Beberapa waktu lalu, pemerintah daerah beserta kelompok masyarakat sangat gencar melakukan penertiban terhadap wisatawan asing selama di Bali. Tindakan ini dilakukan ditengah banyaknya pelanggaran skala ringan hingga berat yang dilakukan wisatawan asing selama di Bali.Â
Pelanggaran ringan seperti pelanggaran lalu lintas, membuat keributan atau keonaran atau bersikap melanggar norma di Bali. Pelanggaran berat seperti overstayed visa, tindakan kriminal, hingga aksi yang tidak senonoh di tempat sakral.Â
Saya pun sempat beberapa kali menulis artikel terkait pelanggaran ini. Kini saya tertarik melakukan observasi kecil-kecilan paska penertiban ini, apa ada hal berubah di Bali?Â
Perubahan pertama: rental motor oleh wisatawan asing mengalami penurunan
Sudah pasti salah satu pihak terdampak adalah jasa rental motor di Bali.Â
Di Bali sangat mudah ditemukan jasa rental motor baik. Di sekitar pantai Kuta dan Legian contoh kecilnya. Disini banyak pemilik motor yang menawarkan rental motor.Â
Motor banyak tertuliskan bike for rent atau scooter rental. Artinya motor bisa disewakan oleh wisatawan.Â
Banyak wisatawan baik lokal maupun asing yang memilih menggunakan jasa sewa motor untuk transportasi selama di Bali. Selain murah juga memudahkan untuk mobilitas.Â
Bahkan pemilik motor cenderung suka menyewakan ke bule dibandingkan warga lokal karena harga sewa ke bule lebih mahal. Tentu dari penghasilan jauh lebih besar dibandingkan disewa ke turis lokal.
Efek penertiban ini, jumlah penyewa motor di kalangan bule mengalami penurunan. Sepertinya informasi larangan penyewaan kepada turis asing begitu cepat menyebar sehingga dari turis asing memilih pakai jasa tour travel dan dari sisi pemilik lebih selektif dalam menyewakan motor. Khawatir bisa terkena masalah dengan kebijakan pemerintah daerah.Â
Perubahan kedua: mulai tertibnya wisatawan asing di jalan
Saya dulu kerap geleng-geleng kepala melihat turis asing berkendaraan di jalan. Stigma saya bahwa masyarakat di negara maju lebih tertib, mengikuti aturan dan menghormati hak orang lain seakan sirna.Â
Bayangkan, banyak sekali turis asing yang enggan menggunakan helm, tidak menggunakan plat kendaraan yang benar/resmi, berpakaian seksi atau bahkan bertelanjang dada bagi turis pria serta kebut-kebutan di jalan.Â
Selama 2 minggu ini, jumlah pengendara motor dari kalangan turis asing mengalami penurunan drastis. Jika dulu sering berpapasan saat di lampu merah, SPBU atau minimarket. Sekarang jumlahnya tidak banyak.Â
Uniknya saya melihat pengendara bule mulai bisa tertib layaknya warga lokal. Saya melihat mayoritas sudah menggunakan helm saat mengendarai motor, mengikuti rambu lalu lintas dan peduli dengan lingkungan sekitar.Â
Selama 2 minggu ini secara langsung saya tidak terlalu banyak menemukan pelanggaran lalu lintas.Â
Perubahan ketiga: berkurangnya aksi penertiban dari aparat pemerintah
Jika bulan lalu sangat gencar tindakan penertiban yang dilakukan kepolisian maupun instansi pemerintah terkait ketertiban kini hampir sudah tidak terlihat aksi razia kendaraan di spot yang kerap dilakukan penertiban.Â
Ini bisa diapresiasi dimana tandanya kepedulian masyarakat dan wisatawan mulai meningkat ke arah positif sehingga aksi penertiban dilonggarkan.Â
Jujur akibat aksi penertiban lalu, ada rasa was-was juga secara personal. Meskipun surat kendaraan lengkap dan merasa tidak melanggar aturan berlalu lintas namun ketika melihat ada razia lalu lintas, tetap saja hati ini terasa degdegan. Khawatir ada sesuatu yang tidak disadari ternyata melanggar aturan lalu lintas.Â
Perubahan keempat: wisatawan mulai peduli dengan aturan lokal
Pemberitaan tentang aksi wisatawan asing yang kerap melakukan aksi tidak terpuji seperti pose telanjang di pohon keramat, pose bugil di gunung agung dan batur atau beraktivitas saat Nyepi banyak disorot media nasional dan internasional.
Wisatawan asing sepertinya memahami bahwa sebagai tamu harus menjaga tata krama dan mengikuti aturan masyarakat setempat.Â
Selama 2 minggu saat ini saya melihat aksi tidak terpuji oleh wisatawan asing nyaris tidak terdengar khususnya dalam pemberitaan di Bali.
Ini menunjukan bahwa masyarakat mau mengikuti aturan yang berlaku. Kini saya melihat turis asing mulai sopan seperti mulai jarang melihat turis pria bertelanjang dada saat di jalan atau turis wanita menggunakan pakaian sexy saat di jalan raya.Â
***
Setiap aturan dibuat untuk menertibkan masyarakat yang bandel, menjaga lingkungan sosial agar tidak rusak hingga menjamin tidak ada pengaruh buruk (eksternal) yang merusak tatanan masyarakat. Penegakan aturan ini lah yang beberapa saat lalu kian digencarkan dan disosialisasikan di Bali.
Berdasarkan pengamatan saya selama April 2023 khususnya pasca penertiban turis asing di Bali memberikan banyak perubahan.Â
Saya berharap perubahan ini banyak ke sisi positif sehingga kedepannya wisatawan yang ke Bali khususnya wisatawan asing bisa berwisata secara menyenangkan di Bali dan tetap beretika santun serta menghargai norma aturan yang berlaku di masyarakay Bali.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H