Perbedaan ras, suku dan etnik akan memunculkan perbedaan dalam hal bahasa, nilai, norma dan keyakinan adat masyarakat sekitar dan itu akan sangat membawa pengaruh dalam proses pengembangan potensi pada diri siswa. Siswa harus peka dan memiliki sikap positif terhadap perbedaan tersebut dengan menghargai satu sama lain agar terjalin hubungan yang harmonis antar siswa.
Mc. Graw Hill dalam bukunya Learning ti Teach mengatakan bahwa "ketika penggunaan dialek bahasa keluarga yang di pakai peserta didik di Amerika dipaksa untuk dihapuskan, maka kecenderungan prestasi akademik siswa tidak mengalami peningkatan , justru memunculkan kondisi emosional yang negative pada mereka. Pendidik sebaiknya senantiasa mempu memunculkan kondisi emosi positif pada peserta didik dengan segala keberagaman kereteristik mereka".[6]
Dari essay yang saya angkat dapat di simpulkan bahwa sekolah adalah salah satu tempat bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan pendidikan yang di terapkan di sekolah serta siswa mampu berpotensi di bidang akademik dan non akademik
Sedangkan Potensi adalah kemampuan terpendam yang mempunyai kemungkinan untuk dapat di kembangkan dengan baik. Adapun tujuan potensi adalah memupuk siswa untuk mampu berprestasi, mengajarkan siswa untuk berfikir krestif, inovatif berlandaskan pada faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal yakni Taraf kecerdasan, konsep diri, motivasi berprestasi, minat, bakat, sikap, sistem nilai, dan adapun faktor eksternal yakni kekeluarga, masyarakat, dan sekolah.
Sehingga, pendidikan potensi sangat penting bagi siswa di zaman sekarang, agar siswa tidak hanya main gadget saja akan tetapi siswa juga mampu mengasah, mengeluarkan bakat yang terpendam dalam dirinya sehingga siswa mampu membanggakan keluarga, masyarakat serta sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H