Diagnosis berperan dalam membantu peserta didik berkembang sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan setiap peserta didik akan teridentifikasi sehingga tindakan dari pendidikan tepat sasaran. Melalui proses diagnosis terjadi kedekatan antara pendidik dan peserta didik. Kemudian, akan menyadarkan adanya keberagaman muridnya (Syahrul, S.H, 2018). Salah satu langkah melakukan diagnosis, yaitu dengan cara konseling. Baik itu dilakukan oleh guru terkait sesuai mata pelajar pun oleh guru BK (Bimbingan Konseling).
Identifikasi kebutuhan dasar dan keinginan peserta didikÂ
Merunut struktur kepribadian yang dicetuskan Sigmund Freud, yaitu Id, Ego, dan Super Ego, kebutuhan dasar dan keinginan seseorang mendapat dorongan penuh dari ketidaksadaran. Setiap individu akan berusaha untuk beranjak dari situasi yang dirasa tidak menguntungkan dan berupaya untuk memperoleh kenikmatan. Dalam konteks pembelajaran adalah kondisi darurat yang membuat peserta didik cemas, dan rata-rata dialami oleh setiap orang ketika belajar di kelas, yaitu saat pada proses evaluasi.
Dari kecemasan yang dialami oleh peserta didik, maka timbul dua respons atau cara dalam mencapai hasil belajar. Pertama peserta didik akan mengusahakan segala cara, tanpa memikirkan konsekuensi yang ada untuk menyelesaikan tugasnya. Cara ini terkenal dengan istilah 'menyontek'. Kedua, merasa bahwa apa yang dilakukan oleh teman kelasnya dapat diterapkan juga untuk dirinya sendiri. Bahkan, setiap siswa melakukan cara yang sama. Kendali ego dalam diri peserta didik belum optimal. Cara-cara yang telah dijelaskan membuktikan bahwa, peserta didik masih dikuasai oleh Id atau insting sehingga melakukan segala cara, asal mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Lalu, tuntutan dari situasi dan tidak ingin terlihat berbeda dari yang lain. Seolah-olah ketika menggunakan cara lain adalah sebuah kesalahan. Tentu, seorang individu dalam mengendalikan ego tidak semudah yang dibayangkan. Terutama bagi peserta didik. Maka, diperlukan peran pendidik sebagai fasilitas konseling. Memberi pemahaman tentang cara belajar yang beragam. Niscaya, identifikasi jalur pemenuhan kebutuhan dan keinginan peserta didik akan menemukan titik terang.
Tumbuh kesadaran peserta didik bahwa ia dapat melakukan cara yang tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri pun bisa menyelesaikan sebuah tugas tanpa dituntut oleh cara yang dianggap jalan satu-satunya.
Referensi
Hasanah, dkk. 2013. Diferensiasi Berbasis Digital Sekolah
Syahrul, Syawal H. 2018. Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam pendidikan
Dia, Conia P.D & Sofiyanti. 2021. Gambaran Pemahaman Teori Psikoanalisis dan Implikasinya dalam Pendidikan pada Mata Kuliah Karakteristik dan Kompetensi Usia Dewasa pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP Untirta
Taufik, Sutrisno L. 2023. Efektivitas Pembelajaran Diferensiasi sebagai Sebuah Pendekatan untuk Kemerdekaan