Karena gengsi pun akhirnya circle pertemanan jadi eksklusif misalkan wajib memberikan hadiah branded karena nanti akan di posting di sosial media hadiah yang diberikan dan di tag namanya. Pasti akan malu jika memberikan hadiah murah dan di tag di sosial media si pemberi.Â
Secara tidak langsung dia senang karena punya circle pertemanan yang diharap yaitu orang-orang beken. Tapi mengikuti gaya hidup temannya yang berusaha elit membuat isi kantong cepat terkuras.Â
2.Pengakuan Sosial Media Jadi Utama
Percaya atau tidak peran sosial media juga mampu mempengaruhi tingkat kebahagian seseorang. Mendapatkan pujian, komentar positif atau bertambahnya follower jadi kebahagian sendiri.Â
Saya pun tergolong hal ini, kerap membagikan aktivitas di sosial media. Tapi saya merasa apa yang saya lakukan masih tahap wajar. Tidak ada yang komen, tidak masalah. Tidak bertambah follower bukan hal yang membuat saya sedih.Â
"Duh, fotoku ini kok dikit ya yang likes. Apa jelek ya fotoku ini, ku hapus aja dah"
Pernah ada seseorang yang berkata ini di sampingku. Saya akui postingan dirinya kerap mendapatkan ratusan atau ribuan likes. Tapi ternyata kondisi ini bisa mempengaruhi kesehatan mental dirinya ketika bersosial media.Â
Ketika  ada postingan diluar ekspetasi misalkan tidak banyak dapat likes maka ia akan langsung sedih, stress dan anggap akan merusak reputasinya.Â
Ia akan tambah stres jika ada komentar yang kurang berkenan seperti kok di foto ini agak gemukan ya, baju nya kurang pas, angle foto kurang jelas, bla bla bla. Ya pasti langsung sedih dan stres karena tidak bisa memberikan yang terbaik bagi orang lain.Â
# 3. Mengikuti Gengsi Orang Lain Bikin Stres