Beredarnya informasi terkait SIM Seumur Hidup memunculkan pro dan kontra di masyarakat. Namun sepertinya masyarakat lebih dominan memilih Pro atas wacana ini. Mengapa?
Secara personal sepertinya saya masuk dalam kalangan ini. Bukan tanpa alasan, beragam curhatan tentang susahnya mengikuti tes pembuatan SIM baik SIM A ataupun C di tanah air.Â
Teman kuliah saya salah satunya bercerita berusaha idealis untuk mengikuti tes ujian pembuatan SIM A. Ia optimis bisa mendapatkan SIM tanpa harus melalui calo dan ingin menunjukan pada dirinya bahwa ia mampu lolos dengan keterampilannya.
Setelah melakukan pendaftaran pembuatan SIM, teman saya mengikuti tes komputer. Dirinya bercerita sumringah berhasil melewati tes yang dianggap sulit oleh sebagian pelamar.Â
Bermodalkan pengalaman selama mengendarai kendaraan serta belajar singkat tentang aturan berlalu lintas, dirinya mendapatkan skor diatas batas kelulusan.
Kini dirinya memasuki ujian praktek. Memanfaatkan armada yang telah disiapkan petugas, ia mengikuti instruksi melewati jalur yang disiapkan. Baru menjalankan kendaraan sebentar, mobil menyentuh traffic cone atau kerucut lalu lintas.Â
Petugas menyatakan dirinya gagal ujian praktek dan diminta untuk mengulang 2 minggu kemudian. Tidak patah semangat ia pun mencoba kembali ujian praktek dan merasa lebih optimis. Kembali lagi dirinya gagal untuk kedua kalinya.
Teman bercerita dirinya menyerah pada ujian kedua dan tidak ingin membuang waktu lebih lama. Alhasil memanfaatkan jasa calo dan tidak butuh waktu berhari-hari, cukup menyetorkan dokumen syarat yang diminta kemudian menunggu panggilan untuk foto dan sidik jari.Â
Ternyata SIM A langsung bisa diterima bahkan proses pembayaran jasa Calo di lakukan saat proses sudah selesai. Cepat dan praktis dibandingkan dengan pengorbanan dirinya untuk belajar tes komputer dan mengulang ujian praktek SIM A.
Sudah bukan rahasia umum lagi jika ujian SIM di tanah air dikenal susah dan menegangkan. Meskipun kita sudah mahir mengendarai kendaraan bukan menjadi jaminan akan lolos ujian pembuatan SIM dengan jalur resmi.Â
Kesulitan inilah yang dimanfaatkan oknum Calo untuk menawarkan jasa pembuatan SIM secara cepat. Biaya memang tergolong mahal bisa 2 kali harga pembuatan SIM resmi namun mempertimbangkan kepraktisan maka jasa ini lebih dimanfaatkan bagi pencari SIM.
Kaum rebahan seperti saya menyambut gembira jika aturan ini diberlakukan. Tentu ada alasan tersendiri mengapa saya menyatakan hal ini, alasan yang mendasari seperti berikut:
#Mengemudi Adalah Keterampilan Sejalan Dengan Pengalaman
Kita pasti setuju jika mengemudi atau mengendarai kendaraan adalah bagian dari keterampilan diri ini karena butuh latihan dan jam terbang untuk bisa terampil dalam mengemudi atau mengendarai kendaraan. Semakin sering kita mengendarai kendaraan maka kemampuan akan kian meningkat.
Di jaman sekarang ini kendaraan sangat dibutuhkan untuk mobilisasi bahkan aktivitas masyarakat saat ini tidak bisa terlepas dari sarana transportasi.Â
Didukung kian mudahnya kita mendapatkan kendaraan melalui sistem kredit. Jangan kaget jika saat ini kerap melihat anak usia SD atau SMP sudah terampil mengendarai motor milik orang tua atau kakaknya.
Ketika kita saat pembuatan SIM sudah melewati beragam tes ujian dan mendapatkan SIM dengan masa berlaku 5 tahun.Â
Kemudian ketika SIM sudah habis masa berlaku harus memperpanjang SIM secara berkala. Ini yang membuat kita harus mengeluarkan dana dan waktu khusus untuk proses perpanjangan.
Padahal pada perpanjangan tersebut kita tidak perlu melakukan tes seperti pembuatan SIM awal. Kondisi ini yang kian membuat masyarakat merasa masa berlaku SIM sebaiknya seumur hidup.
