Sebulan ini saya melihat baliho atau spanduk dari partai peserta Pemilu dan calon legislatif bersebaran di sepanjang jalan di Bali. Salah satu yang menarik perhatian adalah media promosi dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).Â
Berdasarkan salah satu portal informasi, PSI dibentuk 16 November 2014 artinya baru melewati 1 kali masa Pemilu di Indonesia. Entah kenapa perjalanan partai ini cukup menarik bagi saya. Sempat diketuai oleh Grace Natalie yang saya kenal sebagai sosok presenter handal.Â
Sosok Grace Natalie kerap menghiasi acara berita di beberapa stasiun TV Nasional. Kini sosok Ketua Umum dipegang oleh Giring Ganesha. Saya pun familiar dengan sosok Giring karena notabane-nya pernah menjadi vokalis grup band Nidji. Gaya khas saat menyanyi begitu membekas hingga saat ini.Â
Sebagai partai baru, PSI seakan menargetkan partisipan kalangan anak muda, perempuan, dan lintas agama. Terlihat anggota pentolan PSI masih dalam usia muda dan produktif.Â
Meskipun gagal merebut kursi di DPR RI pada Pemilu 2019 lalu. Saya takjub setidaknya pada level DPRD tingkat provinsi dan kabupaten, PSI mampu menempatkan anggotanya. Sebut saja di DPRD DKI Jakarta, Bali, Banten, Yogyakarta hingga NTT.Â
Kini ada sesuatu yang unik khususnya ketika melihat media promosi bagi PSI yaitu memunculkan wajah Ganjar Pranowo dalam media promosi partai atau Caleg PSI.
Lah Pak Ganjar Pranowo bukannya kader PDI Perjuangan, kok muncul di media promosi PSI?Â
Umumnya partai atau Caleg yang diusung oleh partai tertentu akan memanfaatkan profil/sosok kuat yang menjadi andalan partai tersebut. Bisa jadi sosok Ketua Umum seperti hadirnya wajah Prabowo Subianto pada media kampanye Gerindra, Megawati pada kampanye PDI perjuangan atau AHY pada kampanye Partai Demokrat.Â
Atau ada juga yang memunculkan figur penting atau tokoh negarawan seperti Soekarno, Soeharto, Gus Dur, SBY dan tokoh lainnya yang menjadi penguat ideologi atau citra si partai.Â
Hal ini berbeda dengan media Kampanye PSI yang saya lihat di beberapa lokasi di Bali. Justru nyaris tidak ada sosok Ketua Partai namun muncul wajah Ganjar Pranowo sebagai sosok yang diangkat berdampingan dengan Caleg yang akan maju.Â
Saya sempat mempertanyakan hal ini karena sepahaman saya, Pak Ganjar bisa maju dan terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah karena diusung partai PDI Perjuangan. Bahkan beliau dianggap sebagai salah satu sosok potensial untuk maju sebagai Pilpres dari PDI Perjuangan.Â
Penilaian saya sedikit mengerucut kok bisa kader PDI Perjuangan digunakan PSI?Â
Akhirnya ketika melihat kebersamaan PSI yang akrab dengan petinggi PDI Perjuangan bahkan menjadi partai koalisi dalam pemerintahan Jokowi periode kedua semakin menegaskan bahwa PSI ramah pada PDI Perjuangan, begitupun sebaliknya.Â
Kembali pada topik awal, ada kah keuntungan PSI memanfaatkan sosok Ganjar Pranowo dalam media kampanye untuk mendongkrak citra partai? Apakah ada keuntungan juga bagi Ganjar Pranowo dengan digunakan wajahnya dalam media kampanye PSI?Â
Berdasarkan pengamatan saya tentu ada keuntungan masing-masing mengapa PSI menggunakan sosok Ganjar Pranowo sebagai tokoh kampanye dan mengapa Ganjar Pranowo bersedia menjadi media promosi PSI.Â
Keuntungan Bagi PSI
Analisa saya melihat bahwa PSI ingin memperkuat posisi partai yang dekat dengan anak muda. Hadirnya sosok Ganjar Pranowo bisa menarik minat anak muda untuk mencari tahu tentang PSI.Â
Saya yakin mayoritas pembaca Kompasiana pasti familiar dengan Pak Ganjar selaku Gubernur Jawa Tengah. Sosok pemimpin yang memiliki karir politik yang bagus.Â
Masuknya nama Ganjar Pranowo sebagai salah satu calon presiden impian yang dilihat dengan elektabilitas Pak Ganjar yang masuk dalam 5 besar dari beragam survei menunjukan bahwa Ganjar memiliki massa yang kuat.Â
Memanfaatkan sosok Ganjar Pranowo dalam media kampanye PSI bisa menarik pemilih baru pada Pilpres 2024. Setiap partai pasti bermimpi bisa melewati ambang batas parlemen atau parliamentary threshold.Â
Tujuan agar mampu menempatkan wakilnya di DPR RI atau bahkan bisa berkoalisi untuk memunculkan calon presiden pada Pilpres 2024.
Jika merujuk pada artikel di atas maka dibutuhkan strategi luar biasa untuk mendapatkan suara pemilih hingga 7 persen. Cara terbaik adalah menampilkan sosok yang tengah naik daun, dipercaya dan memiliki pengalaman politik dan kepemimpinan yang baik.Â
Tanpa bermaksud mengesampingkan sosok penting PSI seperti Grace Natalie dan Giring Ganesha, pemilih seakan butuh sosok yang telah terbukti dalam memimpin di pemerintahan.Â
Ganjar Pranowo dianggap mampu mewujudkan hal ini karena pengalaman dirinya yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Bahkan suara pemilih Jawa Tengah tidak bisa dianggap remeh.Â
Jika melihat jumlah DPT Pemilu 2019 maka Jawa Tengah menempati peringkat ketiga dibawah Jawa Barat dan Jawa Timur sebagai DPT terbanyak. Saya melihat bahwa mimpi Giring Ganesha bisa terbuka lebar meraih 7 persen jikalau berhasil menarik pemilih baru dari DPT di Jawa Tengah. Ditambah daerah lain yang familiar dengan sosok Ganjar.Â
Keuntungan Bagi Ganjar Pranowo
Saya pun melihat ada keuntungan tersendiri dengan penggunaan sosok Ganjar Pranowo dalam atribut kampanye PSI.Â
Ini menjadi media promosi gratis untuk kian mengenalkan citra dirinya ke publik. Sudah bukan rahasia lagi jika membuat baliho atau spanduk promosi sangatlah mahal. Untuk 1 titik strategis di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar atau Denpasar bisa ratusan juta rupiah.Â
Tentu Pak Ganjar tidak perlu mengeluarkan uang dengan promosi diri karena pastinya biaya pemasangan baliho atau spanduk kampanye telah ditanggung Caleg atau Partai.Â
Elektabilitas Ganjar juga akan ikut naik karena orang semakin familiar dan penasaran dengan sosoknya. Sama seperti saya memastikan ulang apakah pak Ganjar pindah partai efek munculnya wajah beliau di PSI.Â
***
Mendekati masa Pemilu 2024, partai politik dan calon legislatif sudah membuat manuver untuk mencitrakan dirinya sebagai partai kuat dan mampu merebut hati pemilih.Â
PSI menjadi partai yang sangat aktif mempromosikan diri di Bali. Bahkan uniknya sosok Ganjar Pranowo lebih dominan menghiasi media kampanye dibandingkan sosok Ketua Umum atau sosok petinggi PSI. Ini tentu ada keuntungan bersama layaknya sebuah simbiosis mutualisme yang membuat kancah politik menjelang 2024 semakin menarik.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H