Mohon tunggu...
indra mangkuto
indra mangkuto Mohon Tunggu... Freelancer - Mountaineering | Running | Cycling | Swimming

Petualangan alam bebas dan olahraga outdoor

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Catatan Pendakian Sorik Marapi

12 Maret 2021   00:15 Diperbarui: 12 Maret 2021   00:27 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin belum banyak pendaki yang kenal dengan Sorik Marapi. Khususnya yang berasal dari Sumatera Barat. Saya bersama 3 orang teman pada hari Sabtu 7 Maret 2021 kemaren berkesempatan untuk melakukan pendakian gunung tersebut.

Saya baru mengetahui ada gunung berapi di kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara pada saat menyusun rencana touring sepeda ke Kota Natal tahun 2020. Tetapi rencana tersebut gagal.

Untuk mencapai lokasi Gunung Sorik Marapi dengan ketinggian 2145 mdpl, kami harus menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam dari Kota Padang Panjang dengan jarak 245 km.

Perjalanan kami mulai pada hari Jumat sore tanggal 6 Maret 2021. Rencana kami berangkat sebanyak 6 orang. Namun pada hari yang ditentukan hanya 4 orang yang berkesempatan.

Pukul 22.30 kami sampai di Kotanopan. Di rumah makan Duta Selera kami singgah untuk makan malam yang memang sudah kemalaman. Untungnya rumah makan ini buka 24 jam, karena memang tempat pemberhentian bus ALS yang terkenal.

Dari Kotanopan, kami harus menempuh perjalanan 35 km lagi ke desa Sibanggor Julu, titik pendakian gunung Sorik Marapi. Mengingat waktu sudah larut malam akhirnya kami putuskan menginap di mess Pemprov Sumatera Utara di Kotanopan.

Selesai sarapan pagi, perjalanan kami lanjutkan. Sebelumnya kami sudah menghubungi Pak Syamsir, sebagai guide untuk perjalanan kami ke puncak Sorik Marapi. 

Sampai di simpang tiga pasar Maga kami belok kiri. Jalannya tidak terlalu luas dan banyak rusak membuat saya mengendara dengan hati-hati. Setelah melewati lokasi eksplorasi panas bumi akhirnya kami sampai di gerbang desa Sibanggor Julu. Tak lupa kami abadikan dengan foto bersama dahulu.

Pukul 9.30 wib, kami sampai di desa tua Sibanggor Julu. Ternyata Pak Syamsir sudah menunggu kedatangan kami. 

Setelah mempersiapkan perlengkapan pendakian, pukul 10.00 kami mulai berangkat. Dari Pak Syamsir kami ketahui bahwa gunung Sorik Marapi ini terlarang bagi pendaki wanita. 

Dari jalan desa, kami mulai menapaki jalan perkebunan masyarakat. Pohon karet merupakan komoditi utama. Berjalan harus sedikit berhati-hati karena kita berjalan disela bebatuan gunung.

Setelah 30 menit berjalan, akhirnya kita sampai dilokasi bekas tambang penggalian belerang. Masih terlihat sisa- sisa belerang di antara bebatuan. Semakin memahami kenapa desa ini dinamakan Sibanggor, yang berarti panas dari bahasa Mandailing.

Tidak begitu jauh dari lokasi tambang belerang, akhirnya kami sampai di pintu rimba Taman Nasional Batang Gadis. Disini terdapat bangunan pondok kayu dengan desain yang cukup apik. Sepertinya baru selesai dibangun. Masih terlihat sisa-sisa bahan yang digunakan untuk pembangunannya.
Dari altimeter di jam yang saya gunakan, ketinggian posko ini berada di 1200 mdpl.

Setelah melepas lelah beberapa saat, perjalanan kami lanjutkan. Kami mulai memasuki hutan. Sebagian jalur pendakian kadang tidak terlihat karena ditumbuhi banyak tanaman. Sepertinya memang tidak terlalu banyak yang melakukan pendakian di Sorik Marapi ini.

Kami sampai di Shelter 4. Sebuah plang dari besi ini bertulis ketinggian 1500 mdpl. Sepanjang jalur yang telah dilewati, ini satu-satunya petunjuk yang kami temui. Sampai saat ini, jalurnya masih relatif landai.

Mulai dari Shelter 4 ini, jalur sedikit lebih menanjak melewati pepohonan khas hutan hujan tropis. Suara burung sesekali mengiringi perjalanan kami.

Pada ketinggian 1800 mdpl, tumbuhan  didominasi oleh tanaman pandan hutan. Sisa-sisa daun yang sudah mati berserakan di jalur pendakian.

Pukul 15.00 wib akhirnya kami sampai di puncak gunung Sorik Marapi. Kawah yang sangat luas terbentang dihadapan kami. Di beberapa sisi, terlihat asap mengepul ke udara. Bau belerang sangat kuat terasa.

Tak lama kami di puncak Sorik Marapi. Setelah merasa cukup mengabadikan momen, kami mulai bersiap untuk kembali. Hujan pun mulai turun.

Kesimpulan dari perjalanan ke puncak Sorik Marapi:
1. Gunung Sorik Marapi ini masih sangat jarang dilakukan pendakian, ini terlihat dari jalur yang tidak terlalu jelas.
2. Jalur pendakian belum dikelola dengan baik, karena tidak adanya petunjuk arah disepanjang perjalanan.
3. Tidak ada sumber mata air disepanjang jalur pendakian
4. Sampah anorganik cukup banyak berserakan, sepertinya sisa-sisa kegiatan pendakian massal beberapa tahun lalu.
5. Tidak terlalu banyak titik untuk lokasi camp, sehingga pendakian Sorik Marapi lebih baik naik turun saja (tektok).
6. Kurangnya pendakian ke Sorik Marapi sepertinya disebabkan biaya guide yang cukup tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun