Tiba-tiba terdengar suara alarm atau bel berbunyi keras. Suasana sekolah yang semula tenang tiba-tiba berubah seketika. Guru atau orang dewasa memberikan berbagai aba-aba seperti bersembunyi di bawah meja, melindungi bagian kepala atau menuntun keluar gedung dengan sesuai instruksi.Â
Ini adalah simulasi jika tiba-tiba terjadi gempa. Simulasi ini kerap dilakukan rutin mengingat Jepang menjadi negara paling sering terguncang gempa. Adanya simulasi ini membuat kita paham tindakan apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana tertentu.Â
Jangan kaget ketika di ada gempa yang cukup besar, masyarakat di Jepang langsung sigap melakukan upaya melindungi diri dan melindungi orang sekitar. Ini lah tindakan yang patut kita contoh.Â
Sayang di masyarakat kita jarang terlihat upaya ini. Selama sekolah dulu tidak ada simulasi seperti ini. Padahal anak usia sekolah harus paham mengingat mereka rentan jadi korban bencana karena ketidaktahuan dan fisik yang tidak sekuat orang dewasa.Â
2. Pahami Apa Yang Boleh dan Dilarang Ketika Bencana
Ini masih berkaitan dengan upaya mitigasi bencana. Kita wajib memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Agar bisa menyelematkan diri dari sebuah bencana
Sedikit hal yang bisa jadi pegangan
Hal Yang Boleh Dilakukan :
- Gunakan akses keluar terdekat dan tercepat (exit door)
- Menggunakan alat keselamatan diri seperti menggunakan helm , makser dan alat APAR.Â
- Berlindung dari tempat yang dianggap aman dari reruntuhan.Â
- Menghafal dan menghubungi kontak darurat seperti pemadam kebakaran, rumah sakit, Tim Sar dan sebagainya.Â
Hal yang Tidak Boleh Dilakukan
- Menutupi akses pintu keluar
- Dilarang menggunakan lift saat terjadi bencana karena resiko terjebak dalam lift.Â
- Berlindung di area yang tidak aman seperti pohon, bangunan dengan atap yang sudah rusak atau ruangan dengan akses susah.Â
- Panik berlebihan dan sebagainya.Â