat tidur lelaki, lelap tidurku hanya untukmu

Rembulan
Usah setia, biarkan kunang-kunang yang temaniku
Cukup  terangi dia saja hingga terpejam lewat bisikan Aishiteru dalam benaknya serta selimutkan perasaaku yang sangat mendalam ini
Sayangku takkan pekat padamu

Rindu
Aku rindu senyum itu, aku rindu tatapan itu, rindu, aku rindu, kenapa?
Karena kamu terlanjur ada dalam perasaanku
Rembulan esok pagi tetes hujan itu kan terganti.
***

Nestapa April
:Saat candu berlebih

Kenapa april hadirkan pilu dihati
Tahun lalu goresan luka kucicipi
Di bulan keempat ini
Kini terulang lagi itu, ada apa denganmu APRIL?

Aku telah jatuh ke lumpur cintanya
Lewat kata-katanya
Apa masih bisa beranjak dari sana?

April, kuingin kata  I love you unconditionally
dipercaya tanpa tanda tanya, dibutuhkan tanpa tuntutan, tanpa batasan, didorong tanpa larangan
Kuharap waktu memberiku kesempatan untuk berada disamping lelaki yang telah memasuki jiwa

Diriku telah terjebak fatamorgana cinta
Cinta bisa dipelajari, menghasilkan rindu. Rindu yang berlebih membuat diri terbakar menjadi abu. Kadang kerinduan yang berlebih bisa membuat tak berdaya lalu menjadi terpuruk. Makna yg terangkai ketika diri sadar, jika memulai siap juga mengakhiri.


P.S: Senja hanyalah akhir dari hari bukan akhir hidup. Selamat mencicipi aroma sendu kawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun