Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Jangan Mudah Tergoda Rayuan Kota Besar

24 April 2023   13:14 Diperbarui: 25 April 2023   05:02 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemudik yang Balik Ke Jakarta (KOMPAS.com)

Beberapa hari ke depan akan banyak terlihat aktivitas pemudik balik ke daerah perantauan. Akan banyak kesedihan mulai harus berpisah dengan keluarga di kampung, akan rindu suasana lebaran atau sedih karena isi tabungan sudah menipis. 

Uniknya tidak sedikit pemudik yang justru mengajak kenalan, kerabat atau tetangga untuk ikut balik ke kota untuk merantau bersama. Tentu ini dapat menjadi masalah sosial khususnya di kota perantauan karena tingginya jumlah warga pendatang setelah lebaran. 

Merantau Ke Kota Besar | Sumber Merdeka.com
Merantau Ke Kota Besar | Sumber Merdeka.com

Sebelum ini terjadi tidak ada salahnya saya berbagi pengalaman dan kisah agar perantau pemula bisa mempertimbangkan kembali niat untuk ke Jakarta. Jangan sampai niat ingin merubah nasib dan perekonomian justru menimbulkan masalah bagi kota yang dituju serta masalah secara personal. 

# Jakarta / Kota Besar Lebih Kejam Daripada Ibu Tiri

Istilah ini kerap muncul di kalangan perantau yang merasa bahwa kehidupan di Jakarta atau kota besar lainnya sangat kejam. Saya pun setuju dengan istilah tersebut. 

Jika di kampung, ada seseorang yang mengalami musibah maka akan banyak tetangga datang membantu. Jika kita sakit maka akan banyak kenalan datang menjenguk. 

Di kota besar banyak masyarakat yang lebih individual, cuek serta tidak mau ribet. Contoh ketika menjadi anak baru di perusahaan pasti banyak hal yang belum diketahui. Ketika bertanya pada senior justru menerima jawaban menohok, Duh maaf aku lagi sibuk. Gak bisa bantu. 

Ketika ada yang terkena musibah maka kerap muncul stigma, itu masalahmu bukan masalahku. Masalahku juga banyak jadi jangan menambah masalahku lagi, dan sebagainya.

Banyak perantau dari kampung akan kaget dan merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Padahal di kampungnya kebersamaan dan solidaritas sangat kuat tapi di kota besar justru lebih individual. 

# Flexing Ada Dimana-mana

Ada warga kampung yang tertarik ingin merantau ke kota besar karena tergiur dengan penampilan, cerita dan gaya hidup kenalannya yang balik mudik. Melihat tetangga yang mudik membawa mobil, berpakaian bagus, menggunakan emas serta penampilan memukau langsung mengganggap bahwa orang tersebut sudah sukses merantau. 

Tidak sedikit pemudik yang membumbui kisah kesuksesan lainnya saat mengobrol dengan kenalan atau keluarga di kampung halaman membuat orang lain takjub dan ingin juga sepertinya dirinya. Padahal ini adalah flexing atau penggambaran semu semata.

Menggunakan mobil padahal hasil sewaan, berfoya-foya di kampung halaman padahal selepas mudik stress karena isi tabungan habis. Berpakaian bagus padahal hasil pinjam dengan teman di kota. 

Sebenarnya ada banyak flexing yang dilakukan kaum perantau. Ia ingin menunjukan kesuksesan melalui sosial media atau aktivitas sehari-hari padahal kenyataannya finansial dirinya tidak sesuai dengan yang ditampilkan.

Hal ini yang kerap tidak disadari orang di kampung. Kesalahan ini membuat mereka justru kecewa ketika mengetahui kejadian sebenarnya karena baru menyadari apa yang disampaikan hanyalah bualan semata. 

# Persaingan Di Kota Besar Sangat Ketat

Jika merantau ke kota besar untuk mendapatkan pekerjaan layak maka sudah kuatkah pengalaman kerja dan keterampilan untuk bisa diterima di perusahaan di Kota Besar. 

Jika hanya mengandalkan ijasah SMP atau SMA maka di kota besar harus siap bersaing dengan mereka yang punya ijasah diploma atau sarjana. Jika merasa punya keterampilan komputer dasar maka harus siap bersaing dengan mereka yang sudah ahli desain grafis atau pemrograman. 

Jika pengalaman kerja hanya sebatas membantu usaha keluarga di rumah maka harus siap bersaing dengan mereka yang sudah berpindah-pindah kerja di perusahaan ternama. 

Dampaknya bisa jadi kita gagal bersaing mendapatkan pekerjaan layak atau yang diidamkan karena tidak memenuhi persyaratan perusahaan. Kondisi ini membuat perantau stres karena sudah mengeluarkan banyak waktu, tenaga dan biaya tapi gagal mendapatkan pekerjaan. 

Ada yang menganggur, beralih kerja di sektor kasar atau bertindak kriminal agar bisa bertahan hidup di kota besar . Sebaiknya bekali diri dari pengalaman kerja, keterampilan dan pendidikan yang cukup agar bisa bersaing mendapatkan pekerjaan saat merantau. 

# Human Trafficking Mengincar Perantau Awal

Hal yang patut diantisipasi adalah masalah perdagangan manusia. Banyak oknum perdagangan manusia yang mengincar orang di kampung dengan iming-iming tertentu agar mau ikut merantau ke kota besar. 


Ada oknum yang mengiming-imingi kepada para gadis di desa akan dipekerjakan di perusahaan atau restoran di kota besar. Padahal ternyata dijadikan Pekerja Seks Komersial (PSK), ada yang dijanjikan akan diterima di perusahaan prestis tapi justru ditelantarkan saat sudah sampai bahkan lebih tragis ada oknum yang mengincar organ tubuh manusia yang masih sehat. 

Biasanya oknum ini mengincar gadis desa, mereka yang baru lulus sekolah atau yang sudah putus asa di desa. Jangan sampai niat ingin merubah hidup justru menjadi korban aksi perdagangan manusia. 

***

Kota besar memang menawarkan hal-hal yang susah di dapatkan di desa seperti gaji yang tinggi, peluang kerja, fasilitas mewah dan sebagainya. Banyak orang desa yang bermimpi bisa merantau ke kota besar. 

Suasana lebaran dimana banyak pemudik dari kota besar kerap menciptakan gambaran khusus di benak warga desa. Mereka kerap melihat pemudik dari kota bisa hidup sejahtera dengan cepat. Inilah yang semakin membuat mereka termotivasi untuk merantau ke kota. 

Sebaiknya dipikirkan dengan bijak. Beberapa hal di atas bisa jadi pertimbangan khusus jangan sampai ke kota besar justru menciptakan masalah baru bagi dirinya sendjri ataupun pemerintah. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun