Mohon tunggu...
Dika
Dika Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi

Jangan Pernah Terbelenggu Oleh Perasaan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Orang Tua Cerdas, Merintis Pendidikan Anak Sedari Dini

31 Oktober 2015   17:05 Diperbarui: 31 Oktober 2015   18:18 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Investasi/tabungan/Asuransi dana pendidikan menurut saya ibarat sebuah warisan yang cerdas untuk anak. Hal ini untuk mengantisipasi berbagai resiko yang dapat terjadi dikemudian hari seperti kebangkrutan usaha yang membuat keadaan ekonomi keluarga yang tiba-tiba merosot tajam, resiko kematian, inflasi pendidikan yang kian tinggi, hingga mengantisipasi adanya potensi ketidakmampuan bekerja yang mungkin saja akan saya hadapi. Tentunya dengan terlibat dalam investasi/tabungan dana pendidikan dapat membantu saya mewujudkan impian anak untuk menjadi seorang dokter tanpa harus dibayangi-bayangi kekurangan biaya.

Saat ini memang banyak lembaga keuangan baik perbankan, asuransi, ataupun jasa keuangan lainnya yang menawarkan berbagai produk yang diperuntukkan bagi pendidikan anak baik berupa tabungan, investasi, atau asuransi pendidikan. Sebagai orang tua, seyogyangnya juga harus cerdas untuk menentukan lembaga keuangan yang terpercaya serta menyesuaikan premi atau tabungan sesuai kemampuan.

Hal yang perlu diperhatikan oleh para orang tua dalam merencanakan pendidikan anak adalah perlu menyisihkan setidaknya 5-10 persen dari penghasilan bulanan yang diperuntukan untuk masa depan pendidikan anak. Sebagai contoh bila saya memiliki penghasilan Rp. 5.000.000 maka saya akan menyisihkan 10 persen atau sebesar Rp.500.000 perbulan sehingga dalam 1 tahun setidaknya telah terdapat 6 juta rupiah yang telah saya simpan untuk pendidikan anak. Bila hal tersebut dapat saya pertahankan hingga 13 tahun (asumsi anak telah berusia 5 tahun dan memasuki perguruan tinggi di usia 18 tahun) maka saya telah memiliki tabungan Rp. 78.000.000 di tahun 2028. Jumlah tersebut sudah mencukupi untuk menyekolahkan anak hingga masuk Jurusan Pendidikan Dokter di UGM.

Tidak ada salahnya tabungan ataupun perencanaan pendidikan anak juga diikutkan dalam asuransi pendidikan. Ini untuk mengantisipasi resiko dikemudian hari seperti resiko kematian sehingga dengan menyertakan asuransi pendidikan setidaknya pihak asuransi dapat ikut membantu mewujudkan mimpi anak meskipun orang tua sudah meninggal.

Kini saatnya kita menjadi orang tua cerdas, pernyataan ini memang ingin saya tekankan agar jangan karena persiapan yang kurang matang menyebabkan impian putra/i untuk mengenyam pendidikan tinggi dan meraih impiannya harus kandas karena kurang bijaknya orang tua dalam mempersiapkan dana pendidikan anak.

Saya siap mewujudkan impian anak saya kelak sebagai seorang dokter, bagaimana dengan anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun