Malam ini, saya membongkar folder lama yang memuat jalinan kata. Banyak kata tertoreh namun tak pernah nampak di ruang publik. Beberapa waktu lalu, teman lama sekaligus pasangan saya berujar "kenapa kau tidak lagi menulis?", "apa kenyamanan membuatmu buntu", "mana tulisan-tulisan lamamu berisi nada sendu atau satire, kini tak kulihat lagi tulisan itu."
Sebenarnya aku ingin menulis lagi, tetapi hasrat menulis tanpa kusadari selalu kutekan mungkin karena sendu tak bermain-main lagi denganku. Kini kisah sendu lama kucoba tawarkan ke ruang publik, agar tak menjadi debu dalam folder yang tersembunyi. Selamat mencicipi nada-nada sendu Kompasianers.
Halo Menuju Jaga Diri
: Nona yang terpikat hati
Halo kata yang terucap pagi itu
Membawa kita mengenal sebuah kisah
Tak perlu bahasa untuk menyelami masing-masing
Galau coba terselami dengan etika
Nyala api kita terkobar
Membakar hati yang terpental sesaat
Hingga kata halo berganti,
Jaga diri
Rasionalkah perasaan kita?
Terburu-burukah?
Atau kita berlari dari pengejaran kasih
***
Iya
: Nona coba jawab hati
Menyulam benang baru denganmu
Moga bukan mimpi ilusi mata
Pun iya,
Tuk kini takmau kulepas darimu
***
Waktu pun Merindu
: Nona Merindu Lelaki
Kuyakin kita takmerindu pada waktu
Atau aku menyandu karena waktu
Rasaku masih berbagi dengan yang lain
Hati yang memar sedangku rasionalkan denganmu
Entah kenapa pintu hatiku belum terbuka untuk seorang kasih
Waktu sedang bersenandung laki-laki kepadaku
Makanya kuminta malam untuk pilihkan yang tepat
Buat hangatkan diri dimalam pekat
Kata rembulan ada asa dengamu yang merajutku
Ku berharap iya
Karena kita taklagi bermain dengan waktu maupun cinta
***
Bermain dengan Lelaki
: Saat Nona Mendua
Maksudku untuk memastikan perasaan denganmu, Bagaimana sikapmu ketika kujujur?
Hubunganku dengan keterikatan janji, jarang temu lalu kawan takpula ketahui kedekatan kami
Ada rasa yg terurai denganmu, pintu terbuka, ketika merasakan 40% perasaanmu dalam beberapa hari
Betapa lucu perasaanku, berlogika lalu tak berhati. Atau pura-pura berlogika padahal berhati?
Ah, kau dan aku tokoh yang sedang berlakon, diatas panggung dunia bukan boneka yang bisa dibeli lalu dibuang ketika usang. Jadi, tahu macam mana berlaku
***
Mencandui Lelaki
: Buat Lelakiku
Mulutku terkatup
Usai kau ujarkan keseriusan
Kata senjata yang rajami alveori diri
Wahai kau yang mulai menggilaiku
Wahai kau yang baru kutatap
Wahai kau yang selalu kukisahi
Tunggu aku untuk meyeriuskan diri denganmu
Dengan sebotol khamr cinta abadi
***
Ketika jatuh cinta, pikiran selalu berbunga-bunga. Kata-kata I love you till dead atau I love you unconditionally akan selalu merdu terdengar. Berurusan dengan pikiran memang bisa meremas-remas hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H