Tubuh ini selalu terpaut dalam dusta di kefanaan duniawi
Rayuan untuk terus ragu dan bimbang
Menyendiri lalu cemburu dan marah-marah sendiri
*
Mengapa sepanjang perjalanan hidup ini tak ada yang bisa mengetuk hati
Aku hanyut dalam arus kemunafikan tapi saat kututup mata dan mencoba berlari, semak dan ilalang tajam coba menghalangi
Itu tak berhenti
Rasa sakit ini berkepanjangan
*
Tuhan
Di titik nadir antara adzhan dan sembahyang
Daku pulang mengetuk pintu permohonan
Tiada lagi tempat aku berkawan
Daku membawa bekal gagal dan rintihan
Malang bukan keinginan sampai kapan mengutuk diri
*
Di ufuk sana masih ada sangkar kemuliaan namun jiwaku tak cukup sanggup untuk mendaki puncak itu
Keteguhanku kini habis dan usiaku kian lama kian lenyap
Bangkit dan selalu terjatuh
Semua terkubur dalam hasrat
Apa aku harus berpasrah...?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H