Wow, Pasar Seni Ubud ramai oleh penjual aksesoris mulai gelang, lukisan, patung, kaos, kain pantai, kain Bali dan sebagainya. Kondisi ini mengingatkan saya saat masa Pandemi dimana pasar ini sepi bahkan tidak banyak penjual yang buka.Â
Sempat mengobrol dengan salah satu pedagang dan bercerita bahwa ia sebenarnya tinggal bukan di Ubud. Tempat tinggal ke tempat usahanya di Ubud sekitar 30-45 menit. Jarak yang cukup jauh namun karena Ubud sudah ramai wisatawan maka dirinya berani menyewa toko untuk berjualan di Pasar Seni Ubud.Â
Tempat kerja saya pun sebagai produsen minuman di Bali juga mengalami peningkatan permintaan. Bahkan ada banyak konsumen baru yang menjadi pelanggan. Konsumen ini berupa homestay, restoran hingga pelaku UMKM.Â
Saya ingat ketika ada tamu auditor yang akan berkunjung ke kantor. Staf di kantor sangat kesulitan memesan hotel karena saat itu sedang high season dan mayoritas hotel penuh.Â
Harga mulai kembali normal di Bali. Saya ingat saat Desember 2020, saat itu saya diinfokan kerabat jika ada promo rafting di Ubud. Harga normal rafting sekitar Rp350.000 per pax. Namun pengelola memberikan harga Rp100.000 per pax sudah termasuk makan siang.Â
Saat itu saya mengajak sepupu-sepupu di Bali untuk rafting bersama. Kapan lagi bisa merasakan sensasi rafting dengan harga miring. Saya diberi tahu adanya promo ini agar pengelola rafting bisa tetap menghidupi staf yang selama pandemi nyaris tanpa penghasilan.Â
Kini harga rafting sudah mulai normal kembali. Beruntung saya pernah merasakan sensasi rafting saat ada promo khusus.Â
Perubahan harga juga terjadi di bidang akomodasi. Dulu masa pandemi, pemilik homestay dan vila memberikan harga di bawah pasaran. Saya ingat pernah menyewa kos ekslusif dengan desain ala vila seharga Rp2.500.000/bulan.
Padahal sebelum pandemi harga sewa berkisaran 4-5 juta per bulan. Teman saya juga bercerita banyak pemilik atau manajemen vila yang menyewakan vila sistem bulanan. Jika dulu sewa Vila dengan fasilitas kolam renang sekitar 1 juta per hari justru disewakan 3 juta per bulan.Â
Tidak heran banyak pelancong yang ingin tinggal lama di Bali saat pandemi memanfaat hal ini untuk menyewa vila dalam durasi lama. Uniknya teman saya yang juga menyewa vila dengan harga murah akhirnya kecewa karena setelah penerbangan internasional dibuka.