Mohon tunggu...
Drs. Tiardja Indrapradja
Drs. Tiardja Indrapradja Mohon Tunggu... Wiraswasta - pensiunan

Seorang ayah dengan lima orang anak yang sudah dewasa [Puteri sulung saya telah meninggal pada tahun 2016 karena penyakit kanker]. Lulusan FEUI, dan pernah mengajar di FISIP UI 1977-akhir abad ke-20 sebagai dosen luarbiasa di jurusan administrasi [niaga]. Sekarang menangani empat situs/blog dalam hal evangelisasi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kepemimpinan dan Manajemen

8 Januari 2014   12:37 Diperbarui: 5 Desember 2015   19:23 6036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

 

Managers may not be good leaders (Para manajer dapat saja bukan merupakan pemimpin-pemimpin yang baik).

 

Warren Bennis (On Becoming a Leader, Paperback edition with A New Introduction, 1994 second printing, hal. 44-45) membuat daftar perbedaan-perbedaan antara para manajer dan para pemimpin. (Bandingkanlah dengan tabel 1  di atas):

 

  • The manager administers, the leader innovates (Manajer menatalaksana; sang pemimpin melakukan inovasi).
  • The manager is a copy; the leader is an original (Manajer adalah sebuah salinan; sang pemimpin adalah orijinal).
  • The manager maintains; the leader develops (Manajer memelihara; sang pemimpin mengembangkan).
  • The manager focuses on systems and structure; the leader focuses on people (Manajer fokus pada sistem-sistem dan struktur; sang pemimpin fokus pada orang-orang).
  • The manager relies on control; the leader inspires trust (Manajer mengandalkan pengendalian; sang pemimpin menginspirasikan rasa percaya).
  • The manager has a short-range view; the leader has a long-range perspective (Manajer memiliki pandangan jangka pendek; sang pemimpin memiliki suatu perspektif jangka panjang).
  • The manager asks how and when; the leader asks what and why (Manajer bertanya “bagaimana” dan “kapan”; sang pemimpin bertanya “apa” dan “mengapa”).
  • The manager has his eye always on the bottom line; the leader has his eye on the horizon (Manajer selalu menyoroti hasil akhir kinerja – rugi/laba dlsb.; sang pemimpin menatap ke depan, menatap horison).
  • The manager imitates; the leader originates (Manajer meniru; sang pemimpin memulai sesuatu).
  • The manager accepts the status quo; the leader challenges it (Manajer menerima status quo; sang pemimpin menantang status quo itu).
  • The manager is the classic good soldier; the leader is his own person (Manajer adalah serdadu baik yang klasik; sang pemimpin adalah dirinya sendiri).
  • The manager does things right; the leader does the right thing (Manajer melakukan segala sesuatu dengan benar; sang pemimpin melakukan hal yang benar).

TIGA CARA PANDANG YANG BERBEDA-BEDA

Cara pandang dari Reynolds dan Bennis yang sengaja disajikan secara lengkap (mungkin dirasakan oleh anda sebagai bertele-tele) adalah salah satu dari tiga cara yang dikemukakan oleh I. Cunningham dalam tulisannya yang berjudul LEADERSHIP DEVELOPMENT – MAPPING THE FIELD (1986). Cara pandang yang dipakai oleh Reynolds dan Bennis ini melihat dua konsep ini (kepemimpinan/pemimpin dan manajemen/manajer) sebagai terpisah namun berhubungan satu sama lain. Satu cara pandang yang lain adalah dengan mengasumsikan kepemimpinan sebagai satu kompetensi dari antara sejumlah kompetensi yang dibutuhkan untuk manajemen yang efektif. Satu cara pandang lain yang satu lagi adalah melihat adanya tumpang tindih secara parsial antara manajemen dan kepemimpinan.

DUNIA PRAKTEK

Kalau kita lihat daftar yang disusun Warren Bennis ini, tidaklah berarti bahwa  seseorang tidak dapat menjadi seorang manajer yang baik dan pada saat yang sama menjadi pemimpin yang baik pula. Sesungguhnya banyak orang yang diangkat ke berbagai posisi kepemimpinan setelah karir manajemen mereka yang sukses. Namun tugas (tasks) dan peran (roles) para pemimpin berbeda dengan tugas dan peran para manajer. Inilah yang harus dipahami sejak awal oleh seseorang yang ingin memulai mempelajari topik “kepemimpinan” dengan serius.

Marilah kita melihat apa yang diuraikan oleh Warren Bennis tentang tiga orang mantan presiden Amerika Serikat, Lyndon Johnson, Richard Nixon dan Jimmy Carter. Tiga-tiganya dapat dikatakan adalah “self-made men”, namun mereka gagal memenangkan hati rakyat Amerika dan akhirnya gagal sebagai para pemimpin bangsa besar itu. Tiga-tiganya adalah pribadi-pribadi yang kompeten, namun ambisi mereka melampaui talenta yang mereka miliki. Johnson bercita-cita membangun suatu Great Society, namun dia memulai perang besar-besaran di Vietnam yang pada akhirnya mencoreng muka Amerika Serikat di mata dunia dan di mata rakyatnya sendiri. Nixon terlebih-lebih ingin memerintah rakyat Amerika daripada memimpin mereka, dan dia pun tidak dapat melarikan diri dari pemaksulan (impeachment) dirinya gara-gara skandal Watergate. Dalam hal Carter, memang tidak pernah jelas apa yang diinginkannya, kecuali Gedung Putih, tulis Warren Bennis.  Memang saya tidak menyalin semua yang ditulis oleh Bennis (hal. 43), namun semuanya menunjukkan kegagalan tiga orang yang sebenarnya baik sebagai manajer namun buruk sebagai pemimpin. Ingat kesalahan yang dibuat oleh Carter dalam operasi penyelamatan para sandera di Iran. Memang pada akhirnya para sandera dibebaskan oleh pemerintah Iran, namun Ayatollah Khomeini dengan sengaja menyerahkan mereka kepada pemerintahan Ronald Reagan dengan maksud untuk menghina Carter. Sebagai pribadi, Carter memang akhirnya dapat mengembangkan visi pribadinya dalam bidang kemanusiaan dengan mewujudkan misi sosialnya di benua Afrika. Kebaikannya sebagai seorang anak manusia yang berbelas kasihan pada mereka yang menderita tetap dikenang oleh pribadi-pribadi yang peka. Tidak demikian halnya dengan Nixon dan Johnson. Sampai hari ini, “jawara” dari Texas yang bernama Johnson ini malah masih dicurigai sebagai salah satu pihak yang berkonspirasi untuk membunuh Presiden John F. Kennedy (tahun 1963). Dalam hal Nixon, yang pertama diingat orang apabila menyebut namanya adalah skandal Watergate. Capaian besarnya dalam hal pemulihan hubungan dengan RRC pada tahun 1972 hampir hilang dari ingatan orang-orang, apalagi mereka yang tidak senang membaca buku/tulisan bidang sejarah.

Sekarang, marilah kita mengingat kembali gerakan hak-hak sipil pada tahun 1960an di Amerika Serikat. Dr. Martin Luther King, Jr. adalah seorang pendeta Kristiani yang memberi hidup dan arahan bagi gerakan tersebut di negerinya. Dia memberikan martabat dan pengharapan untuk adanya partisipasi yang lebih bebas dalam kehidupan nasional bagi orang-orang yang sebelumnya  memiliki sedikit harapan saja dalam hal itu. Dr. King menginspirasikan dunia dengan visinya dan kemampuannya untuk berpidato, dan mengubah cara hidup warga Amerika dalam hidup bersama. Amerika Serikat memang berbeda sekarang karena seorang Dr. Martin Luther King, Jr. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah dia seorang pemimpin? Tentu saja! Apakah dia seorang manajer yang baik? Tidak, Dr. Luther bukanlah seorang manajer yang baik! Gerakan hak-hak sipil yang diperjuangkan dan dipimpin olehnya bisa saja gagal berantakan jika Dr. Luther tidak didukung oleh para staf pendukungnya yang terdiri dari orang-orang yang memiliki talenta manajemen yang luarbiasa. Jadi, baik kepemimpinan maupun manajemen bersifat komplementer, saling mengisi, dan dua-duanya vital untuk tercapainya sukses organisasi.

CATATAN PENUTUP

Tulisan ini dimaksudkan untuk para pemudi dan pemuda yang bercita-cita menjadi pemimpin di negeri tercinta Indonesia. Khusus untuk merekalah saya memberikan sebuah soal untuk dijawab dan direnungkan sendiri. Kemudian anda yang menjawab soal ini bertanya kepada dirimu sendiri: Mengapa saya melakukan pemilihan seperti itu?

Pada halaman depan Harian Kompas, hari ini, Rabu, 8 Januari 2014, terdapat 6 (enam) gambar kepala orang-orang terkenal, yaitu dari kiri-ke kanan: Joko Widodo, Prabowo Subianto, Aburizat Bakrie, Wiranto, Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla.

1. Urut-urutkanlah mereka masing-masing dari nomor 1 sampai dengan nomor 6 berkaitan dengan pokok-pokok kepemimpinan yang tertulis dalam tulisan ini. Untuk pribadi yang paling memenuhi syarat sebagai seorang pemimpin,  berikanlah angka 1, dst.

2. Urut-urutkan mereka menurut visi mereka berkenan dengan kesejahteraan rakyat Indonesia. Bagi yang terbaik, berikanlah angka 1, dst. (Bacalah tulisan saya yang berjudul PERANAN VISI DALAM KEPEMIMPINAN, KOMPASIANA, 31 Desember 2013).

3. Urut-urutkanlah mereka menurut integritas yang dimiliki masing-masing menurut pandangan anda sendiri. Untuk yang paling berintegritas, berikanlah angka 1, dst. (Bacalah tulisan saya yang berjudul KEPEMIMPINAN DAN INTEGRITAS, KOMPASIANA, 29 Desember 2013).

4. Urut-urutkanlah mereka menurut bela rasa mereka masing-masing terhadap orang-orang kecil dalam masyarakat. Untuk yang paling berbela rasa, berikanlah angka 1, dst. (Bacalah tulisan saya yang berjudul PENTINGNYA BELA RASA DALAM KEPEMIMPINAN, KOMPASIANA, 2 Januari 2014).

Ingatlah bahwa yang anda lakukan adalah untuk mempertajam pemahaman anda tentang kepemimpinan. Tidak lebih, tidak kurang!

Jakarta, 8 Januari 2014

Drs. F.X. Tiardja Indrapradja

http://developingsuperleaders.wordpress.com

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun