Mohon tunggu...
Indra Malela
Indra Malela Mohon Tunggu... -

Pegawai Swasta tinggal di Cikarang, Hobi membaca; menulis untuk iseng saja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

My Love Story 5

17 Juni 2011   05:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:26 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

by Indra Malela Saya Suka Joey Wong, itu saja! Konon hidup ini seperti roda berputar. Kadang di atas. Kadang di bawah. Kita harus sabar dan berserah diri saja. Terima apa adanya. Nikmati apapun yang terjadi dalam hidup ini. Bukan Luna Maya saja yang bisa merasakan nikmatnya ternyata, dan lalu bilang beginian. Ibu-ibu arisan di pengajian itu pun sering  bilang dan menasehatkan. Kawinlah cepat jangan membujang terus kayak gitu. Kalau sudah kawin, mau di bawah, mau di atas, nggak masalah. Di bawah okeh. Di atas pun boleh. Beban di atas juga akan terasa ringan bila bergoyang.  Enak temenan untuk dirasakan,  tahu? Sehat dan nikmat, mengerti? Saya coba untuk mengerti. Walau sulit sekali untuk menikmati. Hampir tiap hari saya  naik di atas bis atau gelantungan di dalam kereta bawah tanah.  Tapi di atas atau di bawah tanah juga dalam jam-jam sibuk, di negara maju seperti Jepang pun naik fasilitas umum harus  berjejal dan berdesak-desakan kayak ikan pindang. Lebih nyaman dari fasiltas kendaraan di negera berkembang, memang. Tapi di mana letak nikmatnya itu, aku tak tahu.  Roda-roda kendaraan itu waktu melaju memang  berputar selalu, tapi posisi roda tetap di bawah saja.  Berat menahan beban kendaraan yang sarat dengan penumpang. Hidup seorang bujang yang belum pasangan memang seperti roda-roda kendaraan yang berputar itu. Payah berada terus di bawah. Menahan beban patah hati, terasa berat sekali.   Seorang yang sedang patah hati, perasaan menjadi  korban lebih mendominasi. Biarkan saja, nanti juga sembuh sendiri!

---------------------------------------------------------------------------

Earl Nightingale : “We become what we think about, most of the time.” Dr. Norman Vincent Peale: "If you think in negative terms, you will get negative results. If you think in positive terms, you will achieve positive results."

---------------------------------------------------------------

Biar keren saya kutip kata-kata dari orang beken. Biar kita semua percaya, bahwa betapa berharganya isi pikiran kita. Realita yang terjadi adalah buah pikiran diri kita semata. Waspadalah! Tidak percaya? Tidak apa.  Fakta di lapangan tak perlu  kepercayaan anda untuk membuktikan sendiri kebenaran dalilnya. Kita  akan tetap terjatuh dari gedung tinggi, tak peduli kita ini mengerti hukum gravitasi  atau belum. Kebenaran itu cuek. Hukum harus buta, kepada siapapun ia bicara ia harus memberi perlakuan yang sama. Kepada yang bodoh dan yang pintar,  Dewi Justisia senantiasa bertutup mata. Hukum alam selalu begitu, berlaku adil tak peduli anda sudah atau belum tahu. Air lautpun yang tak pernah diajari hukum gravitasi akan selalu menari ditarik rembulan. Purnama tak pernah dikuliahi tentang dalil Newton nomor 2 juga, akan tetap membuat pantai menjadi pasang di keremangan malam. Jangan mentang-mentang, cuma karena  pernah kursus NLP.  Jangan sok, hanya karena sudah nonton film The Secret. Atau malah jadi blagu hanya karena tahu apa Law of Attraction itu. Pernah ikut seminar Quantum Ikhlas dari Erbet Sentanu, langsung berkoar bilang siapa nih gua. Pengetahuan itu sungguh berguna sekali mengarahkan pikiran dan membimbing kita ke jalan terang. Tetapi tanpa suatu tindakan yang dilakukan, betapa terangnya juga jalan terbentang, kita tidak akan sampai ke tempat tujuan. Dan pengetahuan itu akhirnya tak lebih dari sebuah beban. Seperti keledai yang menanggung penuh beban buku di punggung. Dan betapa menanggung malunya aku. Ternyata salah seekor keledai  dengan beban penuh buku di punggung itu adalah orang yang sedang menulis cerita ini. Seekor keledai pun kalau untuk sementara tak apa. Kalau toh nantinya bisa menjadi kuda yang bisa tertawa melihat betinanya. Sekarang pun saya sudah bisa sedikit tertawa. Tersenyum melihat Joey Wong yang anggun. Tertegun melihat filmnya. Dari dulu juga saya bilang saya suka ini hantu perempuan. Mana tahan, bang, kalau setannya saja sudah begini sopan.  Mata saya jadi jelalatan terus mlototin ntuh monitor TV. Cantiknya serius. Manisnya bukan main-main. Hantu juga tak apa kalau jelita wajahnya.  Saya suka wanita sederhana. Berpakaian tradisional apa adanya. Tidak menor.  Wajah Asia yang eksotis. Takkan abis kalau saya bahas di sini. Lihat aja nih photonya. Ai is a thing in the past. Yuko Natori adalah masa lalu. Buat apa, dua-duanya wanita yang jauh lebih tua dari saya itu.  Lagian Br. Hisyam bilang Ai sekarang lagi ngidam. Ah… lupakan saja itu perempuan  sudah punya orang. Kemarin juga waktu jalan-jalan ke toko buku banyak dipajang album photo berisi  Yuko Natori yang lagi telanjang. Rasa suka terhadap Yuko Natori jadi berkurang. Good bye, Ai.Sayonara Yuko Natori. Sekarang saya mau sukanya Joey Wong saja. Seorang saja. Cukup sudah. Tak perlu poligami. Tak butuh poligini. Joey Wong, kenapa begitu sukanya aku padamu. Padahal diri ini bukan lelaki yang gampang jatuh hati. Tidak mudah tergoda oleh wanita. Pria yang susah jatuh cinta. Lihatlah. Di ujung usia 25 juga masih sendirian saja. Ah, Joey Wong kamu bidadariku di musim semi ini. Aku bisa jadi kumbang asal kamu jadi kembang.  Karena sekarang hati seorang bujang pun tidak lagi meradang. Bisa ikut tersenyum bersama  mekarnya bunga-bunga musim semi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun