Ada banyak waktu yang terbuang karena menjalankan kodrat perempuan yang kelak menjadi istri dan ibu. Bukan rahasia lagi akhirnya keinginan menjadi atlet sepak bola putri profesional akan terkubur secara perlahan.Â
# Klub Sepak Bola Dalam Lingkaran Bisnis
Bukan rahasia umum lagi jika klub olahraga tidak bisa terlepas dalam putaran bisnis. Secara logika, pemilik klub sudah mengeluarkan uang besar mulai perijinan, membayar gaji pelatih dan pemain, menyewa asrama untuk tempat tinggal, biaya hidup, biaya latihan dan pertandingan serta biaya lainnya.Â
Siapapun pasti tidak ingin rugi termasuk pemilik klub. Pemilik klub akan berusaha menutupi biaya serta mendapatkan keuntungan mulai menjual aksesoris klub, transfer pemain, tiket pertandingan, hak siar, hingga sponsor.Â
Klub sepak bola laki-laki biasanya sudah memiliki penggemar fanatik. Penggemar yang rela hadir dan membeli souvenir hingga tiket pertandingan sehingga mampu mendatangkan keuntungan bagi klub.Â
Sejauh ini klub sepak bola putri bisa dikatakan belum semujur itu. Penggemar fanatik belum terbentuk maksimal sehingga tidak jarang ketika ada pertandingan, bangku penonton tidak seramai pertandingan klub sepak bola laki-laki.Â
Ini pula yang membuat tidak banyak klub sepak bola putri di tanah air. Keterbatasan ini membuat klub sepak bola putri masih dianakduakan dalam ajang sepak bola di tanah air.Â
# Minimnya Penjaringan Atlet Muda
Penjaringan atlet sepak bola laki-laki lebih banyak terjadi di sekitar kita. Bahkan banyak pelatih hingga manajemen klub rela mengadakan pertandingan atau menonton pertandingan sepak bola usia anak-anak hingga remaja demi mencari bibit unggul.Â