Wajar saja karena perputaran uang sangat cepat. Bisa jadi selembar uang 100 ribu yang kita pegang saat ini sempat dimiliki oleh pedagang ikan di pasar, tukang sampah yang mendapatkan gaji bulanan, pedagang asongan, sopir bus dan sebagainya.Â
Adanya perpindahan ini ditambah faktor lingkungan membuat banyak kuman dan bakteri yang menempel di kertas uang. Tidak heran kita kerap terkena penyakit tertentu yang justru disebabkan oleh uang yang kita pegang.Â
Penggunaan Qris membuat peredaran uang fisik dapat ditekan. Dana tetap bisa masuk tapi dalam bentuk saldo digital/rekening. Sehingga mengurangi terkena bakteri atau kuman secara langsung.
Keuntungan lain, sumbangan bisa masuk ke pihak penerima. Saya ingat saat ibadah di gereja pada masa pandemi.Â
Petugas mengarahkan sumbangan bisa diberikan ke rekening gereja. Tertulis nama bank dan nama penerima dengan nama gereja tempat saya ibadah. Artinya dana akan masuk ke rekening gereja bukan ke perorangan.Â
Untuk membuka rekening atas nama instansi/lembaga bukan perkara mudah. Setahu saya harus ada akta pendirian, SK pengurus, laporan keuangan, hingga identitas penanggung jawab. Jadi ketika kita transaksi atas nama lembaga maka uang akan masuk ke pihak yang kita tuju bukan ke perantara.Â
Keuntungan ketiga, mengurangi pencurian kotak amal. Kita tahu pada beberapa tempat seperti tempat ibadah, tempat makan, toko dan sebagainya akan ada kotak amal. Biasanya kotak amal ditujukan untuk sumbangan tempat ibadah, panti asuhan atau tip kepada pelayan.Â
Belakangan ini kerap ada berita oknum yang mencuri kotak amal/sumbangan. Si oknum tergoda dengan jumlah uang yang ada di dalam kontak dan ingin mendapatkan uang secara instan.Â