Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tantangan Tim Sepak Bola Putri di Tanah Air

4 Agustus 2023   20:29 Diperbarui: 10 Agustus 2023   09:03 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Sepak Bola Putri Di Luar Negeri | Sumber IDN Times

Adakalanya ia kerap ditegur oleh orangtua terutama sang ibu karena anak wanita sebaiknya tidak bermain sepak bola. Kembali lagi stigma yang terlalu melekat di pikiran masyarakat kita, sepak bola adalah olahraga teruntuk laki-laki. 

Ini karena permainan ini tidak hanya menguji keterampilan membawa bola saja namun juga ketahanan fisik. Ada kalanya harus menubruk lawan, jatuh karena tersenggol hingga bisa memacu perkelahian dalam lapangan. 

Wanita cenderung memilih aktivitas yang tidak berisiko tinggi dan tidak menguras fisik berlebih. Ketika ada anak cewek suka bermain bola kerap dianggap tomboy atau bertindak seperti laki-laki. Inilah yang berusaha dihindari orangtua ketika anak perempuannya terlalu menyukai permainan bola. 

Anak perempuan lebih baik bermain boneka atau masak-masakan dibandingkan bermain bola. Tidak hanya itu kerapkali stigma orang sekitar juga membuat anak perempuan yang sebenarnya memiliki talenta tapi harus mengubur talenta karena omongan orang sekitar. 

Pemain Sepak Bola Putri Di Luar Negeri | Sumber IDN Times
Pemain Sepak Bola Putri Di Luar Negeri | Sumber IDN Times

# Kodrat Perempuan di Masyarakat

Laki-laki bisa bermain sepak bola sebagai hobi ataupun mata pencaharian secara profesional. Umumnya usia belasan tahun adalah usia pengembangan keterampilan bermain bola. 

Memasuki usia 20-an, pemain sudah memiliki keterampilan baik dan bisa menjadi atlet profesional. Tidak jarang sebagai atlet, pemain bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keluarga. 

Berbeda dengan perempuan khususnya yang tinggal di desa atau kota kecil. Mereka mungkin bisa ikut bermain bola saat remaja. Namun memasuki usia 20-an akan muncul beragam dilema. Salah satunya keinginan atau paksaan untuk menikah. 

Setelah menikah pun, kebebasan si perempuan akan terbatas. Segala aktivitas harus seizin suami. Kondisi ini menjadi penghambat di mana menjadi atlet profesional maka harus meluangkan waktu untuk latihan dan bertanding. 

Bayangkan setelah menikah, si perempuan mulai fokus mengurus suami dan rumah. Tidak lama berselang dirinya hamil sehingga tidak bisa beraktivitas yang berisiko dan menguras fisik. Ketika melahirkan pun harus istirahat dan juga mengurus anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun