Kupilih jalan sunyi menuju Masjidil Haram
Tapi itu hanya ada dalam hatiku karena setapak demi setapak jalanan tetap riuh dengan orang-orang yang bersemangat untuk beribadah dan tawaf
Angin yang cukup kencang dan udara malam berhias lampu jalanan menjadi pengiring itikaf rinduku padaMu
*
Pukul tiga pagi memasuki masjid dan bersegera menuju lantai dasar, shalat dan duduk bersilah di dekat Ka'bah nampak berderet ribuan orang yang bersenandung lantunkan pujian untukMu
Kesyaduan tiupan angin di musim dingin bulan Februari dan desah tasbih yang terdengar samar dari para jama'ah membuat tubuh larut dalam getar simpuh
Hanyut dalam dekapan kasihMu di bawah temaram sinar bulan sabit
*
Ragaku yang berlapis lumpur dosa dan hatiku yang tandus dari kemurnian iman
Biarkan aku sejenak di sini bersimpuh di malam-malam terakhirku di tanah suci
Dan biarkan angin ini membiusku dalam kedinginan rongrongan jiwa
*
Aku ingin di sini sampai adzan subuh me manggil orang-orang untuk mengetuk pintu Arsy-Mu
Kuhantarkan semua pintaku atas ridhaMu dalam segala urusanku dalam shalat hajat dan tahajud
Kulantunkan doa dan ayat-ayat suci untuk membuka pintu berkahMu
Dengarkanlah wahai pemilik kerajaan langit
*
Di tengah kesepian yang melanda hati dan kemisterian jalan hidupku
Kepakkanlah sayap-sayapku agar bisa terus menjangka
Hapuskanlah tetes-tetes airmataku dengan beribu keindahan yang selama ini Engkau sembunyikan
Agar pedih dan sunyiku menjadi makna hidup yang bernilai dan tetap selalu dalam perlindungan kasih sayangMu
*
Dan .......
Subhanallah, keajaiban itu terjadi
Duduk selama tiga jam sampai shalat Shubuh usai di permadani yang basah karna embun udara dingin
Celana dan jubah bawahku yang basah tiba-tiba mengering hanya berjalan sesaat dari masjid sampai ke kamar hotel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H