Mohon tunggu...
Indra Rukmana
Indra Rukmana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gizi Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sisa Makanan, Luka bagi Bumi, Bagaimana Kita Merusak Lingkungan Tanpa Disadari?

8 September 2024   06:30 Diperbarui: 8 September 2024   06:33 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tahukah Anda bahwa setiap tahun, Indonesia membuang lebih dari 184 kg sampah dari makanan per orang? Angka ini tidak hanya mengejutkan, tetapi menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan sekitar kita yang menjadi luka bagi bumi".

Sampah makanan yang dibuang, tergolong sisa makanan yang masih layak untuk dikonsumsi. Jenis pembuangan ini secara tidak langsung menguras sumber daya alam, merusak lingkungan sehingga berdampak buruk kepada diri sendiri. Mulai dari meningkatnya emisi gas rumah kaca hingga pencemaran air dan tanah, dampak dari sisa makanan sangatlah luas bagi bumi.

Mengapa Sisa Makanan Menjadi Masalah?

Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP)
Sumber: United Nations Environment Programme (UNEP)

Sisa makanan yang terbuang memiliki dampak yang cukup serius daripada yang terlihat di permukaan. Setiap kali kita membuang makanan, kita juga membuang semua sumber daya yang digunakan untuk memproduksi makanan tersebut seperti air, energi, dan lahan. Salah satu contohnya adalah satu bungkus nasi, diperlukan banyak air untuk menanam padi, bahan bakar untuk memproses padi menjadi beras, dan energi yang digunakan untuk memasaknya. Ketika nasi bungkus tersebut dibuang, semua sumber daya yang tadi digunakan akan ikut terbuang dengan sia-sia.

Di Indonesia, masalah ini disebabkan oleh skala limbah makanan yang sangat besar dan meningkat setiap tahunnya.  Berdasarkan laporan UNEP menjelaskan bahwa sampah makanan di tingkat rumah tangga yang dihasilkan secara global mencapai angka 630,96 juta ton/tahun. Indonesia masuk urutan ke-8 dalam daftar penghasil sampah makanan rumah tangga terbesar di dunia Tahun 2023 yaitu sebanyak 14,73 juta ton/tahun atau sekitar 2,33% penyumbang sampah sisa makanan secara global. Masalah ini tidak hanya berdampak terhadap kerugian ekonomi, tetapi juga dampak lingkungan yang sangat besar. Sisa Makanan yang dibuang di Tempat Pembuangan Sampah (TPA) akan membusuk dan menghasilkan gas rumah kaca seperti gas metana (CH4), yang 25 kali lebih kuat dalam merangkap panas dibandingkan dengan karbon dioksida (CO2).

Sisa Makanan dan Perubahan Iklim

Salah satu dampak yang paling signifikan dari limbah makanan adalah perubahan iklim. Sisa makanan yang membusuk akan menghasilkan gas metana. Gas metana adalah salah satu gas rumah kaca yang paling berbahaya yang mempercepat pemanasan global. Semakin banyaknya makanan yang terbuang, semakin besar jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer yang dapat memperburuk efek terhadap perubahan iklim.

Salah satu contoh hal kecil adalah saat kita membuang sepotong buah yang sudah busuk, secara tidak langsung kita berkontribusi menambah emisi gas rumah kaca yang dapat merusak lapisan atmosfer. Meskipun tindakan ini terlihat kecil, jika dilakukan oleh jutaan orang setiap hari maka dampaknya akan sangat besar.

Pencemaran Tanah dan Air

Pada saat makanan membusuk, ia akan melepaskan cairan beracun yang disebut air lindi. Air lindi dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah yang kita gunakan untuk keperluan sehari-hari seperti minum dan menyiram tanaman di kebun. Hal ini bisa menyebabkan penurunan kualitas air yang dapat berbahaya bagi kesehatan lingkungan dan manusia.

