*Suatu purnama waktu anjing sedang menggonggong
lolongi bulan hingga sungutnya kian monyong,
sekonyong-konyong bapaku ngomong
sambil menghisap rokok favoritnya, Cap Gentong
"Songsonglah hidup searif Bagong,
cintai sesama, bantu tetangga dan gotong-royong
meski makan cuma pake terong plus tempe gosong
tanpa kari Ayam apalagi sayur lontong,
meski wong-wong sudah enggak doyan singkong
biarlah, asal kita jangan nyolong
sebab gusti Allah maha meneropong
kalau suatu saat takdir jadikan kamu Wong,
dengarkan jerit pekik minta tolong
dari duka yang bersemayam di kolong-kolong
lalu membentang jadi mendung panjang,
di antara tanah Rencong sampai langit Sorong
kalau kamu benar-benar jadi Wong
jangan coba-coba jadi garong,
urusan duit saling sokong, giliran petaka silih dorong."
*Malam kian menggantung di antara langit yang serong
lambaian kalong sesekali pamer dada sama bokong
sambil menghisap rokoknya yang tinggal sepotong
Bapaku kembali ngomong,
"Seringkali dunia ini buas seganas meong
menerkam kapan saja kalau cuma jadi keong,
bengong...
Maka dari itu isilah batin biar enggak melongpong
temukan hakikat yang sembunyi di lorong-lorong
pahami jiwa, pelajari agama, bebaskan diri dari sempitnya gorong-gorong
jaman sekarang jamannya tengkulak, juragan, tokek dan cukong
yang tak mau merogoh cinta selain isi kantong
jadi percayalah hanya pada gusti Allah yang tak pernah bohong
karna Dia lah yang sesungguhnya berhak sombong."
*Udara dingin melahap asap sepuntung cerobong
lenting pikir saling tatap dengan langit kosong
Bapaku kembali membopong diri ke sebuah gerbong
manakala rasa takut ditodong,
di mana dunia hanya sebutir selongsong, kosong....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H