"Mas Indra, aku mau tinggal di Bali bulan depan. Bantu carikan informasi terdekat dong."
Junior saya memberi kabar kepada saya. Ia tahu bahwa saya sedang tinggal di Bali dan dirinya pun ingin merantau ke Bali. Junior ini membutuhkan informasi terkait tempat tinggal pada saya.Â
Sebenarnya sudah banyak teman atau kenalan yang menyampaikan ketertarikan untuk menetap di Bali. Alasan sederhana tinggal di Bali terasa menyenangkan karena bisa berwisata ke lokasi-lokasi menarik, bertemu dengan WNA ataupun alasan lainnya.Â
Sah-sah saja karena Bali memang menyimpan banyak daya tarik. Salah satunya teman saya yang tengah lanjut S2. Teman berasal dari kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sengaja melanjutkan studi di Bali. Ini karena menjadi mimpinya ingin merasakan suasana tinggal di Bali.Â
Sebagai seseorang yang sudah lama tinggal di Bali. Saya justru tertarik berbagi informasi hal-hal apa saja yang harus disiapkan bagi perantau yang ingin menetap di Bali. Apa saja itu?Â
Ketahui Tujuan Merantau Di Bali
Saya pernah mendengar keluh kesah seseorang di sosial media. Ia merasa salah menargetkan hidupnya di Bali. Awalnya ia tertarik merantau ke Bali untuk mengubah nasib. Baginya Bali tersedia banyak kesempatan peluang kerja.Â
Sayang seiring waktu tujuan awal justru berubah 180 derajat. Selama berbulan-bulan justru masih menganggur bahkan pola hidupnya justru seperti wisatawan dimana hari-harinya digunakan untuk mengunjungi tempat menarik, mengunjungi tempat hiburan dan sebagainya.Â
Alhasil tabungan kian menyusut karena pemasukan tidak ada sedangkan pengeluaran selalu ada setiap harinya. Inilah yang membuatnya stres karena ia tidak kuat merealisasikan tujuan awal ke Bali.Â
Sudah nyaman untuk menikmati wisata, budaya dan berfokus untuk menikmati hidup dibandingkan bekerja. Kesalahan inilah yang bisa jadi pelajaran bersama.Â
Kenali dulu untuk apa ke Bali. Apakah untuk studi, mencari pekerjaan, berwisata atau urusan pribadi. Ketika gagal memahami tujuan ini bisa jadi kita akan mengalami kebingungan dan merasa salah untuk merantau ke Bali.Â
# Pahami Aturan dan Budaya Warga Setempat
Kerap kali ada kekagetan warga perantau saat merantau ke Bali. Contoh ada yang kaget bahwa di Bali banyak terdapat anjing liar berkeliaran di jalan, melihat banyak sesajen di jalan atau tempat umum, budaya Nyepi, iuran warga dan sebagainya.Â
Pada Nyepi 2023, sempat ada konflik sosial yang terjadi. Konflik ini terjadi karena ketidaktahuan akan tradisi dan budaya lokal Bali. Padahal sebagai pendatang, kita wajib mencari tahu adat dan budaya setempat agar lingkungan sosial berjalan dengan baik.Â
Ada juga kasus warga pendatang mengacak-acak sesajen atau canang sari yang dijadikan media persembahyangan bagi masyarakat Hindu Bali. Ini karena setiap daerah akan memiliki kearifan lokal masing-masing. Jangan sampai karena ketidaktahuan ini memunculkan konflik secara horizontal.Â
Di beberapa tempat di Bali masih ada penerapan iuran bulanan bagi warga yang kerap disebut iuran banjar. Iuran ini diberlakukan bagi semua masyarakat termasuk para pendatang. Banyak perantau kaget akan ada iuran banjar ini karena merasa ini iuran tidak resmi. Padahal ini tertuang dalam tata aturan (awig-awig) desa yang mungkin tiap desa memiliki awig-awig yang berbeda.Â
# Merantau Faktor Bekerja, Pahami Sektor dan UMK di Bali
Ini juga kerap terjadi dimana perantau merasa susah mendapatkan pekerjaan atau keahlian/pengalaman kerja yang dimiliki ternyata susah mendapatkan kerja.Â
Saya ingat ada cerita dari seorang perantau bahwa keterampilan dirinya di industri manufaktur ternyata tidak banyak mendapatkan kesempatan kerja baru. Di Bali ternyata lebih membutuhkan SDM di bidang jasa dan pariwisata.Â
Hal lain yang bikin kaget karena gaji yang diterima saat bekerja di Bali tidak sesuai ekspetasi. Ini karena ia baru tahu UMK Bali tidak sebesar UMK di Jakarta tempat awal ia bekerja.Â
Di atas adalah sedikit informasi terkait besaran penghasilan jika bekerja di Bali sesuai UMK yang berlaku. Kekagetan karena banyak perantau yang semula bekerja di daerah dengan UMK tinggi justru tidak mendapatkan nominal sama besar.Â
Contoh kenalan saya yang semula bekerja di Jakarta dengan UMK sebesar 4,6 juta rupiah di 2022. Namun ketika pindah ke Denpasar ia mendapatkan 2,7 juta. Ia bingung karena pendapatan sekarang tidak bisa menutupi cicilan dan kebutuhan sehari-hari.Â
Sebaiknya sebelum merantau ke Bali untuk bekerja maka kita harus siap mental dan kuat informasi. Jangan samakan dunia kerja di Pulau Jawa yang banyak di sektor industri manufaktur dengan Bali yang lebih didominasi sektor pariwisata.Â
Tidak ada salahnya kita perlu meningkatkan keterampilan yang sejalan dengan kebutuhan di pelaku usaha Bali. Misalkan peningkatan bahasa asing karena tingginya jumlah WNA di Bali. Banyak lowongan pekerjaan di Bali khususnya di daerah wisata yang mengharapkan pelamar bisa berbahasa asing.Â
***
Merantau ke Bali memang menjadi impian bagi banyak orang. Ini karena mereka bermimpi bisa bekerja, merasakan suasana Bali serta bisa berwisata secara bersama-sama. Sayangnya ada ketidaksiapan yang dihadapi oleh perantau.Â
Alhasil muncul keraguan, stres karena tidak sejalan dengan harapan serta susah beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebelum itu terjadi, yuk cari tahu dulu seluk beluk kehidupan di Bali. Jangan sampai menyesal setelah tiba di Bali.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H