# Keberhasilan Pemberlakuan KTP Seumur Hidup
Sejak tahun 2014, pemerintah telah memberlakukan KTP seumur hidup. Aturan ini disambut positif oleh masyarakat khususnya para perantau.Â
Ini karena sebelum adanya aturan ini, masyarakat diharuskan pulang ke tempat domisili sesuai KTP untuk memperpanjang KTP. Padahal mereka yang merantau jauh dari tempat domisili KTP harus mengeluarkan biaya besar untuk transportasi pulang-pergi.
Kini ketika KTP berlaku seumur hidup, masyarakat merasa terbantu. Apalagi sistem pendataan yang sudah terpusat dan terintegrasi secara digital membuat data KTP bisa terkoneksi dengan beragam layanan ataupun program pemerintah.
Keberhasilan ini juga menjadi alasan kuat bahwa SIM pun bisa diberlakukan hal sama. Data pemilik kartu sudah terinput secara digital dan terintegrasi dengan baik sehingga tidak perlu lagi harus diperpanjang berulang kali. Terkecuali ada perubahan data sehingga pemilik kartu perlu melaporkan untuk update data diri.
# SIM Seumur Hidup Merangsang Peningkatan Pendaftaran SIM
Jika pembaca pernah tinggal di desa atau daerah terpencil sejatinya disana banyak masyarakat yang memiliki kendaraan seperti motor ataupun mobil untuk mobilitasi. Mereka terampil menggunakan kendaraan tersebut namun belum tentu mereka memiliki SIM.
Ini karena masih ada anggapan susahnya proses pembuatan SIM, lokasi tinggal yang jauh dengan tempat pembuatan SIM serta anggapan karena tinggal di desa atau daerah terpencil yang jarang terdapat razia kendaraan sehingga mereka enggan membuat SIM.
Seandainya SIM Â diberlakukan seumur hidup ini akan membuat masyarakat yang memiliki kendaraan dan sudah terampil mengendarai kendaraan tersebut untuk segera membuat SIM. Pertimbangan bahwa mereka hanya perlu bersusah payah sekali namun SIM dapat digunakan seumur hidup.
Tiap tahun jumlah generasi muda yang sudah cukup umur tergolong tinggi dan ada regenerasi. Contoh ketika remaja sudah memasuki usia 17 tahun, mereka justru ingin segera memiliki KTP untuk identitas diri.Â
Kondisi ini pun bisa terjadi pada pembuatan SIM karena secara psikis ada niat anak untuk mendapatkan hak/legalitas formal saat usianya sudah mencukupi.
# Menekan Praktek Calo SIM di Tanah Air
Jika wacana SIM diberlakukan seumur hidup secara tidak langsung akan mempengaruhi praktek Calo SIM di tanah air. Ini karena permintaan (Demand) akan mengalami penurunan.Â
Pekerjaan Rumah (PR) bagi instansi kepolisian untuk menciptakan prosedur pembuatan SIM secara transparan dan bebas Calo.Hadirnya Calo juga didukung ada oknum orang dalam yang ikut mengambil peranan dengan mencari untung dari praktek curang.Â
Saya sangat mendukung pemberantasan Calo agar rasa kepercayaan masyarakat meningkat dan tidak ada oknum nakal yang mencari keuntungan pribadi. Bukankah akan menjadi dosa seandainya kita membiarkan praktek yang bertentangan dengan nilai moral dan agama di sekitar kita.Â
***
Banyak masyarakat khususnya kalangan kaum rebahan yang berharap wacana SIM Seumur Hidup dapat terealisasi. Ini agar kaum rebahan tidak perlu dipusingkan dengan pendaftaran ulang SIM yang sudah habis masa berlaku karena membuang waktu dan biaya.Â
Di zaman serba modern, Â didukung teknologi digital serta berkaca pada keberhasilan KTP Seumur Hidup maka potensi pemberlakukan SIM Seumur Hidup kian terbuka lebar.
Ada beragam alasan yang sudah saya paparkan agar bisa jadi pertimbangan bagi pemerintah melalui instansi terkait menentukan perlu atau tidaknya pembuatan SIM Seumur Hidup.Â
Terlepas pada hal itu ada harapan agar ada perbaikan dari proses pembuatan SIM agar lebih mengedepankan sisi ketepatan ujian karena sistem ujian SIM di tanah air terasa susah dan menghadirkan oknum Calo di sekitar kita.
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H