Mohon tunggu...
Indra  Setiawan
Indra Setiawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Tong Monyong", Kata Bapakku

30 Juli 2018   11:49 Diperbarui: 30 Juli 2018   12:19 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perokok, Foto: twitter

*Suatu purnama waktu anjing sedang menggonggong

lolongi bulan hingga sungutnya kian monyong,

sekonyong-konyong bapaku ngomong

sambil menghisap rokok favoritnya, Cap Gentong

"Songsonglah hidup searif Bagong,

cintai sesama, bantu tetangga dan gotong-royong

meski makan cuma pake terong plus tempe gosong

tanpa kari Ayam apalagi sayur lontong,

meski wong-wong sudah enggak doyan singkong

biarlah, asal kita jangan nyolong

sebab gusti Allah maha meneropong

kalau suatu saat takdir jadikan kamu Wong,

dengarkan jerit pekik minta tolong

dari duka yang bersemayam di kolong-kolong

lalu membentang jadi mendung panjang,

di antara tanah Rencong sampai langit Sorong

kalau kamu benar-benar jadi Wong

jangan coba-coba jadi garong,

urusan duit saling sokong, giliran petaka silih dorong."

*Malam kian menggantung di antara langit yang serong

lambaian kalong sesekali pamer dada sama bokong

sambil menghisap rokoknya yang tinggal sepotong

Bapaku kembali ngomong,

"Seringkali dunia ini buas seganas meong

menerkam kapan saja kalau cuma jadi keong,

bengong...

Maka dari itu isilah batin biar enggak melongpong

temukan hakikat yang sembunyi di lorong-lorong

pahami jiwa, pelajari agama, bebaskan diri dari sempitnya gorong-gorong

jaman sekarang jamannya tengkulak, juragan, tokek dan cukong

yang tak mau merogoh cinta selain isi kantong

jadi percayalah hanya pada gusti Allah yang tak pernah bohong

karna Dia lah yang sesungguhnya berhak sombong."

*Udara dingin melahap asap sepuntung cerobong

lenting pikir saling tatap dengan langit kosong

Bapaku kembali membopong diri ke sebuah gerbong

manakala rasa takut ditodong,

di mana dunia hanya sebutir selongsong, kosong....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun