Disini kami berjumpa dengan seorang pemuda sedang membawa kijang hasil tangkapan. Menurut ceritanya, bisa 2 sampai 3 ekor kijang tiap minggu ia dapatkan melalui jerat yang dipasang di hutan. Harga perkilo daging kijang dijual 75 ribu rupiah. Dari ukuran kijang yang dia bawa kami perkirakan beratnya 30 sampai 40 kg. Penghasilan yang lumayan.
Dari "halte" ini jarak menuju desa Simpang Lolo masih 3 km lagi. Pukul 12.15 wib akhirnya kami sampai di desa Simpang Lolo. Desa ini hanya didiami satu kepala keluarga. Disini kami melihat sisa-sisa rumah dan sekolah yang ditinggalkan akibat bencana.
Setelah sedikit bersilaturahim dengan warga dan membersihkan diri dari pacat yang hinggap di kaki, perjalanan kami lanjutkan. Dari desa Simpang Lolo ini perjalanan diteruskan menuju sumber mata air panas alami Sosopan. Jaraknya sekitar 6 km ke dengan menyusuri hulu sungai Batang Kanaikan.
Di tepi sungai kami shalat, istirahat dan makan. Tak lama berselang hujan pun turun. Arus sungai semakin kencang membuat kami harus berhati-hati untuk menyeberang. Batu-batu yang disusun menjadi rambu perjalanan. Trekking pole dan webbing cukup membantu kami menyeberang sungai.
Setelah menyusuri dan menyeberang sungai, pukul 18.00 wib kami sampai di Aek Simarian. Disini terdapat tiga rumah, cuma satu yang dihuni, dua rumah lainnya terlihat kosong, ditinggalkan. Awalnya kami mengira di sini lah tempat sumber air panas Sosopan. Dari petunjuk arah yang ada, ternyata mata air panas Sosopan masih berjarak 3 km ke hulu sungai. Karena tidak jumpa penghuni rumah, perjalanan kami lanjutkan kembali.
Hari sudah semakin gelap. Jalur pendakian mengarah ke sisi kiri sungai. Di sini jalurnya terlihat sudah sangat jelas, namun tempat yang kami cari belum juga ditemui. Sesekali tercium bau belerang tersapu tiupan angin.
Melalui Google Map terlihat kami sudah jauh memasuki wilayah Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Keraguan pun muncul. Informasi dari masyarakat, terdapat juga jalur dari arah utara menuju air panas Sosopan.
Jam sudah menunjukkan pukul 20.00. Hujan pun turun. Karena sudah semakin gelap dan tujuan belum juga sampai, kami putuskan untuk mendirikan tenda di tepi anak sungai yang mengalir ke Batang Kanaikan.
Keesokan harinyo, setelah selesai berbenah kita melakukan briefing sebentar tentang rencana perjalanan. Kesepakatannya pagi ini kita terus menyusuri jalur yang dilewati semalam.
Tidak berapa lama berjalan kami menemukan tanda GDLT dengan arah berlawanan. GDLT mungkin singkatan dari Gunung Danau Laut Tinggal. Karena berlawanan arah, keraguan kami kembali muncul. Akhirnya kita sepakati untuk berbalik mundur.
Kembali menyusuri sungai ke arah hilir. Menjelang Aek Simarian, kami akhirnya berjumpa dengan seorang bapak yang sedang membersihkan lahan. Setelah memperkenalkan diri, kami tanyakan lokasi air panas Sosopan. Bapak tersebut mengatakan masih 3 km ke depan menyusuri sungai. Karena tidak ingin tersesat lagi, kami minta tolong beliau mengantarkan.
Hari sudah menjelang siang. Akhirnya kami sampai juga di air panas Sosopan. Lokasi air panas ini berada pada ketinggian 950 mdpl, dan ternyata memang tidak berada di aliran utama sungai. Hampir 300 meter belok ke kiri mengikuti anak sungai yang bermuara ke Batang Kanaikan.