Lah kok bisa? Baru-baru ini ada yang memposting kegalauan dirinya untuk menikahi pacarnya. Awal masa lamaran masih tampak bahagia tapi menjelang hari pernikahan ia justru stres.Â
Dirinya cerita jika niat awal ingin mengadakan resepsi seadanya, mengundang orang terdekat saja agar tidak terbebani biaya. Tapi muncul permintaan dari keluarga besar dirinya dan pasangan yang membuat biaya yang dipersiapkan tidak cukup.Â
Pihak orang tua gengsi jika nikahan anaknya tampak biasa aja. Khawatir akan jadi omongan tetangga. Kostum harus seragam, seserahan harus tampak mahal, acara di gedung mewah, make up artis harus yang terkenal dan sebagainya.Â
Teman kerja saya pun cerita tabungan ludes karena mengikuti gengsi orang lain di acara pernikahannya. Padahal jika niat awal terlaksana, uang tabungan akan digunakan buat DP rumah dan kendaraan tapi gagal karena terpakai mengikuti gengsi orang-orang sekitar dan bukan dari kita sendiri.Â
#4. Besar Pasak Daripada Tiang
Ini juga banyak dialami masyarakat jaman sekarang. Rendahnya kemampuan manajemen keuangan membuat pengeluaran lebih besar daripada pendapatan.Â
Bukannya mengevaluasi tapi mencari cara instan. Salah satunya meminjam dari Pinjaman Online (Pinjol). Padahal Pinjol memberatkan dari sisi bunga dan cara penagihan.Â
Saya pun akan stres jika berada pada posisi di atas. Hutang dari 2,5 juta membengkak jadi ratusan juta. Apalagi jika si penagih Pinjol kerap meneror dan memberikan ancaman.Â
Bekerja jadi tidak tenang, di rumah pun jadi was-was. Pasti akan jauh dari rasa bahagia. Padahal ini karena kesalahan kita yang tergiur mendapatkan pinjaman untuk menutupi kebutuhan kita.Â