Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Larangan Mendaki Gunung, Bagaimana Nasib Pendaki di Bali?

6 Juni 2023   21:58 Diperbarui: 7 Juni 2023   15:05 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disisi lain ada sebagian masyarakat yang menggantungkan perekonomian dari wisata gunung. Ada yang menjadi pemandu wisata bagi mereka yang ingin berwisata atau mendaki gunung, ada yang menyediakan layanan ojek gunung, warung peristirahatan, agen wisata, dan sebagainya. 

Pemandangan Di Gunung Batur | Sumber Trip.com
Pemandangan Di Gunung Batur | Sumber Trip.com

Akhir bulan Mei lalu teman semasa kuliah berwisata ke Bali. Dirinya memiliki rencana untuk mendaki Gunung Batur. Ia pun menginfokan menggunakan layanan private trip dengan membayar 700 ribu untuk paket antar jemput dari hotel ke Gunung Batur, tour guide selama pendakian, dan konsumsi. 

Wuah nominal yang cukup besar karena saya sudah dua kali mendaki Gunung Batur dan biaya mendaki tidak sampai 200 ribu. BBM motor sekitar 40 ribu bisa untuk PP Denpasar-Kintamani, membayar parkir motor 5 ribu, registrasi sekitar 20 ribu dan tidak perlu pemandu wisata karena Gunung Batur tergolong ramai. 

Tapi ini menunjukan bahwa wisata Gunung Batur memberikan penghasilan lebih bagi sebagian orang. Ada juga layanan ojek gunung yang harganya bisa 200ribu PP. Mendapatkan 2 penumpang saja sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Terakhir ada kesedihan dari para pecinta pendakian. Banyak para hobi pendakian sengaja ingin mendaki Gunung Batur, Gunung Agung, Gunung Abang, dan Gunung Batukaru karena keindahan alam serta ada pemandangan danau yang indah dari kejauhan. 

Larangan ini bisa membuat pendaki menjadi kecewa. Saya pun baru mendaki Gunung Batur dan baru ada wacana untuk ke Gunung Agung dan Gunung Abang. Jika larangan ini sudah dibuatkan Perda maka saya pun akan jadi bagian dari para hobi pendaki yang kecewa. 

***

Munculnya larangan pendakian di Bali terjadi karena ulah oknum pendaki yang tidak bertanggung jawab. Ada yang sengaja melanggar aturan, berbuat hal senonoh serta tidak menghargai kepercayaan masyarakat lokal. 

Tentu ada yang setuju dan menolak atas wacana ini. Di satu sisi larangan ini demi menjaga kesucian gunung dan menjaga ekosistem alam namun disisi lain ada masyarakat yang menggantungkan hidup dari wisata gunung serta rasa antusias dari masyarakat hobi pendaki. Harapan kelak ada jalan keluar terbaik atas polemik ini.

Semoga Bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun