Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bule Bermasalah, Banyak Pihak yang Terdampak

14 Maret 2023   19:55 Diperbarui: 25 Maret 2023   13:07 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bule Tidak Menggunakan Helm Saat Berkendara | Sumber Suara Bali

Rencana akan dibuatnya peraturan daerah terkait pengaturan sewa kendaraan bagi WNA telah menciptakan pro dan kontra di masyarakat Bali. Bagaimana tidak saat ini rental motor telah menjadi pilihan bagi wisatawan saat berkunjung ke Bali. 

Ada beberapa pertimbangan mengapa wisatawan lebih memilih menggunakan sewa motor saat di Bali. 

Pertama, angkutan umum terbatas. Saya yang saat ini tinggal di Bali mengakui angkutan umum masih terbatas dan jikapun ada, tidak bisa menjangkau daerah-daerah yang jauh dari pusat kota. Memang saat ini sudah ada transportasi online namun ada kekhawatiran jika wisata ke daerah terpelosok akan kesusahan mendapatkan transportasi online saat balik ke tempat asal. 

Kedua, harga sewa murah. Harga sewa motor di Bali terbilang terjangkau. Untuk motor matic keluaran tahun 2019 ke bawah berkisar Rp. 50.000 - 80.000 per hari. Untuk kendaraan keluaran terbaru atau dengan CC besar biasanya di harga Rp. 80.000-150.000 per hari. 

Bagi wisatawan dengan budget terbatas pasti lebih memilih menggunakan sewa motor. Apalagi jika berkunjung ke Bali seorang diri atau hanya berdua. Jika menyewa mobil untuk seorang diri atau berdua tentu biaya akan besar. 

Ketiga, motor lebih fleksibel. Ada beberapa kawasan yang dikenal rawan kemacetan seperti Canggu, Kuta, Uluwatu, dan Ubud. Saya jika melewati daerah ini akan stres jika membawa mobil. Bisa jadi akan terjebak kemacetan selama berjam-jam. Berbeda jika membawa motor, kita bisa mencari celah untuk melewati kendaraan saat macet atau bahkan mencari jalan tikus/alternatif yang biasanya akses jalan tidak lebar. 

Ironisnya permasalahan muncul ketika banyak pelanggaran yang dilakukan oleh WNA ketika membawa motor sewaan. Saya pun pernah membuat tulisan khusus tentang perilaku WNA dalam berkendara. 

Bule Yang Ditilang Karena Pelanggaran Lalu Lintas | Sumber Pojoksatu.id
Bule Yang Ditilang Karena Pelanggaran Lalu Lintas | Sumber Pojoksatu.id

Pelanggaran umum seperti tidak menggunakan helm, melanggar marka jalan, tidak membawa surat kendaraan dan SIM, ugal-ugalan atau yang parah menggunakan nomor polisi palsu. 

Saya kadang kesal dengan cara berkendaraan WNA di Bali. Bule pria kadang tidak menggunakan baju dan helm, Bule cewek pakai pakaian seksi dan juga tidak menggunakan helm.

Selain menyalahi norma kekhawatiran jika terjadi hal tidak diinginkan seperti kecelakaan maka bisa membahayakan dirinya sendiri dan pengguna jalan lain. 

Bule Tidak Menggunakan Helm Saat Berkendara | Sumber Suara Bali
Bule Tidak Menggunakan Helm Saat Berkendara | Sumber Suara Bali

Teman saya cerita bahwa sahabatnya yang warga Perancis meninggal karena kecelakaan tunggal saat wisata ke Bali. Si bule ternyata habis dugem dan dalam kondisi mabuk saat mengendarai motor ditambah tidak menggunakan helm. Kondisi tidak prima membuat ia menabrak pembatas jalan dan meninggal di tempat. 

Mengutip dari salah satu portal berita online, didapatkan 171 pelanggaran oleh WNA dalam menggunakan kendaraan sewa hanya dalam kurun waktu seminggu. Jumlah ini tergolong besar sehingga menciptakan kesan buruk. 

Pemerintah provinsi dan masyarakat sepertinya geram karena pelanggaran yang kerap dilakukan WNA dalam berkendara. Alhasil rancangan aturan dimana WNA akan dilarang meminjam atau menyewa kendaraan dan diarahkan menggunakan jasa travel dalam berwisata. 

Pertanyaan muncul, apa dampak dari stakeholders jika sewa motor dilarang untuk WNA di Bali? 

Pengaruh secara pendapatan

Bagi pelaku atau pemilik jasa motor sewa, WNA dianggap sebagai pangsa pasar potensial. Mengapa? Mereka bisa memberikan harga sewa jauh lebih tinggi dibandingkan wisatawan domestik. 

Saat lagi bersantai di Kuta. Saya melihat seorang bule sibuk mencari motor sewaan. Seseorang ibu membantu mencarikan motor sewaan. Mengingat jarak mereka dekat dengan tempat saya bersantai, saya bisa mendengar percakapan kedua orang ini. 

Wow, si bule setuju dengan harga sewa 200ribu per hari. Rencana si bule akan sewa 2 hari. Artinya si bule mengeluarkan 400 ribu selama 2 hari. Padahal saya pernah mencari motor untuk teman dapat harga 80ribu per hari. Ternyata oh ternyata si ibu ini perantara karena setelah si bule membawa motor. Si pemilik memberikan uang sebagai kompensasi mencarikan pelanggan. 

Artinya sewa motor untuk WNA bisa menjadi sumber pendapatan bagi banyak pihak. Contoh kasus saya, ada ibu sebagai perantara dan si pemilik yang mendapatkan penghasilan lebih. Bagi bule harga sewa tersebut murah dan jarang menawar. 

Berbanding terbalik jika si penyewa adalah wisatawan domestik. Biasanya wisatawan domestik sudah paham harga sewa dan pasti menawar jika mendapati harga diluar ekspetasi. Selain itu wisatawan domestik biasanya lebih suka melakukan komparasi khususnya harga dan mencari yang termurah. Keuntungan bagi penyewa terbilang kecil dibandingkan disewa ke WNA. 

Bali Rentang Kehilangan Pamor Destinasi Ramah Budget

Sebagai bagian dari masyarakat Bali, saya melihat bahwa karakter WNA yang ke Bali tidak semua berasal dari finansial menengah ke atas. Ada juga WNA yang menerapkan sistem backpacker untuk menekan budget. 

Saya sering mendengar kisah WNA yang di negara asalnya hanya seorang pramuniaga, pedagang kecil-kecilan atau karyawan kantor yang rela menabung untuk wisata ke Bali. Artinya mereka memilih Bali karena dikenal sebagai destinasi yang ramah di kantong. 

Seandainya kebijakan sewa motor diterapkan artinya biaya akomodasi akan meningkat tajam. Apalagi jika mereka berencana liburan dalam waktu lama. Bayangkan sewa mobil bisa mencapai 300 ribu per hari tentu akan memberatkan bagi WNA backpacker.

Jujur saya pun termasuk orang yang menghitung pengeluaran saat wisata ke luar negeri. Bahkan memilih sewa motor saat di Thailand karena memang lebih murah. Seandainya saya di posisi WNA dengan aturan di larang menggunakan kendaraan sewa. Kekhawatiran mereka akan berpikir berulang kali untuk ke Bali. 

Harapan Peningkatan Wisatawan Asing Akan Susah Tercapai

Pemerintah menargetkan jumlah kunjungan 4,5 wisatawan berkunjung ke Bali pada 2023. Sebelumnya di 2022 jumlah kunjungan hanya berkisar 2,2 juta (Sumber Klik Disini). 

Entah kenapa kebijakan larangan sewa motor bagi WNA bisa menjadi faktor penghambat pencapaian target ini. WNA mungkin berpikir mencari destinasi alternatif selain Bali. 

Padahal banyak wilayah populer yang menjadi kompetitor Bali sebagai destinasi unggulan seperti Bangkok, Pattaya, Singapura, Kuala Lumpur dan Cebu. 

Bisa jadi wacana kebijakan ini bisa membawa keuntungan bagi negara tetangga karena mendapatkan WNA yang beralih dari Bali. Ini patut jadi pertinbangan khusus karena negara tetangga masih ramah terhadap wisatawan asing. 

***

Wacana aturan larangan penggunaan kendaraan sewaan khususnya motor bagi WNA saat berlibur di Bali memiliki sisi positif dan negatif. Positif karena mampu menertibkan pengguna jalan serta mendorong sektor agent travel. Namun disisi lain bisa membuat WNA justru enggan ke Bali. 

Ini karena tidak sedikit WNA memilih sewa motor karena pertimbangan praktis, murah, fleksibel dan merasakan suasana berkendaraan sambil mengingat jalan. 

Kembali lagi pasti ada pertimbangan khusus Pemprov membuat wacana ini. Harapan kebijakan yang dihasilkan tidak mempengaruhi kondisi pariwisata di Bali yang tengah pulih. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun