Belakangan ini begitu banyak kisah mengharukan yang berasal dari kisah mahasiswa tingkat akhir. Mengutip dari beragam sumber setidaknya ada beberapa aksi bunuh diri yang dilakukan mahasiswa tingkat akhir karena masalah depresi.Â
Mahasiswa asal Subang tewas karena diduga sengaja melompat dari lantai 4. Mahasiswi asal Jambi ditemukan gantung diri di kamar kos yang juga diduga mengalami masalah pribadi salah satunya terkait skripsi. Selain itu ada kisah mahasiswa asal Samarinda yang diduga depresi karena skripsinya kerap mengalami penolakan oleh dosen pembimbing.Â
Saya pun merasakan sendiri bahwa begitu besar tekanan yang dialami mahasiswa tingkat akhir. Skripsi menjadi momok yang menyeramkan karena kerap membuat banyak mahasiswa mengalami depresi hingga memilih mundur.Â
Di jurusan saya saja ada lebih dari 5 teman yang mengalami DO karena skripsi tidak ujung usai dan masa studi sudah 14 semester. Sungguh disayangkan padahal teman saya ini secara akademisi tergolong pintar karena IPK diatas 3. Namun skripsi merusak mimpi mereka lulus di kampus tercinta.Â
Tekanan kian tinggi karena adanya tuntutan orang dan orang terdekat yang berharap bisa lulus cepat, biaya kuliah yang tetap harus dikeluarkan hingga tekanan dari dosen pembimbing. Tidak semua orang mampu menghadapi tekanan secara psikis ini.Â
Alhasil beragam kasus seperti depresi, tindakan kriminal, mundur dari kuliah atau bunuh diri kerap terjadi.Â
Membaca artikel di atas saja saya terasa pilu. Hubungan antara dosen pembimbing dan mahasiswa memang kerap tidak berjalan mulus.Â
Dosen pembimbing mengharapkan mahasiswa bisa menuntaskan skripsi dengan baik dari sudut pandang dosen disisi lain mahasiswa berharap bisa cepat kelar dan segera wisuda. Alhasil beda pandangan inilah yang bisa membuat hubungan dosen-mahasiswa bimbingan tidak berjalan baik.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!