Beberapa TPA di Indonesia tidak dilengkapi dengan sistem pengolahan air lindi yang baik, sehingga hasil pencemaran limbah makanan ini dapat menjadi sumber pencemaran yang serius. Ketika air yang tercemar digunakan untuk irigasi, kontaminasi dapat menyebar ke tanaman pangan, yang akan kita olah dan konsumsi dalam bentuk makanan yang tercemar.

Mengapa Kita Membiarkan Hal ini Terjadi?

Ada beberapa alasan mengapa kita cenderung membuang makanan, mulai dari membeli terlalu banyak hingga penyimpanan makanan yang tidak tepat. Budaya konsumsi yang berlebihan berperan penting dalam kasus ini. Beberapa rumah tangga yang sering kali membeli makanan dalam jumlah yang besar, tanpa perencanaan yang matang dan mempertimbangkan dampak yang dapat ditimbulkan dari makanan yang tidak dikonsumsi dan akhirnya dibuang.

Faktor lainnya adalah kurangnya kesadaran terhadap dampak lingkungan dari limbah makanan. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa tindakan membuang sisa makanan di tempat sampah sebenarnya dapat berkontribusi terhadap masalah lingkungan global.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Masalah sisa makanan ini dapat kita kurangi dengan beberapa langkah kecil. Berikut langkah praktis yang dapat kita lakukan dalam mengatasi efek sisa makanan :

1. Bijak saat berbelanja bahan makanan

Sebelum pergi berbelanja kebutuhan makanan sehari-hari, buatlah catatan makanan yang dibutuhkan di rumah. Hindari membeli makanan dalam jumlah besar tanpa perencanaan matang, terutama bahan makanan yang cepat rusak.

2. Simpan makanan dengan baik dan benar

Gunakan wadah kedap udara untuk menyimpan sisa makanan, simpan buah dan sayuran di tempat yang tepat di lemari es.

3. Mengambil porsi makanan sesuai kebutuhan

Pastikan saat mengambil makanan sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan sehingga tidak ada sisa makanan yang terbuang. Cara ini dapat juga digunakan dalam mengatur porsi makanan setiap hari untuk tubuh agar kesehatan terjaga.

4. Berbagi makanan yang berlebih

Jika terdapat makanan yang masih layak untuk dikonsumsi namun terlalu banyak, maka kita bisa membagikan makanan tersebut ke tetangga atau memanggil teman-teman ke rumah untuk makan bersama.  Melalui cara ini, maka tidak akan ada makanan yang terbuang sia-sia dan dapat mempererat hubungan sosial antar sesama.

5. Jadikan sisa makanan menjadi kompos

Sisa makanan rumah tangga dapat dijadikan kompos seperti sisa sayuran, buah, dan sisa makanan lainnya. Kompos merupakan cara alami untuk mengembalikan nutrisi ke tanah daripada membuang sisa makanan ke tempat sampah dan akan membusuk di TPA.

Luka Bumi, Tanggung Jawab Kita

Setiap kali kita membuang makanan, kita menambah luka pada bumi kita yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan lingkungan dan kesehatan kita sendiri. Namun, dengan sedikit usaha dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari, kita semua dapat berkontribusi untuk mengurangi dampak ini.

Mari kita mulai lebih bijak dalam mengonsumsi dan mengelola makanan, setiap langkah kecil berkontribusi dalam menyembuhkan luka bumi  yang disebabkan oleh manusia. Ingatlah, ketika makanan terbuang, bumi pun terluka dan kesehatan lingkungan serta kelangsungan hidup manusia terganggu.

 

Referensi

 Eufic. 2021. How To Reduce Food Waste at Home. Belgia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. 2024. SIPSN. https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/timbulan. Jakarta.

Sinambela, Dina Harianti BR. 2024. 6 Cara Mengurangi Sisa Makanan yang Dimulai dari Rumah. Artikel.

United Nations Environment Programme (UNEP). 2024. Food Waste Index Report 2024. Think Eat Save: Tracking Progress to Halve Global Food Waste. https://wedocs.unep.org/handle/20.500.11822 /45230. Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun