Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tantangan Tim Sepak Bola Putri di Tanah Air

4 Agustus 2023   20:29 Diperbarui: 10 Agustus 2023   09:03 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tim sepak bola putri memang ada? 

Mungkin ada pembaca yang bertanya-tanya seperti ini. Awalnya pun saya juga mempertanyakan hal ini sampai saya bertemu dengan Ibu Esti Puji Lestari yang sempat menjabat Presiden Klub Persijap Jepara dan Persijap Kartini, tim sepak bola profesional di Jepara. 

Rasa kagum juga dengan sosok beliau karena menunjukkan bahwa wanita pun bisa mengelola klub sepak bola yang notabanenya identik dengan olahraga untuk kalangan laki-laki. Bahkan hadirnya Persijap Kartini yang berisikan pemain putri mendobrak pandangan masyarakat tanah air bahwa wanita pun bisa berkancah di ajang sepak bola. 

Jika mengutip dari beragam sumber, sebenarnya di beberapa negara di luar Indonesia, tim sepak bola putri dibina secara profesional bahkan mampu memperoleh prestasi membanggakan di kancah internasional. 

Pada kancah Olimpiade Musim Panas 2020 yang dilaksanakan di Jepang kemarin pun ikut mempertandingkan sepak bola putri. Sepak bola putri Kanada berhasil keluar sebagai pemenang dan disusul Swedia sebagai runner up, Amerika Serikat di urutan ketiga dan Australia di urutan keempat. 

Secara khusus, klub sepak bola putri banyak yang masih dalam asuhan manajemen klub sepak bola laki-laki. Sebut saja klub besar seperti Paris Saint-Germain (Prancis), Bayern Munchen, dan Barcelona pun memiliki klub khusus wanita.

Di Indonesia sebenarnya sudah ada klub bola yang sengaja dibentuk untuk menjadi wadah atlet sepak bola putri. Sebut saja Arema Putri, Persija Putri, Persikabo Kartini ataupun Persebaya Putri. Namun tidak menapik bahwa ada beragam tantangan yang dihadapi atlet sepak bola putri di tanah air.

Sengitnya Pertandingan Sepak Bola Putri | Sumber Harian Jogja
Sengitnya Pertandingan Sepak Bola Putri | Sumber Harian Jogja

# Stigma Sepak Bola sebagai Aktivitas Maskulin

Saya ingat saat kecil punya teman cewek yang suka ikut bermain sepak bola dengan teman laki-laki. Ketika sore bermain di lapangan dan menunjukan keterampilan menggiring dan menendang bola. 

Adakalanya ia kerap ditegur oleh orangtua terutama sang ibu karena anak wanita sebaiknya tidak bermain sepak bola. Kembali lagi stigma yang terlalu melekat di pikiran masyarakat kita, sepak bola adalah olahraga teruntuk laki-laki. 

Ini karena permainan ini tidak hanya menguji keterampilan membawa bola saja namun juga ketahanan fisik. Ada kalanya harus menubruk lawan, jatuh karena tersenggol hingga bisa memacu perkelahian dalam lapangan. 

Wanita cenderung memilih aktivitas yang tidak berisiko tinggi dan tidak menguras fisik berlebih. Ketika ada anak cewek suka bermain bola kerap dianggap tomboy atau bertindak seperti laki-laki. Inilah yang berusaha dihindari orangtua ketika anak perempuannya terlalu menyukai permainan bola. 

Anak perempuan lebih baik bermain boneka atau masak-masakan dibandingkan bermain bola. Tidak hanya itu kerapkali stigma orang sekitar juga membuat anak perempuan yang sebenarnya memiliki talenta tapi harus mengubur talenta karena omongan orang sekitar. 

Pemain Sepak Bola Putri Di Luar Negeri | Sumber IDN Times
Pemain Sepak Bola Putri Di Luar Negeri | Sumber IDN Times

# Kodrat Perempuan di Masyarakat

Laki-laki bisa bermain sepak bola sebagai hobi ataupun mata pencaharian secara profesional. Umumnya usia belasan tahun adalah usia pengembangan keterampilan bermain bola. 

Memasuki usia 20-an, pemain sudah memiliki keterampilan baik dan bisa menjadi atlet profesional. Tidak jarang sebagai atlet, pemain bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keluarga. 

Berbeda dengan perempuan khususnya yang tinggal di desa atau kota kecil. Mereka mungkin bisa ikut bermain bola saat remaja. Namun memasuki usia 20-an akan muncul beragam dilema. Salah satunya keinginan atau paksaan untuk menikah. 

Setelah menikah pun, kebebasan si perempuan akan terbatas. Segala aktivitas harus seizin suami. Kondisi ini menjadi penghambat di mana menjadi atlet profesional maka harus meluangkan waktu untuk latihan dan bertanding. 

Bayangkan setelah menikah, si perempuan mulai fokus mengurus suami dan rumah. Tidak lama berselang dirinya hamil sehingga tidak bisa beraktivitas yang berisiko dan menguras fisik. Ketika melahirkan pun harus istirahat dan juga mengurus anak. 

Seorang Pemain Sepak Bola Putri | Sumber Suara Surabaya
Seorang Pemain Sepak Bola Putri | Sumber Suara Surabaya

Ada banyak waktu yang terbuang karena menjalankan kodrat perempuan yang kelak menjadi istri dan ibu. Bukan rahasia lagi akhirnya keinginan menjadi atlet sepak bola putri profesional akan terkubur secara perlahan. 

# Klub Sepak Bola Dalam Lingkaran Bisnis

Bukan rahasia umum lagi jika klub olahraga tidak bisa terlepas dalam putaran bisnis. Secara logika, pemilik klub sudah mengeluarkan uang besar mulai perijinan, membayar gaji pelatih dan pemain, menyewa asrama untuk tempat tinggal, biaya hidup, biaya latihan dan pertandingan serta biaya lainnya. 

Siapapun pasti tidak ingin rugi termasuk pemilik klub. Pemilik klub akan berusaha menutupi biaya serta mendapatkan keuntungan mulai menjual aksesoris klub, transfer pemain, tiket pertandingan, hak siar, hingga sponsor. 

Klub sepak bola laki-laki biasanya sudah memiliki penggemar fanatik. Penggemar yang rela hadir dan membeli souvenir hingga tiket pertandingan sehingga mampu mendatangkan keuntungan bagi klub. 

Sejauh ini klub sepak bola putri bisa dikatakan belum semujur itu. Penggemar fanatik belum terbentuk maksimal sehingga tidak jarang ketika ada pertandingan, bangku penonton tidak seramai pertandingan klub sepak bola laki-laki. 

Ini pula yang membuat tidak banyak klub sepak bola putri di tanah air. Keterbatasan ini membuat klub sepak bola putri masih dianakduakan dalam ajang sepak bola di tanah air. 

Pertandingan Sepak Bola Putri Profesional | Sumber JPNN.com
Pertandingan Sepak Bola Putri Profesional | Sumber JPNN.com

# Minimnya Penjaringan Atlet Muda

Penjaringan atlet sepak bola laki-laki lebih banyak terjadi di sekitar kita. Bahkan banyak pelatih hingga manajemen klub rela mengadakan pertandingan atau menonton pertandingan sepak bola usia anak-anak hingga remaja demi mencari bibit unggul. 

Sekolah bola pun sudah banyak berdiri di tanah air. Kondisi ini membuat peluang mendapatkan pemain sepak bola laki-lali yang berkualitas sangat mudah tersaring. 

Berbeda dengan atlet sepak bola putri. Masih jarang ditemukan event pertandingan baik di skala RT, RW, Desa ataupun daerah. Keterbatasan ini membuat penjaringan atlet sepak bola putri yang unggul lebih sukar ditemukan.

***

Hadirnya tim sepak bola putri memberi warna tersendiri dalam dunia olahraga khususnya sepak bola. Sayangnya perkembangan sepak bola putri di tanah air belum masif. Ini terlihat masih minimnya klub sepak bola putri hingga prestasi sepak bola putri Indonesia di kancah internasional. 

Terlepas dari itu ada harapan ke depan Indonesia memiliki tim sepak bola putri. Tentu saja perlu asa terobosan baru guna mengatasi permasalahan perkembangan sepak bola putri yang dipaparkan di atas. Bagaimana pandangan pembaca terhadap eksistensi perempuan di kancah sepak bola? 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun