Saya pun berusaha menyempatkan diri untuk mengamati lingkungan sekitar saya berada seperti saat di hotel. Ketika memarkirkan kendaraan saya kerap melihat titik kumpul (Assembly Point) yang biasanya terletak di halaman hotel, area parkir atau area terbuka. Jadi ketika terjadi sesuatu saya sudah tahu harus berkumpul di mana.
Saat menaiki lift hotel, kerap ada tulisan himbauan seperti "jangan menggunakan lift jika terjadi kebakaran/gempa atau gunakan pintu darurat jika terjadi bencana" ada juga kontak yang bisa dihubungi atau petunjuk lainnya.
Kerap kali pengunjung mengabaikan hal sepele ini namun informasi ini akan membantu kita jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Jangan sampai kita justru terjebak dalam lift atau panik mencari pintu darurat ketika terjadi gempa.
2. Hindari Berada di Ruangan Yang Terlalu Tinggi
Ketika menginap di hotel berbintang apalagi dengan pemandangan indah, kita suka memilih kamar di lantai paling tinggi. harapan bisa mendapatkan pemandangan indah saat menginap. Misalkan menginap di hotel Nusa Dua dengan latar pemandangan laut yang indah saat sunrise atau sunset.
Hal yang menjadi pertimbangan ketika terjadi gempa apalagi dengan magnitude yang besar misalkan di atas 7 maka gempa ini mampu merobohkan struktur bangunan. Meskipun hotel berbintang di desain dengan baik dan pertimbangan matang tapi bukan berarti bisa terbebas dari gempa besar.
Apalagi jika tiba-tiba terjadi gempa besar dimana muncul kepanikan, menginap di lantai tertinggi memiliki resiko lebih besar. Ini karena membutuhkan waktu lama untuk berada di luar hotel apalagi jika menggunakan pintu darurat.
Resiko semakin besar jika kita memiliki keterbatasan fisik misalkan cepat lelah, sudah lanjut usia atau termasuk disabilitas. Menginap di lantai bawah memberi keuntungan lebih karena lebih cepat bisa menjangkau lokasi aman seperti titik kumpul.
Kita pun tidak perlu terlalu capek untuk menuruni tangga darurat yang tinggi karena lokasi kamar tidak jauh dari pintu keluar.
3. Pilih Lokasi Dengan Pertimbangan Khusus